Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Gagal Fokus
Dapur dipenuhi aroma harum masakan. Fort berdiri di depan kompor, mengaduk sup sambil sesekali mencicipi rasanya. Ia meletakkan satu piring di atas meja makan yang besar dan elegan. Lalu duduk di kursi utama, mulai menyendok makanannya perlahan.
‘’Sebelum dia ke pulau, apakah dia tinggal di tempat sebesar ini sendirian setiap hari?’’
Fort melanjutkan makannya hingga habis. Ia bersandar di kursinya, menatap piring kosong di depannya.
‘’Apakah dia tidak merasa kesepian?’’
Ia pun bangkit dan merapikan semuanya. Setelah selesai, ia duduk di sofa, memandangi TV yang menyala tanpa benar-benar menontonnya.
Fort mengeluarkan ponselnya dan mengetik nama Fujimoto Peat di kolom pencarian media sosial. Banyak foto dan video yang muncul, semuanya memamerkan sisi glamor wanita itu sebagai aktris terkenal.
......................
Para kru sibuk menyiapkan latar berupa kamar tidur mewah di istana iblis. Cahaya redup, atmosfer penuh intensitas, menciptakan suasana romantis sekaligus menggoda.
Sutradara berdiri di tengah lokasi, memegang naskah, memanggil Peat dan aktor 1 untuk briefing terakhir.
‘’Adegan ini kunci dari hubungan kalian berdua. Karaktermu, Peat, masih mempertahankan sikap dingin sebagai Dewi Iblis. Meski hatimu sebenarnya tidak tega, jangan perlihatkan emosi itu di matamu. Kau tidak boleh terlihat mencintainya, itu akan menghancurkan karaktermu.’’
Peat mengangguk, mendengarkan dengan serius.
‘’Dan untukmu Yuki, kau adalah satu-satunya harapan untuk menyadarkannya. Tekankan rasa sakit dan kerinduan itu dalam setiap kalimatmu.’’
Yuki mengangguk penuh keyakinan, ekspresinya sudah berubah serius, siap masuk ke dalam karakternya.
‘’Setelah percakapan emosional kalian, kalian akan masuk ke adegan panas.’’
Peat dan Yuki saling melirik sekilas, lalu mengangguk bersamaan. Sutradara bertepuk tangan, meminta kru bersiap.
Sutradara menggunakan mikrofon. ‘’Ingat, ini adalah adegan yang sangat emosional, tapi kalian harus menjaga intensitas. Peat, kau tetap dingin, biarkan dia yang mendominasi. Dan Yuki, gunakan ketegangan emosimu untuk meyakinkan penonton bahwa kau benar-benar ingin menyelamatkannya. Jangan hanya akting, rasakan.’’
Kedua aktor mengangguk, menyesuaikan posisi mereka sesuai arahan sutradara.
‘’Oke, ready and action!’’
Yuki menghampiri Peat yang berdiri di balkon kamar. Ekspresinya dingin dan tak terjangkau, matanya menatap lurus tanpa emosi.
‘’Kumohon... berhenti menyiksa dirimu sendiri. Aku tahu kau masih memiliki hati.’’
Peat mengangkat dagu sedikit dengan tatapan tajam. ‘’Aku sudah tidak memiliki hati semenjak kalian menghianatiku.’’
‘’Awalnya aku juga berpikir seperti itu. Tapi aku tersadar saat kau menyiksa kami, tapi tidak membunuh kami,’’ kata Yuki.
Ia kemudian berlutut dan menatap Peat dengan mata berkaca-kaca. ‘’Jika aku harus menjadi budakmu selamanya, aku akan melakukannya. Asalkan kau membatalkan niatmu menghancurkan dunia.’’
Peat menatapnya dengan dingin, tidak ada emosi di matanya. Ia mendekat, mengangkat dagu Yuki dengan ujung jarinya.
‘’Jika kau ingin aku memikirkannya, buktikan bahwa kau pantas.’’
Yuki tertegun, menundukkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya bangkit. Ia menarik Peat dengan perlahan namun penuh gairah, membawanya ke kasur besar di tengah set.
......................
Kamera mengikuti setiap gerakan mereka. Yuki menyusuri leher Peat, menyentuhnya dengan lembut, lalu mulai membuka satu per satu pakaian wanita itu. Atmosfer semakin intens, tapi tepat ketika ia hendak mengambil posisi lebih dekat, Peat tiba-tiba mendorongnya. Matanya kosong sejenak, mengingat sesuatu... atau seseorang.
Peat tersentak pelan dengan tubuh kaku. ‘’Ah, ma-maaf.’’
Sutradara berteriak dari jauh. ‘’Cut! Ada apa, Peat?’’
Semua orang di lokasi syuting terdiam.
‘’Maaf. Mari kita ulangi.’’
Syuting dimulai kembali, tapi kesalahan itu terulang. Sekali, dua kali, tiga kali. Setiap kali Peat mencapai titik tertentu dalam adegan, pikirannya tampak melayang. Para kru mulai berbisik, bingung dengan apa yang terjadi.
Sutradara akhirnya berdiri dan mendekatinya. ‘’Peat, ini bukan seperti dirimu. Kau profesional. Kau sudah melakukan banyak adegan seperti ini sebelumnya tanpa masalah. Apa yang terjadi?’’
Peat memejamkan mata sebelum menghela nafas. ‘’Aku benar-benar minta maaf. Take berikutnya, akan kupastikan tidak melakukan kesalahan lagi.’’