Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Iya. Ayo kita tinggal, biar mereka main sampai puas." Kata Bu Wati, yang senyumannya tak kalah lebar dari Riska.
****************
Kontrakan Sabila
Adzan Subuh berkumandang, Sabila terbangun. Celingukan mencari keberadaan Hendra.
"Berarti Mas Hendra nginep beneran. Kirain mau nyusul pulang, untung semalam gak ku masakin." Monolog Sabila.
Sabila segera mandi, dan melaksanakan sholat subuh. Setelahnya dia berkutat dengan segala pekerjaan yang ada di rumah.
Tengah asik memasak, Sabila dikagetkan dengan suara pintu yang dibanting.
"Braakkk!"
Sabila berlari keluar, melihat siapa yang sudah mendobrak pintu rumahnya.
"Astaghfirullah Mas! Kalo masuk tu ucap salam, bukan malah banting pintu." Kata Sabila, ternyata Hendra pelakunya.
"Kamu itu kenapa sih, Bila? Pulang gak bilang-bilang!" Kata Hendra emosi.
"Aku minta maaf Mas." Kata Sabila.
Hendra semakin geram saat mendengar ucapan maaf, Sabila. "Apa karena banyak lelaki yang pergi sholat subuh, lantas kamu juga sok. Kamu ikut mereka, biar dibilang taat beribadah." Bentak Hendra.
"Astaghfirullah Mas! Aku tu pulang dari tadi malam, sholat subuh pun aku di rumah Mas." Bela Sabila.
"Halah kamu itu kebanyakan alasan. Cuma disuruh bantu buat sarapan di rumah Ibu saja, kamu gak mau. Menantu macam apa kamu?" Cecar Hendra.
"Maya yang bukan siapa-siapa saja, mau bantuin ibu di dapur masak. Lah kamu!" Kata Hendra.
Sabila menggelengkan kepala, sungguh tidak percaya Hendra membandingkannya dengan wanita lain.
"Kok kamu tega Mas, bandingkan aku sama Maya. Aku ini istri kamu!" Kata Sabila.
"Istri apa yang gak nurut sama suami? Istri apa kerjaannya cuma bikin malu keluarga? Istri apa yang gak bisa punya anak? Istri apa yang kerjanya cuman nyusahin aja?" Kata Hendra, yang tak memikirkan perasaan Sabila.
Deg
"Aku kurang nurut apa sama kamu Mas? Aku sampai berhenti kerja atas permintaan mu."
"Aku bikin malu! Keluargamu menjadikan ku pembantu disana. Kalian yang bikin aku malu, Mas. Sebelumnya aku seorang sekretaris sebuah perusahaan ternama, nikah sama kamu, aku dijadikan pembantu, gak dianggap, gak dihargai."
"Aku gak bisa punya anak! Coba pikir selama 2 bulan pernikahan, pernah gak kamu nyentuh aku. Itu karena kamu dengar kata-kata Ibu, kamu gak mau nyentuh aku."
"Aku nyusahin! Saat kamu gajian, bahkan gaji kamu gak ada setengahnya yang kamu berikan ke aku mas. Itu karena kamu mau memberi ke Ibu. Uang yang kamu kasi ke aku 1.800.000, dipake bayar kontrakan 800.000. Uang sejuta untuk sebulan mas." Kata Bela dengan derai air mata.
"Saat aku kerja, aku bisa ngirim uang buat Ibu ku di kampung. Bahkan sisanya lebih banyak dari uang bulanan yang kamu beri mas. Yang nyusahin siapa Mas? Kamu yang buat aku susah." Imbuh Sabila.
Hendra membenarkan sebagian perkataan Sabila, tapi karena ego yang tinggi dia menutup telinganya untuk mendengar keluhan sang Istri.
"Jadi kamu menyesal menikah sama aku gitu." Kata Hendra.
"Aku gak Menyesal Mas, Aku kecewa dengan sikap kamu." Kata Sabila, sambil kembali ke dapur melihat masakannya.
"Ini.. Dari Ibu makanan. Kamu gak usah masak." Kata Hendra, menyodorkan kresek berisi makanan.
"Aku mau mandi dulu, hari ini harus masuk kantor." Kata Hendra.
"Bukannya kamu cuti 3 hari Mas. Ini baru ke pake sehari." Kata Sabila.
"Iya! Tapi ada kegiatan penting di kantor, aku harus ikut serta." Bohong Hendra.
"Ya udah aku siapkan, pakaian kamu Mas." Kata Sabila.
"Tidak usah Sabila. Kami dapat baju seragam dari Bos." Tolak Hendra.
Sabila menyimpan makanan yang diberikan mertuanya di kulkas. Dia justru menikmati makanan yang dia masak sendiri, karena sudah terlanjur jadi.
Melihat suaminya yang sudah selesai mandi, Sabila mempercepat makannya. Dia ingin membantu suaminya, yang bersiap ke kantor.
"Halo! Iya Bu. Ini aku juga baru habis mandi, sebentar lagi aku ke tempat Ibu." Kata Hendra.
"Enak Bu apem nya, pengen nambah terus." Kata Hendra.
"Aku siap-siap dulu Bu. Nanti terlambat. Makanannya udah aku kasi ke Sabila." Kata Hendra.
Sabila tidak tau apa yang dikatakan Ibu mertuanya. Mendengar dari jawaban Hendra, sepertinya Bu Wati membuatkan kue apem untuk suaminya.
"Mas Hendra suka apem ya! Nanti aku bikinin deh kalo pulang dinas." Kata Sabila dalam hati.
****************
Setelah Hendra pergi, kembali Sabila membereskan kamarnya. Dari tempat tidur, ternyata Hendra menaruh sembarang handuk bekas mandinya.
"Mas Hendra ini kebiasaan. Kalo sudah mandi handuknya gak di jemur." Kata Sabila.
Beres dengan tempat tidur, Sabila ingin menyimpan pakaian yang sudah dia lipat kemarin.
Saat membuka lemari, dia melihat lipatan yang berantakan.
"Mas Hendra ni gimana sih, Pakaian udah rapi diberantakin lagi." Keluh Sabila, sambil mengeluarkan pakaian yang berantakan.
Sabila melihat slip gaji suaminya, yang terselip di lipatan baju. Alangkah terkejutnya Sabila, mengetahui gaji Hendra.
"Ya Allah! Gaji sebanyak ini aku cuma dikasi Sejuta lebih. Aku harus menghemat mati-matian, sedangkan dia bisa foya-foya." Kata Sabila.
Pasalnya dia melihat struk pembayaran di rumah makan. Sekali makan bisa sampai lima ratus ribu.
"Aku mau liat sampai mana kamu bohongi aku mas." Kata Sabila kecewa.
Hendra kini di rumah Ibunya. Ternyata dia membohongi Sabila, perkara dinas.
"Lama banget si kamu, Hen! Nanti kita terlambat." Kata Bu Wati.
"Terlambat apanya si Bu! Kita kan janjiannya jam 10, ini baru jam 7." Kata Hendra.
"Maya gimana, apa masih sakit?" Tanya Bu Wati.
"Perih Bu." Kata Maya.
"Hendra! Bantu Maya sana, kan kamu yang bikin dia sampai begitu." Kata Bu Wati, sembari tersenyum.
Hendra pun menggendong Maya ala bridal style. Tak sengaja kejadian itu terlihat oleh tetangga Bu Wati.
"Astaghfirullah! Itu kan Hendra, kenapa coba dia gendong perempuan kecentilan itu." Kata tetangga Bu Wati.
"Apa nda ingat istri di rumah?" Imbuhnya.
Hendra dan keluarganya, menaiki mobil Riska. Mereka pergi bersama, tanpa memikirkan perasaan Sabila jika mengetahui kebenarannya.
Sekitar satu jam berkendara, Hendra dan rombongan sampai di sebuah rumah Mewah dan luas.
"Gimana perjalanannya lancar?" Sapa seorang lelaki paruh baya, ketika Bu Wati keluar dari mobil.
"Mas Syarif! Alhamdulillah lancar mas. Nih buktinya kami sampai dengan selamat." Kata Bu Wati.
"Loh kok di gendong!" Kata Syarif.
"Maya tadi jatuh Yah!" Bohong Maya.
"Tapi gak kenapa-kenapa kan sayang." Tanya Syarif khawatir.
"Gak kok Yah. Istirahat satu dua hari, juga baikan." Kata Maya.
"Mbak Rani mana, Mas? Kok gak keliatan." Kata Bu Wati.
"Di kamar, Istirahat. Sejak kena struk, Rani sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Hanya baring, pagi berjemur." Jelas Syarif.
"Kasihan sekali laki-laki tajir begini di anggur in. Aku aja mau jadi yang kedua, masih keren gini tampilannya." Kata Bu Wati dalam hati.
"Aduh mana gak bawa buah tangan lagi buat jenguk Mbak Rani." Sesal Bu Wati.
"Sudah tidak perlu. Kalian datang untuk menjenguk saja kami sudah senang." Kata Syarif.
Mereka semua masuk ke dalam rumah mewah Maya. Mata Wati jadi terbelalak, rumahnya juga besar tapi tidak semewah ini.
"Terimakasih karena sudah berkenan mengantar Maya sampai rumah." Kata Syarif.
"Maya kan sakitnya pas di rumah kami, jadi wajar kalau kami mengantarnya pulang." Kata Bu Wati tulus.
"Wah Maya! Seandainya kamu bisa dapat mertua kayak Bu Wati, pasti kamu jadi menantu paling beruntung." Kata Syarif.
Semua yang di ruangan tamu tersenyum. Tidak termasuk Hendra.
"Tapi...Sayang Bu Wati cuma punya satu anak lelaki. Hehe..Sudah sold out lagi." Imbuh Syarif.
Seketika wajah Bu Wati dan keluarga berubah menjadi sendu. Seolah mereka mempunyai masalah yang sangat besar.
"Ah iya! Mas Syarif benar, Anak laki-laki saya cuma Hendra. Tapi ya gitu lah Mas, masalah dalam rumah tangga selalu ada." Kata Bu Wati.
"Hendra lagi ada masalah sama istrinya! Kok bisa Hen?" Tanya Syarif.
"Mmm.. Istri saya tidak mau diajak berhubungan suami istri, Om." Bohong Hendra.
"Iya Yah! Masa di depan orang, aku disuruh jadi istri Mas Hendra. Aku syok Yah, sampai jatuh begini." Maya menambah bumbu kebohongan.
"Istri macam apa dia itu? Jadi selama ini kamu gak pernah nyentuh istri kamu, Hen?" Kata Syarif.*
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.