Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.
"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.
Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.
"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.
*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.
Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.
Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.
"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"
"Aaggh!"
"Adios!"
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimangsa?
Ryu memakai setelan jas, dilengkapi dengan dasi kupu-kupu ala detektif Conan. Benar-benar pakaian resmi, mengingat bagaimana dirinya dimanjakan oleh ibunya.
Sedangkan Eric kini tengah menyetir mobil. Menggunakan celana jeans hitam dilengkapi dengan kaos polos dan blazer berwarna hitam senada. Ini adalah pesta ulang tahun Veronica.
Masih teringat dalam benaknya sebelum waktu terulang, Ryu tidak diperbolehkan olehnya untuk ikut. Hanya hadir seorang diri, tidak ingin keponakannya mengalami pembullyan jika Alex hadir.
Tapi... inilah cikal bakal kehancuran Otto Celdric. Orang-orang yang mabuk, menganiaya, memperlakukannya seperti hewan, bahkan tubuhnya dikencingi beramai-ramai oleh Alex dan teman-temannya yang tengah dalam pengaruh narkotika dan minuman keras.
Gila? Itu bukan hal gila. Ada beberapa orang pria yang hadir penyuka sesama jenis. Eric dicekoki minuman keras, dalam kondisi setengah sadar mereka melecehkannya beramai-ramai.
Sejak itu, segala yang ada dalam fikirannya berubah. Dirinya hanya menjadi pecahan tembikar tidak berharga. Video pelecehan menjadi ancaman untuk mengikuti semua perintah Alex yang tidak masuk akal, termasuk membunuh dan menyingkirkan mayat. Sumber ketakutan dan penderitaan seorang Otto Celdric. Hanya melihat tawa dari Veronica dan Alex yang bahkan berhubungan di rumahnya dengan sengaja. Mengambil semua uang yang dikirimkan ayahnya.
Kini wajah Eric tersenyum, merekalah yang membuatnya sadar, dunia dapat begitu mengeringkan. Membunuh atau dibunuh? Tidak terlahir sebagai psikopat, tapi diciptakan oleh mereka menjadi psikopat.
"Paman, apa aku bertambah kurus? Hari ini porsi makanku berkurang." Tanya Ryu memperhatikan cermin. Ingin tunangannya yang cantik bangga, memberikan pujian dan memeluknya.
Eric menghela napas kasar."Tidakkah kamu ingin memiliki pacar selain Almira? Lagipula dia belum tentu setia."
"Kami sudah bertunangan dari usiaku 10 tahun. Kemudian sudah lama tidak bertemu, dia selalu mengirimkan pesan---" Kalimat Ryu disela.
"Nanti setelah kamu sadar, aku akan mencarikan wanita pintar dan cantik. Agar kamu dapat menghadapi wanita yang sudah seperti ular beracun (Fiona)." Eric menghela napas, mengingat betapa berbahayanya Fiona.
Tersenyum merencanakan kematian Ryu Dean. Wanita yang benar-benar murka, akibat Ryu yang berusaha mencelakai Fiona dan suaminya hanya karena suruhan Almira.
Gila! Bagaimana caranya mendapatkan pasangan untuk keponakannya? Pasangan yang harus dapat mengalahkan Fiona.
Sudahlah! Jangan terlalu memikirkan kehidupan b*bi, eh salah! Timbunan lemak ini. Biarlah dia (Ryu) berkembang secara alami, hanya harus diarahkan saja. Mungkin...
"Paman, aku tipikal pria yang setia." Ucap Ryu membuka bungkus burgernya. Tapi, dengan cepat Eric merebut, melemparkannya ke luar mobil. Lebih tepatnya ke arah hutan yang mereka lewati.
"Paman!" Teriak Ryu.
"Aku membuang sampah sembarangan karenamu. Jika aku terkena denda kamu yang bayar." Kalimat penuh senyuman dari sang paman. Hal yang membuat Ryu hanya dapat berdecak.
*
Menekan bel rumah. Bukan rumah luas, tapi hanya rumah biasa, berlantai dua, dilengkapi dengan kolam renang di halaman belakangnya. Membawa dua paperbag, menunggu pintu dibukakan oleh... kuntilanak?
"Honey!" Veronica membukakan pintu, memakai pakaian casual. Memeluk tubuh Eric.
Suara musik terdengar di dalam sana. Aroma alkohol dan asap r*kok yang menyengat. Bahkan ada salah seorang pria tengah menyuntikkan jarum pada pergelangan tangannya sendiri (menggunakan narkotika).
"Paman, ini---" Ryu tidak mengerti sama sekali. Pasalnya anak manja ini hanya kerap menghadiri pesta ulang tahun pengusaha, setidaknya anak pengusaha. Pesta seperti ini agak aneh baginya.
Hendak mencium bibir Eric, tapi dengan cepat Eric menghindar. Benar-benar membenci pengkhianat yang menghancurkan hidupnya.
"Kenapa?" Tanya Veronica berusaha tersenyum.
"Kamu meminum wine? Aku alergi dengan buah anggur." Dustanya.
"Hanya sedikit..." Veronica tersenyum, menadahkan tangannya, meminta kado.
"Selamat ulang tahun sayang! Ini hadiah dariku dan Ryu." Ucap Eric memberikan dua paperbag.
"Jangan bilang ini isinya tas yang aku kirimkan fotonya padamu?" Tanya Veronica tersenyum, tas dengan harga 10 ribu dollar, itulah yang ada dalam benaknya.
Tapi ada yang aneh, kala membuka kotak terdapat boneka berbentuk bayi disana. Benar-benar boneka dengan tekstur yang mirip dengan bayi asli.
"Maaf! Bukan tas seperti yang kamu inginkan. Aku memikirkan hal lain, saat sudah wisuda nanti kita mungkin akan menikah dan memiliki anak jadi---" Eric tersenyum bagaikan malu-malu."Jika kamu menekan bagian perutnya maka lagu kesayanganmu akan terdengar."
Veronica benar-benar kesal sejatinya. Namun, menahan segalanya, menekan bagian perut, dan benar! Lagu yang indah terdengar.
Tapi bersamaan dengan itu, cairan merah mengalir dari mata, hidung, telinga dan mulut boneka kecil.
"Agggh!" Teriak Veronica menjatuhkan boneka yang dipegang olehnya.
Tubuhnya gemetar ketakutan, sedangkan Eric kembali meraih boneka yang terjatuh.Membuangnya ke dalam tempat sampah, berpura-pura panik, menahan tawa dan senyumannya.
"Kenapa kamu memberikan---" Teriak Veronica murka.
"Maaf! Aku memesannya secara online. A...aku tidak tau jika ada kerusakan. Hadiah pengganti akan aku berikan besok ya? Sesuai keinginanmu." Eric memeluknya, bagaikan pacar baik hati yang merasa bersalah. Namun, diam-diam tersenyum, hadiah? Besok akan ada hadiah yang lebih besar lagi untuk Veronica.
*
Sama seperti sebelum waktu terulang, Alex akan datang terlambat. Sedangkan Ryu masih meminum soda sembari menikmati hidangan yang hanya beberapa cemilan ringan.
"Tidak seperti di Asia, datang ke pesta pasti kenyang." Keluh Ryu, membuat Eric menghela napas kasar.
Pemuda yang melangkah menatap ke arah botol minuman yang masih tersegel. Diam-diam tangannya bergerak di bawah meja, mengisi jarum suntik dengan cairan yang dibawa olehnya. Isi cairan? Entahlah.
Namun botol wine yang masih tersegel, ditusukkan jarum suntik pada bagian penutup yang terbuat dari gabus, pada bagian sisi yang bersentuhan langsung dengan botol kaca.
Mengamati keadaan, tidak ingin perbuatannya diketahui.
"Apa yang paman lakukan!?" Tanya Ryu tidak mengerti.
"Kita akan menyaksikan pesta sesungguhnya." Eric tersenyum menyeringai.
"Pe...pesta sesungguhnya?"
*
Rumah yang dijadikan tempat pesta. Bukan pesta berkelas seperti dalam khayalan kalian, bukan pula pesta kondangan lengkap dengan kebaya seperti yang sering kalian hadiri.
Ada orang yang bahkan muntah karena terlalu banyak minum. Eric sedikit melirik ke arah botol wine dengan angka tahun yang lumayan tua.
"Eric ayo bersenang-senang." Veronica hendak menarik tangannya dalam kondisi mabuk. Hanya mengenakan celana pendek dengan atasan ketat.
"Ya... sebentar lagi aku akan bersenang-senang." Jawab Eric tersenyum.
"Kaku!" Keluh Veronica yang kembali menari, ditengah pelukan seorang pria. Sebuah tarian yang terkesan sensual.
"Paman, disini bau, aku mau pulang, ada orang yang muntah dan---" Kalimat Ryu disela.
"Sebentar lagi hidangan utama akan sampai." Eric menatap ke arah pintu masuk. Sedikit melirik pada jam dinding yang terpasang.
"Lima..."
"Empat..."
"Tiga..."
"Dua..."
"Satu..."
Pintu depan terbuka, wajah Eric tersenyum antusias, menampakkan kedatangan Alex dengan belasan orang.
"Eric mari bermain..." Ucap Alex, akan menghancurkan hidup Eric kali ini.
Senyuman di wajah Eric masih menyungging."Alex! Teman terbaikku!"
Belakangan ini saya sering baca terputus putus..
Dalam artian... kadang dalam satu part butuh bererapa waktu..
Apakah pengaruh pada rwtensinya author?
kalau iya...
saya akan baca setelah benar2 ada waktu..
🙏🙏🙏🙏
semangat kak, ditunggu terus kelanjutannya 😍😍😍😍
semangat semangat semangat
jadi ga sabar menunggu up selanjutnya.
semangat kak
tinggal iblis yang bertindak