cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
"Sangat bagus" jawab zidan mengacungkan dua jempolnya.
"Benar, aku juga sudah memikirkan, akan menjadi seorang siswi yang terlihat feminim dan anggun, tidak akan membuat huru-hara apalagi membuly disekolah dan akan menjadi siswa yang berprestasi, itu keputusan ku" ucap jihan tegas.
"Siswa yang berprestasi, benarkah" ucap Rangga tidak yakin
"Ya, luar biasa" sambung zidan.
"aku berinisiatif untuk menggunakan kebaya di hari pertama sekolah, biar terlihat memberi kesan yang terbaik, dan ini tidak bisa diganggu gugat" ucap jihan bangga.
"Terbaik, benarkah?" ucap lian.
"Ya, dong" jawab zidan memberi dukungan pada jihan.
Jihan kemudian duduk dan mengambil sedikit nasi kemudian menambahkan satu persatu lauk pauk yang tersaji di meja tersebut.
"Kalian lanjutkan saja sarapannya, nenek mau pergi dulu" ucap bu kiki beranjak pergi karena mendengar panggilan dari para tetangga yang mengajak untuk joging bersama.
Jihan, aku beritahu, jika ada yang menyakitimu di sekolah, katakan padaku, biar aku hajar orang yang mengganggumu" ucap zidan bersemangat.
"Harus itu kak" jawab jihan setuju.
"Ya" sahut zidan, hendak bersalaman sebagai tanda kesepakatan.
"Tidak seperti itu konsepnya" ucap Rangga menghalangi keduanya bersalaman.
"Apa kamu tidak dengar baru saja ayah bilang untuk menghindarkan Jihan dari masalah?" Tegur Rangga.
Zidan langung menunduk, begitu juga dengan jihan, yang mendapat tatapan tajam dari ayahnya, dimana setiap tindakan yang dilakukan selalu didukung oleh zidan.
"Makan" ucap lian tegas.
Semuanya langsung terdiam dan kembali melanjutkan sarapan.
"Dari mana kamu mendapatkan pakaian kebaya?" tanya lian.
"Dari menabung ayah, aku menabung sewaktu selama satu tahun setelah uangnya cukup, aku baru membelinya" jawab jihan.
"Bagus, tapi kamu ini mau masuk sekolah, dan ini bukan agustusan, jadi ganti seragamnya" pinta lian dengan sabar.
"Ayah, tidak mau" rengek gadis itu tidak mau berbagi pakaian.
"Ganti seragam" ucap lian tegas.
Jihan terdiam sejenak sambil melanjutkan makan.
"Sekarang" bentak lian, karena jihan belum juga beranjak.
"Iya, baiklah" jawab jihan kemudian beranjak untuk berganti pakaian Seragam sekolah seperti kedua kakaknya.
"Tidak bisa diganggu gugat" ucap lian sambil terkekeh mengulang ucapan putrinya.
Sesaat kemudian jihan telah selesai berganti pakaian ia melanjutkan sarapan dengan menu yang tersedia.
"Hari ini cuacanya sangat cerah ya, kak" ucap jihan pada kedua kakaknya yang berjalan menuju sekolah dengan riang gembira.
"Jihan" panggil bu kiki dari kejauhan ia datang bersama dengan para tetangga seusianya yang melakukan joging bersama.
"Iya nek" jawab jihan.
"Jadi anak yang pintar ya di sekolah, jangan nakal, biar seperti kakak-kakakmu" nasehat bu kiki.
" Iya, nek" jawab jihan.
"Mana yang namanya zidan" ucap salah satu teman bu kiki.
"Saya nek" jawab zidan menunjuk dirinya sendiri.
"Nenek dia siapa" tanya jihan.
"Dia ini dulu seorang bidan, orang yang membantu persalinan maya, ibunya zidan, namanya bu zaenab, salim dong" ucap bu kiki memperkenalkan bu zaenab pada zidan.
"Assalamualaikum, nenek" ucap ketiga remaja tersebut kemudian bergantian bersalaman menghormati orang yang lebih tua dari mereka.
"Kalian Benar-benar anak yang baik" ucap bu zaenab.
"apa kamu tidak merindukan ibumu" tanya bu zaenab pada zidan.
Semuanya langsung terdiam, lalu, rangga melangkah pergi.
"Kami berangkat sekolah dulu nek" ucap jihan menarik zidan pergi menyusul rangga yang berjalan lebih dulu menuju sekolah.
"Mereka langsung pergi, apa aku salah bicara?" tanya bu zaenab.
"Entahlah, ayo" ajak bu kiki melanjutkan joging bersama mengelilingi taman komplek.
Di warung mie ayam lian
Suasana tampak ramai, banyak pengunjung yang datang untuk membeli, baik dimakan ditempat ataupun yang dibungkus untuk dibawa pulang.
"Mari silahkan masuk" ucap lian pada salah satu pengunjung yang datang.
"Assalamualaikum, kak" ucap salah seorang pengunjung wanita yang langsung masuk menuju ruangan di dekat dapur.
"Waalaikum salam, kamu, sendirian saja" jawab lian.
"Wah ramai sekali, maaf ya, baru bisa datang" ucap wanita tersebut.
"Kamu pasti capek, seharusnya beri kabar dulu, kalau mau datang ke sini biar aku jemput" ucap lian sambil memberikan satu gelas air minum pada wanita itu.
"Terimakasih kak, aku cuma mampir sebentar, dan kalau diberitahu lebih dulu bukan kejutan namanya, ini ambillah" jawab wanita itu sambil memberikan bingkisan dari kampung.
Wanita itu adalah intan adiknya maya.
"Kamu ini selalu saja begitu, selalu membawa banyak oleh-oleh jika datang berkunjung, mana suamimu?" Tanya lian.
"Dia membeli makanan bebek" jawab intan.
"Kalau begitu sudah pasti tidak datang kesini" ucap lian.
"Maaf ya" ucap intan lagi.
"Yasudah istirahat saja dulu, sudah makan belum? biar aku buatkan mi ayam untukmu" ucap lian.
"Tidak usah repot-repot kak, aku cuma sebentar saja" ucap intan.
"Siapa dia, terlihat akrab sekali dengan lian" ucap salah satu pengunjung yang tidak sengaja mendengar obrolan keduanya.
"Itu bibinya zidan, saya sudah sering melihat dia datang kesini" jawab pengunjung yang lain, yang tidak lain merupakan tetangga depan rumah lian.
"Kalian tahu tidak kemana ibunya zidan pergi" sahut yang lainya.
"Tidak ada yang tau kemana dia pergi selain lian dan keluarganya".
"Nenek zidan katanya sudah meninggal, setelah itu ibunya pergi entah kemana" .
"Kabarnya dia pergi setelah meminjam uang pada lian".
obrolan demi obrolan tentang ibu zidan sering mereka ucapkan di manapun berada, bahkan di warung lian sekalipun.
"Kak lian, apa zidan dan jihan ada di rumah" tanya intan.
Lian tampak berfikir sejenak kemudian duduk di bangku tidak jauh dari wanita itu.
"Hari ini adalah hari pertama sekolah jadi mereka semua pergi sekolah" jawab lian.
"Astaga, kenapa aku sampai lupa, kalau hari ini mereka mulai masuk sekolah" ucap intan.
"Iya, bukankah anakmu juga sekolah" tanya lian.
"Anakku, sudah lulus SMA, aku bersyukur dia bisa lulus dengan nilai yang cukup, sekarang dia pergi ke Kalimantan menyusul pamanya yang bekerja di sana" ucap intan
"Wah, bagus kalau begitu, dia mau bekerja setelah lulus SMA, semoga dia baik-baik saja di sana" sahut lian.
"Semoga saja, lagi pula, anak dari kampung tidak sama dengan anak dari kota, kami hidup berkecukupan, jadi hanya bisa bergantung pada diri sendiri. seandainya saja zidan hidup bersama dengan kami, dia tidak akan punya kesempatan untuk melanjutkan sampai perguruan tinggi, satu satunya cara, yang harus dilakukan adalah berhenti sekolah dan bekerja" ucap intan panjang lebar.
"Tidak juga, disini tidak seperti apa yang kamu bayangkan, aku hanya punya warung makan mi ayam yang kecil, setidaknya ini membuat mereka tidak kelaparan" ucap lian merendah.
"kakak!, mereka tidak akan sampai kelaparan?, apa yang kakak punya ini lebih dari cukup, aku merasa bangga zidan bisa hidup bersama dengan kakak, aku sendiri tidak tahu, hal baik apa yang keluarga kami lakukan, sampai bisa dipertemukan dengan orang sebaik kakak, terimakasih ya, kak" ucap intan merasa terharu dengan kebaikan yang diberikan lian pada zidan dan keluarganya.
Ditunggu komentarnya.