Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WU YUAN AGRITECH INC.
Namun tawa itu tidak bertahan lama. Maya tiba-tiba terdiam, wajahnya berubah pucat. Bayangan kejadian di candi waktu itu kembali memenuhi pikirannya - tembakan-tembakan, gas helium, dan teman-temannya yang tergeletak tak berdaya. Tangannya gemetar saat menggenggam ujung bajunya.
"May? Kamu nggak apa-apa?" tanya Rendi khawatir, menyadari perubahan sikap sahabatnya.
"A-aku..." Maya menelan ludah, suaranya bergetar. "Aku takut. Bagaimana kalau mereka kembali?"
Yuanyun menatap Maya dengan pandangan meyakinkan, suaranya tenang namun tegas. "Tenang saja. Kali ini akan berbeda. Aku akan melindungi kalian," ucapnya dengan keyakinan penuh.
"Tapi..." Maya menatap Yuanyun ragu. "Bagaimana denganmu? Bukankah akan sulit meyakinkan para suster?"
Yuanyun tersenyum misterius. "Justru itulah gunanya penyamaran sebagai donatur ini. Tidak ada yang akan mencurigai seorang pengusaha muda yang tertarik membantu panti asuhan, bukan? Lagipula..." Ia mengedipkan mata. "Perusahaan keluargaku memang nyata. Aku hanya memanfaatkan apa yang sudah kumiliki."
Maya dan Rendi saling pandang, mulai memahami betapa detailnya rencana Yuanyun. Perlahan, ketakutan Maya mulai berkurang, digantikan oleh tekad untuk mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
"Baiklah kalau begitu," kata Maya akhirnya, suaranya lebih mantap dari sebelumnya. "Aku akan ikut." diikuti Rendi yang mengangguk setuju.
Pagi berikutnya, Yuanyun tiba di panti asuhan dengan mobil SUV hitam mengkilat berlabel "Wu Yuan Agritech Inc" Ntah bagaimana dia bisa mendapatkan mobil itu.
Penampilannya sangat berbeda - setelan jas rapi, rambut ditata elegan, dan membawa tablet serta beberapa map tebal. Benar-benar menampilkan sosok pengusaha muda profesional.
"Selamat pagi, Suster Evlin," sapanya sopan saat memasuki ruang tamu panti. "Terima kasih sudah meluangkan waktu pagi ini."
Suster Evlin mengangguk, wajahnya masih menyiratkan keraguan. Di sampingnya, Suster Maria juga hadir dengan ekspresi penuh selidik.
"Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan, Tuan Yuanyun?" tanya Suster Evlin langsung.
Yuanyun membuka tabletnya, menampilkan presentasi profesional. "Seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, selain donasi reguler, Wu Yuan Agritech Inc juga memiliki program pemberdayaan remaja. Kami menyebutnya 'Young Business Minds Program'."
Ia menjelaskan dengan detail - program mentoring intensif selama dua hari untuk anak berbakat, kesempatan belajar langsung di kantor cabang perusahaan, dan potensi beasiswa pendidikan tinggi untuk peserta terbaik.
"Dari data akademik yang saya terima, Maya menunjukkan bakat luar biasa dalam matematika dan manajemen. Sementara Rendi memiliki kemampuan kepemimpinan yang menonjol dan kejeniusannya yang tak bisa diragukan. Mereka adalah kandidat sempurna untuk pilot project ini."
Suster Maria terlihat tertarik. "Tapi mengapa hanya mereka berdua?"
"Program ini masih dalam tahap awal. Kami ingin memastikan setiap peserta mendapat perhatian maksimal. Jika berhasil, kami berencana memperluas program ini ke lebih banyak anak tahun depan."
Suster Evlin masih ragu lalu bertanya. "Dua hari? Dan mereka akan menginap di mana?"
"Kami sudah menyiapkan akomodasi di hotel dekat kantor. Tentu saja dengan pengawasan ketat dari staff kami," Yuanyun mengeluarkan beberapa dokumen. "Ini adalah jadwal lengkap, asuransi, dan surat tanggung jawab dari perusahaan. Saya juga sudah menyiapkan kontrak detail tentang hak dan kewajiban semua pihak."
Maya dan Rendi, yang duduk di sofa belakang, hampir tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka melihat betapa detailnya persiapan Yuanyun, Rendi bahkan sempat berguman dalam hati.
“Bagaimana bisa dia mendapatkan semua barang-barang itu dalam waktu semalam?“
"Dan ini," Yuanyun mengeluarkan kartu nama, "adalah nomor kontak langsung saya dan tim. Para suster bisa menghubungi kami kapan saja untuk memastikan keadaan anak-anak."
Setelah diskusi panjang dan membaca semua dokumen, Suster Evlin akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, tapi dengan satu syarat. Saya ingin staff Anda mengirimkan foto dan laporan kegiatan setiap beberapa jam."
"Tentu saja," Yuanyun tersenyum professional. "Kami akan memastikan para suster selalu mendapat update regular."
Setelah semua dokumen ditandatangani, Maya dan Rendi diizinkan berkemas. Mereka berusaha keras menahan kegembiraan mereka sampai berada di dalam mobil.
"Aku tidak percaya kamu benar-benar bisa membuat rencanamu berhasil hanya dalam waktu semalam!" bisik Rendi kagum setelah mereka meninggalkan panti.
Yuanyun tersenyum misterius sambil melepas jasnya. "Terkadang kebohongan terbaik adalah yang sebagian berisi kebenaran. Wu Yuan Agritech Inc memang perusahaan nyata, dan program mentoring itu juga ada. Kita hanya... sedikit mengubah beberapa hal dan tujuannya."
Maya menatap keluar jendela dengan perasaan campur aduk. "Aku merasa bersalah membohongi para suster..."
"Terkadang kita harus melakukan hal yang tidak menyenangkan untuk mencapai tujuan yang lebih besar," Yuanyun menatap Maya dari kaca spion. "Yang penting sekarang, kita fokus mencari Niyati Vidhan milikmu itu dulu."
Mobil itu melaju meninggalkan panti asuhan Dharma, dan tak lama keluar dari kota Kalynda, membawa mereka menuju langsung ke Mojokerto.