Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 13
Akita mengelus-elus Tora di gendongannya sambil melihat ke arah seberang jalan. Entah apa yang menarik, karena tak ada apapun di sana selain tampak depan dari kedai Italia milik Sofia.
Sesaat kemudian wajahnya berubah menjadi bersemangat.
"Tora, apa kau mau menemuinya?", Akita berbicara pada Tora.
Dan seolah mengerti, Tora menyahut dengan meongan yang Akita terjemahkan sesuka hati sebagai iya.
Akita tersenyum lalu menurunkan Tora. Sekejap kemudian, kucing itu sudah berlari kencang menuju ke seberang.
Akita seolah tengah menitipkan hatinya pada Tora. Dan di sana, Sofia yang baru saja keluar dari kedainya terlihat menyambutnya dengan sukacita. Akita tersenyum bahagia.
"Dia benar-benar sudah jatuh cinta pada wanita itu. Lihat saja wajahnya, seolah seluruh dunianya ada di kedai itu", Ryuu berbisik pada Abe yang sedang mengaduk racikan kuah ramen.
Abe tersenyum.
"Ya, kau benar. Seperti itulah wajah orang yang sedang jatuh cinta", sahut Abe, seolah ia ikut merasakan dan terbawa kembali ke suasana ketika ia merasakan hal yang sama pada isterinya.
"Tapi Akita tak pernah melihat wajahnya. Bagaimana kalau ternyata wanita itu jelek? Wajahnya penuh jerawat, tahi lalat besar serta bisul yang membengkak, hidung besar dengan bulu yang panjang dan gigi menguning yang berantakan, lalu..", Ryuu menghentikan kalimatnya saat melihat pandangan sinis Abe.
"Ya.. kubilang kan, kalau?", Ryuu mencoba membela diri.
"Sudahlah, kau jangan berkomentar kalau tak mengerti. Lebih baik sekarang kau iris semua daun bawang itu. Aku memerlukannya sebentar lagi", perintah Abe, membuat Ryuu mendengus tapi tetap menurutinya.
"Hei, Abe!", pekik Akita dari pintu.
"Aku mau ke tempat Sofia sebentar, ada yang perlu aku tanyakan", sambungnya.
"Baiklah, tentu saja", Abe menyahut sambil tersenyum geli, paham kalau itu hanya alasan yang dibuat-buat.
"Kalau aku tidak salah, sepertinya kalian jarang bicara dari kemarin. Ada masalah apa lagi?", Abe baru menyadarinya setelah Akita hanya pamit padanya dan mengabaikan Ryuu.
"Aku memakan ravioli kiriman Nona Genovese untuknya tanpa persetujuannya. Sepertinya ia masih kesal sampai sekarang", Ryuu kini menyesali perbuatan lancangnya.
"Kau harus paham kalau orang yang sedang jatuh cinta itu sangat sensitif. Segala genre akan dia padukan dengan romansa dan drama. Jadi jangan heran kalau gampang terjadi konflik, dan sayangnya tak selalu berujung happy ending".
Ryuu hanya menatap heran pada Abe. Apakah memang dirinya yang tak mengerti, atau analogi Abe yang berlebihan dan tak sesuai tema? Hah, terserahlah!
Sementara itu di seberang jalan.
"Selamat pagi Nona Genovese, apa Tora mengganggumu lagi?", Akita berbasa-basi.
"Oh, tentu saja tidak. Dia kucing yang benar-benar manis".
Tora yang mendapat pujian, tapi Akita yang merasa melambung.
"Apa... Anda ingin membaca buku itu lagi?", Akita menunjuk Qur'an yang ada di meja.
"Iya, betul. Membacanya di awal aktivitas membuat moodku menjadi baik".
Sofia lalu meletakkan Tora di atas meja.
"Apa kau ingin mendengarkan ku membacanya hari ini, Tora?", tanya Sofia seraya mengelus lembut punggung Tora.
"Kalau boleh, aku juga mau mendengarkannya. Apa kau tidak keberatan?", Akita terlihat sedikit salah tingkah.
Mata Sofia berbinar, bahkan terlihat berkaca-kaca karena terharu.
"Tentu saja boleh, silahkan duduk".
Akita menurutinya. Dan setelah itu Sofia membaca Qur'an di hadapannya dengan khusuk.
"Itu sangat indah, seperti lagu pujian terhadap suatu keagungan tanpa batas", ujar Akita lirih.
"Sepertinya kau juga menyukainya", Sofia kembali menggendong Tora yang lagi-lagi bersikap manja di pelukannya.
Akita hanya tersenyum sipu.
Sofia kemudian menelisik wajah Akita dan mendapati gejala awal reaksi dari racun yang ia beri.
"Apa kau.. ingin kumasakkan sesuatu untuk sarapan?", tawar Sofia, sesuai dengan yang didamba Akita.
Beberapa waktu kemudian, mereka berdua sudah duduk di meja makan untuk sarapan, disertai pemandangan hiruk pikuk aktivitas para koki di dapur kedai.
Empat dosis sudah dia berikan pada Akita. Tinggal dua dosis lagi, maka hidup Akita akan dalam bahaya. Sofia harus segera mencari jalan keluar dari masalahnya. Ia tak ingin pria di hadapannya ini menderita, apalagi sampai kehilangan nyawanya.
Mengapa tak ia hentikan saja pemberian dosis itu? Tak bisa, karena ada Valentina dan Mateo yang selalu mengawasi perkembangan dan gerak-gerik Akita. Bila Akita terlihat baik-baik saja, maka mereka akan menyimpulkan kalau dirinya sudah gagal dan kesempatannya untuk terbebas dari lingkaran setan ini akan pupus selamanya.
*******
"Ini beberapa bahan pengganti sesuai daftar yang kubuat. Mungkin hari ini kau bisa mencoba untuk menyusun ulang beberapa resep", Akita menyerahkan kantong belanjaan pada Abe.
"Baiklah, nanti akan aku kerjakan. Tunggu, ada apa denganmu? Mengapa wajahmu menjadi merah begitu? Apa kau sakit?", Abe menelisik wajah Akita dengan perasaan khawatir.
"Sepertinya memang begitu. Kukira aku perlu istirahat sebentar. Apa kau tidak keberatan?", Akita kemudian mengambil sebotol air dan segera meminumnya.
"Tentu saja tidak. Sebaiknya kau segera ke dokter sebelum tambah parah".
Akita hanya mengangguk lalu segera menuju lantai atas, ke tempat Ryuu.
"Akita?! Kau kenapa? Ah, kebetulan sekali. Aku haus, mulutku rasanya kering sekali", Ryuu mengambil botol Akita dan meminum isinya.
Akita tak sempat protes, air itu sudah habis tak tersisa.
"Aku hanya merasa kurang sehat, perlu istirahat sebentar", Akita langsung menuju ke sofa dan menjatuhkan dirinya.
"Sepertinya radangmu bertambah parah. Eh tunggu, jangan-jangan aku juga sudah tertular. Hari ini aku sering sekali merasa haus, seperti yang kau alami kemarin", Ryuu baru tersadar.
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!