NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Pesan Misterius

Arlen kembali ke ruang tunggu dengan jasnya yang ditenteng dan sebelah lengan kemeja dalamnya yang digulung hingga di atas siku.

"I-ini minum, lah." Kalila memberikan sebotol susu kedelai kepada Arlen.

Arlen menerimanya dengan sukarela.

"Terima kasih, Nak Arlen." Lagi-lagi Bunda menangis. "Entah bagaimana Kirei kalau.."

"Kirei akan baik-baik saja. Bunda jangan khawatir ya." Sahut Arlen dengan nada yang sangat menenangkan. Hati Kalila pun rasanya menjadi tenang. Jika saja dia tidak ingat bagaimana dinginnya musim selama pernikahan mereka, Kalila pasti akan sangat tersentuh dengan sikap Arlen saat ini.

"Lila!" Suara Miska dan Rafa menginterupsi. Kehadiran mereka membuat Kalila bisa bernapas lega.

Kalila langsung menghampiri Miska dan Rafa, dan Miska langsung memeluk Kalila.

"Gimana Kirei?" Tanya Miska.

Sementara Miska dan Kalila sedang bertanya jawab, Rafa mendekat kepada Arlen yang masih dengan tenang meminum susu kedelainya.

"Kamu datang?" tanya Rafa dengan kedua alisnya yang naik ke atas.

"Ya. Kenapa?"

Rafa mengedikkan bahu. "Kupikir sedang sibuk." ujar Rafa dengan sedikit memberi nada sindiran halus pada ujung kalimatnya.

"Apa maksudmu?" Arlen balas bertanya.

Tapi Rafa hanya menarik salah satu ujung bibirnya, menyunggingkan senyuman miring. Kemudian dia berpaling untuk menemui Bunda Seruni.

Sepertinya hubungannya dengan Miranda bukan lagi rahasia diantara mereka, pun dengan pernikahan antara dirinya dengan Kalila.

Merasa dirinya kini diabaikan, Arlen memilih untuk keluar dari ruang tunggu itu, ia memilih untuk duduk menghirup udara segar di bangku taman rumah sakit.

Matanya menatap lengannya yang terdapat kapas kecil. Dia membuang napas, tak mengerti dengan sikapnya sendiri. Kenapa dia harus peduli? Kenapa dia memilih untuk meninggalkan Miranda dan menyusul Kalila? Kenapa dia merasakan khawatir melihat Kalila yang kelelahan?

Selain pertanyaan-pertanyaan itu, ada satu pertanyaan yang sungguh mengusik kepalanya.

Apa hubungan mamanya dengan Kirei?

Apa maksud ucapan Bunda Seruni yang sempat menyebut nama Erina?

Disaat kepala penuh dengan pertanyaan, sebuah pesan masuk membuat ponselnya bergetar. Satu notifikasi dari nomer yang tak dikenal.

Awalnya Arlen tak peduli, tapi karena nomor itu terus-terusan memberikannya pesan, mau tak mau Arlen membukanya.

Kedua matanya seketika membeliak melihat apa yang lampirkan pada pesan singkat itu.

"Ap-apa ini?" Jarinya terus bergerak untuk membuka lampiran poto-poto yang dia terima. Hingga sampai pada satu vidio menjijikan.

Brak! Benda pipih itu pun lepas dari genggamannya.

* * *

"Kamu yang kasih tau Arlen?" tanya Kalila pada Miska dengan suara pelan. Menjaga jarak juga dari bundanya yang masih ditenangkan oleh Rafa.

"Iya lah!" Miska menjawab tanpa ragu. "Aku ketemu mereka lagi bertengkar di tempat parkir restoran, dan si jal4ng itu nyebut kamu pelakor. Enak aja!"

Kalila hanya mendengus. "Tapi, kenyataannya, aku memang merebut posisinya, kan?"

"Kamu ga ngerebut apa-apa, ya, La. Inget! Kamu itu dipilih langsung sama Tante Erina."

Tapi Kalila tetap tidak merasa lega dengan ucapan Miska. Tetap ada rasa bersalah pada Arlen, juga pada Miranda.

"Tapi ada yang aneh juga sih," kata Miska. "Pas aku kasih tau kalo kamu lagi di rumah sakit, ekspresi Arlen berubah khawatir, dia bahkan sampe nyuruh Noe yang anter Miranda pulang."

"Arlen khawatir?"

Miska mengangguk.

"Ga mungkin. Dia sekarang cukup punya alasan untuk membenci aku."

"Itu karena dia ga tau alasan sebenarnya."

Kalila menghela napas berat.

"Kamu yakin akan sembunyikan sampai satu tahun?"

Kalila mengangguk.

"Kalau aku jadi kamu, aku buka semuanya, aku ga akan mau disalahkan begini."

"Aku...ga mau merusak hubungan Arlen dan Miranda. Dengan aku menerima perjodohan ini saja, aku udah sangat bersalah pada mereka."

"Tapi Si Keranda memang ga pantas untuk Arlen, La."

"Keranda? Jangan sembarangan ganti nama orang, Mis."

"Habis, kesel aja aku sama dia."

"Selama dia ga menyakiti Arlen, aku rasa kita ga punya hak untuk menilai macam-macam, kan."

Miska hanya bisa membuang napas gemas.

Lampu merah di atas ruangan operasi telah berubah menjadi hijau. Berjam-jam yang penuh ketegangan, kecemasan dan kekhawatiran akhirnya bisa berakhir setelah dokter menyatakan operasi telah selesai dan berjalan dengan baik.

Kirei sudah dipindahkan ke ruang pemulihan, sementara Bunda dipaksa oleh Kalila untuk istirahat di kamar perawatan.

"Kalian bisa pulang juga, biar aku yang temani Lila." ucapan Arlen tentu saja membuat Kalila, Rafa dan Miska nyaris tersedak.

"Apa aku ga salah dengar?" Miska yang lebih dulu menyahut. "Apa kamu sudah hubungi pacarmu yang penuh skandal itu? Jangan sampai dia sebut Kalila sebagai pelakor lagi, atau aku akan merobek mulutnya."

"Miska." Kalila menegur Miska yang terkadang tidak ada rem saat emosi.

"Lebih baik, kamu saja yang pulang, Ar." Rafa ikut menyahut. "Benar kata Miska, jangan sampai kekasihmu itu salah paham ke Kalila lagi."

"Tapi..." Tapi aku suaminya.

Ah, Arlen nyaris saja menyempurnakan kalimatnya, jika saja dia tidak ingat bahwa dia lah yang melemparkan kepada Kalila surat perjanjian kontrak pernikahan mereka.

"Sebaiknya kamu istirahat saja, Ar." Kalila kali ini ikut mengusir Arlen. "Terima kasih sudah mendonorkan darahmu untuk adikku, itu saja sudah membuatku berhutang banyak padamu. Terima kasih. Dan juga maaf karena Adikku, kamu jadi kehilangan darah. Aku ga bisa mengganti darah yang udah kamu kasih untuk Kirei."

Ah, kenapa hati Arlen terasa nyeri mendengarnya. Seolah donor yang dia berikan adalah hutang yang harus diganti oleh Kalila. Seolah, dia melakukannya bukan karena ikhlas, tapi karena ada pamrih. Apakah seperti itu kini imej dirinya dimata Kalila?

Tapi, bukan kah, seharusnya dia tidak perlu peduli lagi bagaimana imej dirinya dimata Kalila? Hanya saja, kenapa dia tidak terima jika Kalila membencinya? Yang lebih aneh, dia tidak terima jika yang menemani Kalila bukan dirinya.

.

.

.

Bersambung

1
Kiky Mungil
Yuk bisa yuk kasih like, komen, dan ratingnya untuk author biar tetep semangat update walaupun hidup lagi lelah lelahnya 😁

terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️

Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Ana Natalia
mengapa selagi seru2nya membaca terputus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!