TURUN RANJANG

Ella menatap dirinya di depan cermin. Wajahnya baru saja di rias make-up stylish yang di pilih Catherine. Ella meminta riasan yang lembut.

Kini wajah gadis itu terlihat sangat cantik. Dengan rambut di sanggul modern.

Ella mengenakan kebaya pengantin berwarna putih milik Catherine.

Hari ini adalah hari pernikahan ia dan Leonard, kakak iparnya.

Bagi Ella tidak ada yang istimewa, ia menikah hanya status saja selama kakaknya belum sehat. Ella berkewajiban merawat Noah anak Maya dan Leonard.

Tidak ada perjanjian tertulis tapi Leonard sangat jelas mengatakan seperti itu pada Ella tadi pagi. Dan Ella menyetujuinya.

Acara pernikahan di lakukan di kediaman Hartono dan Catherine. Saat ini Ella berada di kamar pribadi Leonard di lantai tiga.

Make-up stylish sudah pergi. Kini Ella seorang diri berada di kamar itu, menunggu namanya di panggil untuk turun. Sejak pagi tadi Ella tidak melihat Leo.

Tok

Tok

"Ceklek...

Terlihat Meyda membuka pintu kamar. "Sayang sekarang sudah waktunya kamu turun. Ijab qobul berjalan lancar. Leonard melakukan dengan baik. Kini kamu sah menjadi istrinya Ella" ucap Meyda tersenyum bahagia.

Namun tidak dengan Gisella. Gadis itu tersenyum getir mendengar perkataan mamanya.

"Ayo sekarang kita turun, temui suami mu sayang", ucap Meyda sambil membantu Ella berdiri. Sesaat wanita itu menelisik penampilan anaknya.

Meyda membingkai wajah cantik Ella. "Sempurna. Kau harus menjadi istri yang baik sayang. Patuh pada suami mu", ucap Meyda membuat perasaan Ella semakin pilu. Yang terlihat di sudut bibir gadis itu hanya seutas senyum getir.

*

Meyda menuntun putrinya datang menemui Leonard. Meyda membisikkan sesuatu di telinga Ella. Membuat Ella grogi dan ragu-ragu untuk mencium tangan Leonard yang menatapnya dingin.

Namun Ella menuruti Meyda menundukkan wajahnya mencium tangan Leonard yang kini sah menjadi suaminya.

Entah sandiwara atau apa, Leo membingkai wajah cantik Gisella dan mengecup keningnya.

Tindakan itu membuat tubuh Ella gugup dan gemetaran. Sontak telapak tangannya terasa lembab.

Ella berusaha menenangkan dirinya. Mengikuti Leo menyalami satu persatu orang tua mereka.

Tidak banyak orang yang hadir, sebagian keluarga inti dua keluarga saja.

Ella tidak bisa menahan air matanya ketika memeluk kedua orangtuanya.

"Jadilah istri yang baik untuk suami mu, Ella. Jaga Noah seperti anak mu sendiri", ucap Rudi.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir gadis itu. Sejak tadi Ella memilih diam.

Beberapa saat berlalu..

Ella duduk seorang diri di kursi. Sementara orang-orang menikmati santap siang, Ella memilih menjauh. Banyak sekali yang sedang ia pikirkan. Gadis itu melamun jauh sampai-sampai tidak menyadari Leo berdiri di sampingnya.

"Ayo kita pulang. Noah sudah rewel", ucap Leo. Namun tidak ada sahutan Ella yang sedang melamun.

"Ella...

"Ck gadis ini. Ella!", panggil Leonard dengan suara cukup keras menyadarkan Gisella.

"Hm...iya?"

"K-ak..

Ella menatap Leo yang berdiri di dekatnya. Wajah laki-laki itu terlihat kesal sekali padanya.

Ella segera berdiri.

"Ayo kita pulang. Noah sudah rewel".

Tanpa menunggu jawaban Ella, Leo pergi pamit kepada kedua orang tuanya mereka.

Catherine terlihat kecewa pada putranya itu yang mengajak Ella cepat-cepat kembali ke mansion nya. Padahal sebelumnya Catherine telah meminta agar Leo dan Ella tidur di mansion mereka dulu. Catherine sudah menyiapkan kamar Leonard menjadi kamar Ella juga.

Namun Catherine tidak bisa memaksa putranya tersebut. Jika sudah memutuskan, tidak ada yang bisa mencegah Leo. Catherine sudah bersyukur Leo mau menuruti permintaan nya menikah dengan Ella. Itu sudah cukup. Selanjutnya ia tidak akan mencampuri urusan rumah tangga Leonard dan Gisella.

...***...

To be continue