Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rosa
Disebuah rumah mewah milik keluarga Pranata, seorang wanita cantik sedang marah dan menghancurkan barang-barang yang ada di kamarnya.
"Rosa, jangan seperti ini." mama Rosa yang bernama Mega mencoba membujuk putrinya.
Perlahan ia mengambil sebuah botol parfum dari tangan Rosa.
"Tenanglah, bicarakan dulu baik-baik." lanjut Mega lagi.
Mega menatap nanar lantai kamar yang berserakan. Sebagai seorang ibu, tentu ia merasa sedih melihat keadaan anaknya seperti ini.
"Tidak bisa, ma. Bagai mana aku bisa tenang, Damar sudah menikah ma. Dia menikah dengan wanita lain. Bukan dengan ku." ucap Rosa dengan penuh amarah.
"Mungkin kau tidak berjodoh dengan Damar. Masih banyak pria di luar sana yang lebih tampan dari Damar. Cobalah membuka hati mu." Mega menasehati Rosa.
Sebenarnya Mega juga sangat terkejut ketika Rosa yang baru pulang dari rumah Maudy tadi mengatakan jika Damar sudah menikah. Apa lagi Rosa mengatakan jika Damar menikah dengan perempuan cacat karena memakai kursi roda.
Tapi Rosa masih belum tahu mengapa alasan Damar menikah dengan wanita itu karena Damar tadi buru-buru pergi. Setelah Damar pergi, Rosa juga langsung pulang. Ia tak kuasa untuk bertanya kepada Tante Maudy tentang pernikahan Damar karena Rosa sudah tidak tahan ingin melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya. Tentu saja dia tidak bisa menunjukan kemarahannya di depan orang lain, apa lagi di depan keluarga Damar.
"Tapi aku hanya mau menikah dengan Damar, ma. Aku mencintainya." Rosa kembali tersulut emosi ketika mamanya memintanya untuk mencari yang lain, bukan malah membantunya untuk mendapatkan Damar.
Rosa kembali melempar benda apa saja yang bisa ia jangkau. Ia tidak peduli dan tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan keinginannya.
"Iya, iya, nanti mama bicara sama papa. Sekarang berhenti marah dan membanting barang-barang mu." Mega akhirnya mengalah dan terpaksa menyetujui keinginan sang anak.
Rosa yang selalu di manja dan di penuhi keinginannya sejak kecil oleh kedua orang tuanya membuat Rosa memiliki sifat yang buruk dan suka memberontak.
Rosa kemudian tersenyum dan berhenti melempar-lempar barang setelah mendengar ucapan sang mama. Ia tahu mama dan papanya pasti akan berusaha membantunya agar ia bisa menikah dengan Damar.
Selama ini Rosa berpikir jika cepat atau lambat ia akan menikah dengan Damar karena hanya dia wanita satu-satunya yang paling dekat dengan pria itu. Tapi ia sungguh tidak menyangka jika Damar malah menikah dengan wanita lain.
*
Pagi ini lagi-lagi Naya terbangun dan melihat Damar tidur di sampingnya. Tapi hari ini Naya tidak terkejut lagi. Pasalnya sejak beberapa hari yang lalu Naya sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Naya melihat jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Biasanya jam segini Damar sudah berangkat ke kantor dan hari ini bukan hari libur.
"Pak, pak, sudah siang." Naya memangil Damar mencoba membangunkannya.
Namun sudah tiga kali Naya memanggilnya, Damar tak juga terbangun. Kemudian Naya memberanikan diri untuk menepuk pundak Damar.
"Pak bangun." kata Naya sambil menepuk pundak pria itu yang sedang sedang tidur menyamping ke arahnya.
Naya terkejut ketika tiba-tiba Damar menangkap tangannya.
"Ada apa ?" tanya Damar dengan suara seraknya dan mata yang masih terpejam.
"Sudah pukul tujuh dua puluh, bapak tidak ke kantor ?" kata Naya sambil berusaha menarik tangannya, tapi tidak bisa karena Damar memegang erat tangannya.
"Tidak. Aku masih ingin tidur." jawab Damar dengan mata yang tetap terpejam.
Pria itu bergerak untuk mencari posisi tidur yang nyaman. Entah sadar atau tidak dia tetap menggenggam tangan Naya dan menjadikan tangan itu alas di bawah pipinya.
Naya hanya bisa membekukan tubuhnya dengan jantung yang berdebar. Ia tidak berani bergerak sama sekali. Apa lagi untuk menarik tangannya atau dia akan membangunkan tidur atasannya.