Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Hari ini adalah hari terakhir Ujian akhir, Nadia dan teman-temannya merasa begitu lega ketika keluar dari ruang kelas. Tidak ada lagi pelajaran tambahan yang membuat mereka harus pulang sampai malam dan melanjutkan belajar lagi di rumah.
“Jalan yuk” ajak Vanesa kepada teman-temannya.
“Ayok” seru Angel dengan semangat.
“Aku nggak ikut deh” kata Nadia menolak ajakan teman-temannya.
“Aku sudah ada janji sama Tuan Bintang” lanjutnya. Vanesa dan Angel riuh mendengarnya.
“Cieee, seminggu tidak bertemu” ledek Angel. Nadia hanya malu-malu kucing menyadari kalau dia memang sangat merindukan suami orang itu.
“Kamu memang nggak niat cari lagi” tanya Nadia. Sejak Bryan pergi, Angel memang tidak pernah lagi tertarik menjadi sugar baby.
“Nggak deh, takut aku di tinggal lagi” katanya terkikik. “Aku mau cari pacar yang seumuran aja” sambungnya lagi yang membuat Nadia dan Vanesa terasa tersindir.
“Sudah tobat niee” ledek Vanesa.
“Aku justru semakin jatuh cinta sama Tuan Bintang, aku yakin seratus persen kalau Tuan Bintang juga suka sama aku. Hubungannya dengan nenek sihir sedang tidak baik, jadi aku akan mengambil kesempatan ini untuk mengambil perhatian Tuan Bintang lebih banyak.”
Nadia benar-benar telah menaruh harapan yang sangat besar pada hubungannya dengan Bintang. Entah hal apa yang membuatnya begitu yakin hingga dia bisa mensejajarkan dirinya dengan Sarah Diandra.
Sementara Nadia sedang jumawa dengan keyakinannya akan perhatian Tuan Bintang, Sarah yang tidak mau hubungannya dengan Bintang semakin memburuk mendatangi kantor suaminya dan bermaksud mengajaknya makan siang bersama.
“Tumben kau punya waktu sampai datang ke perusahaan” sindir Bintang melihat istrinya datang dan mengajaknya makan siang.
“Bukan hanya mengajak makan siang, aku juga sudah buat janji dengan dokter kandungan” kata Sarah. Bintang menaikkan sebelah alisnya terkejut mendengar Sarah bahkan sudah membuat janji dengan dokter.
“Benarkah?” Sarah mengangguk dengan senyum riang. Hati Bintang mulai luluh, dia lalu bangkit dari duduknya, memakai jasnya lalu mengajak Sarah keluar seperti keinginan istrinya itu.
Seketika Bintang melupakan janjinya pada Nadia, dia melupakan gadis itu yang sedang menunggunya seorang diri di depan sekolah.
Seperti yang sudah Sarah katakan, setelah makan siang, Sarah mengajak Bintang ke dokter kandungan yang sebelumnya sudah membuat janji dengannya.
“Bagaimana Dok?” tanya Bintang setelah dia dan sarah melakukan pemeriksaan.
“Kami masih memeriksa hasil tes darah, secepatnya akan kami kirimkan hasil pemeriksaannya” kata Dokter wanita itu.
“Saya akan meresepkan beberapa vitamin untuk Nyonya, jangan lupa di minum dengan rutin. Anda juga harus memperhatikan pola makan anda, jangan mengkomsumsi makanan siap saji dan juga minuman yang beralkohol. Saran saya kalau anda ingin program kehamilan anda cepat berhasil, anda harus meminta ahli gizi untuk memperhatikan makanan anda karena anda harus mensterilkan tubuh anda dari semua obat anti kehamilan yang sudah anda komsumsi.”
Bintang dan juga Sarah mendengar dengan baik penjelasan dari dokter, terutama Bintang, dia sangat fokus karena dia sangat ingin tubuh Sarah segera bersih dari semua obat-obatan yang pernah dia minum.
“Terima kasih banyak, dok” kata Sarah dan Bintang saat akan meninggalkan ruangan itu. hari sudah sore saat mereka keluar dari rumah sakit.
“Kau dengar apa yang dokter katakan, jangan makan sembarangan dan makan sesuai yang di sarankan ahli gizi saja”
“Baik boss” kata Sarah memberi hormat pada suaminya.
Mereka langsung pulang ke rumah, Sarah tidak bisa berbuat apa-apa karena Bintang melarangnya kembali ke butik hari ini. Dia menyurh istrinya itu untuk istirahat di rumah dan melanjutkan pekerjaannya besok.
Sarah yang baru saja berhasil mengambil kembali perhatian suaminya tidak mau melakukan kesalahan, dia menurut walau dalam hatinya dia berteriak kesal.
Sementata Sarah berjalan manja dengan mengalungkan lengannya dilengan Bintang, ada Nadia yang melihat pemandangan indah itu dari kejauhan dengan mata yang berkaca-kaca. Dia menggigit lidahnya melihat pemandangan yang begitu miris untuknya.
Dia menunggu berjam-jam sendirian di depan sekolah tapi Bintang tidak datang menepati janjinya, bahkan ponselnya juga tidak bisa di hubungi.
Nadia sadar, seberapapun besarnya perhatian yang di berikan Bintang padanya, Sarah adalah tetap prioritas utama dalam hidupnya. Dia terlalu naif merasa yakin bisa merebut Bintang dari Sarah. Apakah dia akan berhenti atau malah akan semakin gila menjadi perusak hubungan rumah tangga Sarah.
Rasa marah, kecewa dan benci bercampur menjadi satu. Di balik rasa marah dan kecewa, ada cemburu luar biasa yang tidak bisa di kedalikan hingga membuat dadanya terasa sesak sampai akhirnya bulir-bulir bening itu mengalir membasahi pipinya.
“Nad...” Nadia tersentak kaget saat sebuah tangan memegang lembut bahunya. Buru-buru Nadia menghapus air matanya yang sudah terlanjur menetes tak terbendung.
“Sadar, Nad. Mereka bukan level kita”
“Aa..apa maksud Mbak Tuti?” tanya Nadia antara pura-pura bingung atau memang sedang bingung.
“Kamu ada hubungankan dengan, Tuan?”
Deg, bola mata Nadia membulat. Belum lagi dia mengatasi rasa yang berkecamuk dalam dirinya melihat kemesraan Bintang dan Sarah, tiba-tiba datang Tuti dengan sebuah kata yang membuat Nadia kembali merasa terhantam.
“Maksud Mbak?” tanya Nadia lagi dengan suara bergetar. Tuti menarik Nadia masuk ke dalam kamarnya, takut ada orang lain yang mendengar.
“Mbak lihat Tuan Bintang keluar dari kamar kamu waktu itu” Nadia tidak punya kata untuk membantah, otaknya buntu untuk berfikir alasan apa yang bisa dia berika pada Tuti hingga akhirnya dia hanya menangis dalam pelukan gadis itu.
“Jangan sia-siakan masa muda kamu, Nad. Jangan coba-coba bermain api karena kamu akan sangat merasa kesakitan saat kamu terbakar oleh api yang kamu mainkan itu” kata Tuti yang menasehati Nadia.
“Tapi aku mencintai Tuan Bintang, Mbak. Aku jatuh cinta” Nadia kembali terisak dalam pelukan Tuti mengakui perasaannya sendiri. Dia baru saja mulai menyalakan api, tapi api itu sudah mengenai tepat di hatinya hingga sekarang dia merasakan sakitnya.
Dia yang hanya awalnya bermaksud memberi pelajaran pada Sarah, malah dia yang mendapat pelajaran berharga. Nadia tidak punya apapun untuk melawan seorang Sarah Diandra di mata dan di hati Bintang. Begitu yang Nadia dan Tuti pikirkan.
“Mbak sudah tahu sejak lama, tapi Mbak nggak mau menganggu konsentrasi belajar kamu makanya Mbak diam saja. Tapi sekarang kamu sudah selesai ujian dan sudah waktunya Mbak mengatakan semua ini sama kamu. Pergi dari rumah ini dan mulai hidup kamu yang baru, Nad.”
Nadia menatap Tuti dengan mata yang masih basah seolah bertanya benarkah dia harus melakukan itu.
“Nad, jujur sama Mbak. Kamu dan Tuan tidak pernah melakukan hubungan badan kan...”
“Mbak...” teriak Nadia mendengar pertanyaan Tuti, melihat reaksi Nadia membuat Tuti bernafas lega. Berarti kesalahan Nadia belum sejauh itu.
“Kamu masih punya banyak kesempatan, Nad. Kamu cantik banget tahu, masak mau jadi pelakor sih” canda Tuti yang membuat Nadia mulai tersenyum.
“Sudah sana, cuci muka. Jelek tahu muka kamu kalau nangis” lagi Tuti bercanda memberi sedikit semangat pada Nadia.
“Lupakan Tuan, jemput masa depan kamu yang cerah” Tuti menepuk bahu Nadia dan meninggalkan gadis itu di kamarnya.
Nadia merenungkan semua yang Tuti katakan, benarkah, haruskah dia menyerah secepat itu?