Mila Agatha telah menjalani 11 tahun pernikahan penuh dengan cinta dari suaminya, namun tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Pernikahan yang ia jalani terasa hampa tanpa kehadiran seorang anak di antara mereka, berbagai macam cara sudah ia lakukan namun nihil.
Hingga suatu hari ia harus menerima suatu kenyataan pahit yang membuatnya begitu terluka.
Akankah Mila sanggup untuk melewati ujian pernikahan yang ia jalani?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Kini ketiga pria beda usia itu pun sedang menunggu dokter selesai memeriksakan kondisi mila saat ini. Tak lama kemudian Mia dan Riri pun datang secara bersamaan.
"Bagaimana keadaan kakak?" Ucap Mia dan Riri secara bersamaan, membuat ketiga pria berbeda usia itu pun langsung menatap ke arah mereka dengan raut wajah yang berbeda.
"Cepat katakan bagaimana keadaan kakakku" Tanya Mia menatap ke arah dua pria itu secara bergantian.
Tak ada Jawaban apapun yang keluar dari mulut para pria berjas itu, membuat Mia sangat geram pada mereka.
Mia menghela nafasnya, meredam semua emosi yang memuncak dalam hatinya saat ini. "Kalian semua pergilah, biarkan aku sendiri yang mengurus kakakku dan kau Riri aku sudah sangat muak dengan tingkah kakakmu. sudah cukup lama aku diam, Namun sekarang tidak lagi ini saatnya aku maju untuk memberikan keadilan bagi kakakku. Dan lihatlah ini dengan baik-baik" Ucap Mia yang langsung memberikan sebuah amplop yang berada di tangannya pada riri.
Dan Riri pun menerima amplop yang Mia berikan padanya, "Apa ini?" Tanya Riri dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya.
"Buka dan bacalah dengan teliti" Ucap Mia dengan nada ketusnya.
Kedua pria berjas itu hanya menyaksikan apa yang sedang di lakukan oleh para gadis yang berada di hadapan mereka, sedangkan Kenzo trus menatap ke arah pintu ruangan yang masih tertutup rapat.
"Mommy kenapa dokter itu lama sekali memeriksamu, mommy apa kau lupa dengan janjimu padaku hari ini"
Kenzo sangat merasa sedih dan sempat menangis histeris saat melihat beberapa luka yang di alamai Mila, sebelum Mila di larikan ke rumah sakit.
Dengan perlahan Riri mulai membuka isi amplop yang di berikan Mia padanya, dan melihat apa yang ada di dalamnya. Dan betapa terkejutnya Riri saat melihat apa isi dari amplop tersebut.
Riri memegang kepalanya yang terasa berdenyut hingga hampir terjatuh jika Juna tak segera menangkap nya, dan mendudukkannya di kursi tunggu.
"Kenapa? apa kau terkejut Riri setelah melihat kenyataannya." Ucap Mia masih dengan nada ketusnya.
Juna pun merasa sangat penasaran dengan apa isi dari amplop tersebut, dengan cepat ia pun mengambil amplop itu dari tangan kekasihnya, dan melihat berkas-berkas yang ada di dalamnya.
"*I*ni sulit di mengerti ternyata gadis itu pandai mencari informasi secara detail demi memberikan keadilan untuk kakaknnya."
"Aku ikhlas jika kau akan menghukum kakakku, karena memang dia yang salah. Aku sangat tidak menyangka, jika dia berbuat seperti itu pada kak Mila hanya demi perempuan seperti Diana" Ucap Riri dengan suara bergetar menahan tangisnya.
"Biarkan Juna yang mengurusnya" Ravindra mulai membuka suaranya setelah lama terdiam dan hanya menjadi penonton saja di sana.
Bersamaan dengan itu pintu ruangan pun terbuka membuat Kenzo dan Mia langsung bergegas menghampiri dokter yang menangani Mila.
"Bagaimana keadaan kakak saya dok?" Mia bertanya dengan raut wajah cemasnya.
"Pasien masih belum sadarkan diri karena pengaruh obat, mungkin beberapa saat lagi pasien akan segera siuman" Ucap sang dokter memberikan penjelasan kepada Mia.
"Untuk pemeriksaan lebih lanjut sebaiknya segeralah berkonsultasi pada dokter psikiater, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan"
"Apa maksud dokter" Ucap Mia dengan nada tidak sukanya, saat dokter itu dengan secara tidak langsung mengatakan bahwa kakaknya mengalami gangguan kejiwaan.
"Mommy" Kenzo berteriak masuk ke dalam ruangan mengalihkan perhatian mereka yang berada di sana.
Mia pun langsung mengikuti Kenzo di belakangnya, namun ia kembali ke luar untuk mengingatkan semua orang yang ada di sana untuk tidak membicarakan hal apapun yang sudah mereka ketahui pada kakaknya.
"Aku harap kalian semua tak pernah membahas soal ini di hadapan kak Mila, terutama kau Riri" Tunjuk Mia pada wanita yang kini sedang duduk dan menangis sesenggukan.
Sedangkan Riri hanya mengangguk pasrah dengan apa yang di katakan oleh mia padanya. Mia pun kembali berjalan dengan cepat menghampiri kakaknya yang sudah mulai siuman.
"Kak apa kau baik-baik saja?" Tanya Mia sambil menatap wajah pucat kakaknya.
Mila tak menjawab pertanyaan adiknya ia hanya menatap kosong langit-langit ruangan itu.
"Mommy'' Kenzo merangkak naik ke atas brankar pasien dan memeluk Mila di sampingnya.
"*S*ebenarnya siapa bocah mengemaskan ini, mengapa dia memanggil kakak dengan sebuatan mommy"
Mila terseyum menatap wajah tampan kenzo dan mencolek hidung kecilnya, yang sudah menjadi kebiasaan bagi mila jika sedang bersama dengan bocah mengemaskan itu.
"Mommy apa kau sakit" Tanya Kenzo dengan wajah polosnya. Sambil mengusap luka yang sudah di balut perban oleh sang dokter.
"Tidak anak tampan, aku baik-baik saja" Mila pun mengelus rambut keriting Kenzo dengan penuh kasih sayang. Mengacuhkan semua orang yang berada di sana, seolah hanya ada dirinya dan Kenzo saja di ruangan itu.
"Apa kau pergi ke sekolah tadi" Tanya Mila, dan Kenzo pun menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Anak pintar. Maafkan aku ya, aku tidak bisa mengantarkan mu kesekolah di hari pertama mu datang ke sekolah" Ucap Mila dengan raut wajah sedihnya.
"Mereka seperti ibu dan anak meskipun tuan kecil tak lahir dari rahim nona Mila, tapi yang sebenarnya mereka berdua sama-sama saling membutuhkan satu sama lainnya, aku harap tuan muda memikirkan hal ini demi kebahagiaan tuan kecil" Juna berkata dalam hatinya. Dan memikirkan sesuatu yang kini sudah muncul ide-ide bagus dalam otaknya.
Sedangkan Mia yang melihat kakaknya terseyum bahagia bersama bocah laki-laki yang bersamanya, ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dan mengajak semua orang yang berada di sana.
Membiarkan Kenzo dan Mila terap disana, begitu juga dengan Ravin ia mulai merelakan putra semata wayangnya dekat dengan Mila.
Kini Ravin pun memilih untuk meninggalkan rumah sakit itu bersama dengan Juna dan menyiapkan beberapa pengawal untuk menjaga putranya. Dan tinggallah hanya Riri dan Mia yang berada di ruang tunggu, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Dua gadis itu pun sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
*
*
Sedangkan di kediaman Hendra beberapa anggota kepolisian datang untuk menangkapnya, dengan kasus kekerasan yang dilakukan nya beberapa minggu yang lalu pada mantan istrinya.
Hendra memberontak dan tak mengakui kesalahannya."Pak anda tidak bisa menangkap ku begitu saja, ini pasti ada kesalah pahaman" Ucap Hendra yang tak terima saat para anggota polisi itu akan membawanya pergi.
"kita jelaskan nanti di kantor."
"Diana tolong lakukan sesuatu, apa kau ingin melihat ayah dari bayimu berada di dalam penjara saat kau melahirkan nanti." Hendra menatap tajam pada istrinya. Namun Diana tetap cuek dan tak memperdulikan teriakan Hendra yang meminta bantuannya saat ini.
Bersambung
suami mu itu sedang berbulan madu
aduhh/Facepalm//Grimace/