NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua puluh satu

Satu minggu sudah berlalu dan selama itu juga pergelangan kaki Kania semakin baik. Hanya saja dokter yang menangani lukanya itu berharap dia tidak melakukan pekerjaan berat atau bahkan berolahraga di masa-masa penyembuhan. Dan yang paling utama, ia sangat diharapkan untuk tidak melompat keluar dari rumah melalui atap lagi. Memang Laras menyebalkan, rahasianya pun dibocorkan kepada dokter.

Hebatnya, selama satu minggu itu juga kerjaan Kania di sekolahnya adalah merokok, tidur dan makan. Sudah. Tidak ada yang namanya mengusili Karel selama seminggu itu. Karel juga tidak terlihat selama seminggu. Katanya laki-laki itu sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pemilihan ketua OSIS sehingga membuat Karel sibuk berada di ruang OSIS sepanjang hari.

Seperti biasa di sinilah Kania berada. Tepatnya di halaman belakang sekolah saat jam pelajaran bahasa Jepang menyapa kelasnya. Seumur hidup, ia belum pernah merasakan dirinya menyukai pelajaran tersebut. Maka dari itu, ia tidak merasa keberatan sama sekali bila kenyataan gurunya melarangnya mengikuti pelajaran selama satu bulan penuh.

Seharusnya, ia hanya dilarang mengikuti pelajaran satu kali saja. Tapi berhubung dirinya tidak mau menulis surat permintaan maaf yang bisa dibilang sebagai pengakuan kesalahan, maka gurunya itu melarangnya selama satu bulan penuh.

"Bagi!"

Suara serak yang sudah lama tidak terdengar itu membuat perhatiannya teralih dengan cepat. Hari ini suasana hatinya sedang tidak begitu baik dan entah mengapa, saat matanya melihat Karel, hal biasa yang selalu terjadi, tidak terjadi hari ini.

Wajah lelah Karel dengan seragamnya yang berantakan seakan menjadi beban baru baginya.

Ia mengeluarkan kotak rokoknya, menyerahkan juga korek apinya tanpa perdebatan seperti biasanya.

"Ngapain?" Kania basa-basi setelah Karel memilih untuk duduk dengan jarak satu setengah meter di depan nya.

"Apanya?" Karel membalas sebelum membakar batang rokok milik Kania.

"Muka Lo lusuh banget."

Karel tersenyum tipis." Tebak-"

"Berantem sama Sania." Kania membalas tanpa ragu.

" Iya, Lo benar!" Karel tersenyum lebar. Ia menaruh kotak rokok juga korek api milik Kania di sampingnya dan memilih untuk memperhatikan gadis itu dalam diam.

Untuk kali ini, Kania memilih diam. Ia sedang malas dengan Karel, ia juga sedang malas membahas Sania, jadi sekali-kali menganggap Karel tidak ada bukan masalah besar kan?

"Bagus banget Lo!"

Suara penuh penekanan yang kemudian disusul dengan melayangnya selinting rokok dijepitkan jemari ikannya membuat gadis itu terkejut.

Raihan, laki-laki yang tanya yakini tidak akan pernah memasuki area terlarang ini baru saja mengganggu ketenangannya.

"Keluarin semuanya!" Raihan bersuara serius. " Gue bilangin mamah supaya duit lo ditahan-"

"Bilang!" Kania membalas dengan emosi." Panas-panasin sekalian. Gue juga udah males di rumah."

Mendengar suara juga jawaban tanpa rasa bersalah itu, Raihan meraih pada Karel yang duduk tenang di tempatnya. Ia menendang asal kaki Karel dan menatap laki-laki itu dengan wajah emosi.

"Jangan ngajarin Kania jadi nggak bener ya! Jangan mentang-mentang karena itu suka sama lo, lo jadi berhak hancurin hidup dia-"

"Apaan si?!" Kania tidak terima." Nggak usah sok peduli bisa nggak-"

"Lo diem kalau masih mau di rumah!" Raihan bersuara tajam." Atau lu mau buat ungkap semua keburukan lo ke Mama?"

Merasa semakin tidak mengerti akan bukan emosi Raihan yang datang secara tiba-tiba itu, Kania beralih pada Karel." Pergi, Rel-"

"Kenapa?! Gak usah dibelain cowok mau bilang kayak di-"

"Apaan si?!" Kania semakin terlihat emosi." Lo gak jelas banget tau gak?!" Omelnya kesal. Ia kembali beralih pada Karel." Pergi!" Perintahnya semakin memaksa.

Tidak ada perdebatan, Karel dengan santai mematikan sumbu rokok yang baru saja ia bahkan beberapa menit yang lalu dan berdiri di samping Kania.

"Rokok Lo gue tinggal di situ-"

Suara pukulan terdengar. Tanpa kata, Raihan seketika melayangkan tinjunya ke arah Karel yang sama sekali tidak siap.

"Gue tahu itu rokok Lo! Jangan manas-manasin gue, sialan!"

"Apaan sih lo?! Lo gila?! Yang barusan itu rokok gue!!!!" Kania berteriak marah. Ia menarik paksa baju Raihan yang seolah kembali bersiap untuk menghadapi Karel dengan pukulan.

"Lo ada masalah apaan sih?!" Kania kesal." Gue nggak ganggu hidup lo! Jadi lo nggak usah ganggu hidup gue!"

Melihat ama yang jelas terpancar dari kedua mata Kania, Raihan seketika menunjukkan senyum sinisnya."lo ada di dunia ini aja udah ganggu hidup gue!" Ujarnya tajam.

"Ini ngapain lagi?"

Raden, laki-laki itu baru saja hadir di sana dengan raut wajah kesal. Ia jelas yakin sudah mengatakan Raihan untuk ke tempat biasa mereka berada, bukan malah pergi ke taman belakang sekolah yang jelas bukan area mereka.

Ia menarik paksa bahu Raihan, membawa laki-laki itu mundur dari hadapan Kania.

"Lo juga ngapain barulah di sini?!" tanyanya jengah.

Raihan tidak membalas. Tapi matanya masih memperhatikan Kania yang sudah siaga untuk membantu Karel.

Ia marah, jelas. Keinginannya pergi ke taman belakang sekolah hanyalah untuk melihat keadaan tempat yang sudah jarang dikunjungi olehnya. Bukan malah menemukan Kania yang sedang merokok dengan tenang, seakan tidak ada beban atau bahkan larangan.

"Gua bilangin mama, lo urus sendiri alasannya!" Ia berucap sebelum berbalik dan meninggalkan Kania di tempatnya.

"Aneh!" Kania mencibir tidak terima.

"Sakit gak?" Ia bertanya pada Karel kemudian." Jelek lagi deh muka lo!" gerutunya kesal sendiri.

"Lo sih?!" Decak Karel. " Gue gak salah apa-apa malah dihajar kan!"

"Maaf." Kania membalas tanpa berpikir." Gue mau obatin atau Lo mau obatin sendiri?"

"Tumben nanya-"

"Gue lagi males. Kenapa? Lo mau gue yang obatin?"

"Enggak," jawab Karel.

"Ya udah, gue cabut."

Dan saat itu juga, Kania benar-benar meninggalkannya. Bahkan gadis itu tidak memperdebatkan segala sesuatunya seperti biasa.

Aneh, seharusnya itu yang ia inginkan dari Kania, pergi tanpa harus memperdebatkan apapun. Tapi kenapa rasanya berbeda di saat hal itu benar-benar terjadi? Kenapa dia tidak terbiasa dengan Kania yang cuek?

----

"Berapa bungkus lagi dia nggak mamah tahu?!"

Suara nyaring yang semakin menyakiti telinganya itu membuat Kania meringis pelan. Ucapan Raihan siang tadi benar-benar terjadi setelahnya.

Ia pikir, Raihan hanya sekedar mengancam seperti yang sudah-sudah. Tapi sepertinya kali ini berbeda. Terbukti dengan Elia yang sudah naik pitam sejak kali pertama kehadirannya sore ini di rumah. Tadinya, ia berniat memberikan banyak ucapan bualan. Tapi sayangnya, Elia sudah mengacak-ngacak kamarnya dan menemukan banyak kotak rokok di sana.

"Beresin semua barang kamu! Kamu jadi gelandangan aja sekalian kalau nggak mau ikut aturan rumah ini!"

"Untuk hal yang seharusnya kamu tahu untuk gak dilakukan aja masih berani kamu perbuat, Kania!"

"Kalau kamu nggak mau diatur, silakan keluar dari rumah ini! Pintunya terbuka lebar!"

"Mama pikir kabur dari rumah setiap malam udah kesalahan kamu yang paling parah! Tapi ini bisa-bisanya kamu ngerokok? Bahkan kamu merokok di sekolah!"

Kania mendesah pelan." Terus maunya gimana-"

"Maunya gimana?!" Elia kembali naik pitam." Apa kamu tidak merasa bersalah?!"

"Ya Aku nggak tahu salah aku di mana!" Kania membalas." Kalau Raihan aja boleh ngerokok, kenapa aku enggak?!"

"Karena kamu beda! Kamu itu perempuan! Itu hal yang paling dasar yang seharusnya kamu tahu Kania-"

"Oh! Jadi karena dia laki-laki, iya boleh merokok, dia boleh main setiap saat, dia boleh pulang malam tanpa alasan, sedangkan aku yang perempuan gak boleh berbuat apa-apa?!" Makanya kembali membalas. Ia tahu, ini adalah sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan. Tapi, emosinya sudah memuncak di saat ingatannya kembali menampilkan Raihan yang selalu benar di mata Elia.

"Emangnya kamu bisa jaga diri?!"

"Bisa! Buktinya Aku nggak pernah kenapa-napa!"

"Kamu nggak kenapa-napa sama kamu yang berusaha nutupin semua yang terjadi kepada kamu itu sama, Kania-"

"Akan selalu sama!" Kania kembali mengelak."karena aku nggak pernah merasa kehadiran aku diterima di sini! Aku nggak pernah merasa bisa terbuka untuk cerita di rumah ini! Aku nggak tahu perasaan ini sayang seperti anak pada umum-"

"Kamu yang nggak bisa ngerasain itu sendiri! Kamu yang mungkin nggak pernah bisa terima cara Mamah sayang ke kamu!"

Kania tidak membalas lagi, ia lebih memilih untuk memendam semua dua kali maksimal dibanding melihat Elia semakin emosi. Ia sedang malas berdebat. Kenapa juga Raihan harus muncul tadi siang?

"Kamu pilih, mau keluar dari rumah ini dan urus adalah sesuatu sendiri, atau pindah ke luar kota sekalian-"

"Aku keluar."

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!