Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Alena yang merasa bahagia dan terharu mengetahui kabar kehamilannya, sampai melupakan jika di ruangan tersebut ada Alana. Bahkan dia juga tidak mendengar apa yang di katakan dokter, sampai dokter itu keluar dari ruangannya.
"Selamat Nona Alena," ucap Ben.
Membuat Alena tersadar jika diruangan tersebut tidak hanya ada dirinya seorang, tapi ada Ben dan Alana yang mengetahui berita kehamilannya.
"Sepertinya keadaanmu baik-baik saja, jadi aku akan pergi. Oh ya, sekali lagi selamat," Alana bergegas keluar dari ruangan yang membuat luka dihatinya kembali terbuka.
"Tunggu!"
Alana menghentikan langkahnya, menatap kembali pada Alena.
"Sekarang kau tahu bukan aku sedang mengandung, jadi lupakan Abian dan jangan pernah menemuinya lagi!" ucap Alena dengan dingin dan tatapan yang tajam.
"Menemuinya?" Alana tersenyum sinis dengan raut wajah tak percaya. Tadinya dia pikir Alena sudah berubah, setidaknya memiliki rasa bersalah sedikit saja karena sudah merebut Abian. Tapi kenyataannya wanita itu masih sama seperti dulu, begitu picik, licik, dan tidak berperasaan. Bahkan kata maaf yang sudah ditunggunya sejak beberapa bulan yang lalu, tidak pernah diucapkan oleh saudara kembarnya itu. "Asal kau tahu, Abian yang sering datang menemuiku! Dan satu lagi, tanpa kau suruh pun aku sudah melupakannya. Aku juga sudah melupakan memiliki saudara kembar yang bernama Alena Ricardo!" ucap Alana dengan sangat emosi.
"Baguslah jika kau sudah melupakan kami! Jadi teruslah bersikap seperti itu! Jika kita bertemu lagi anggaplah tidak saling mengenal, dan apa pun yang kau dengar tentang kami termasuk kehamilanku, jangan pernah memberitahu siapa pun termasuk Nyonya Daisy dan Tuan Antoni. Karena aku tidak mau kebahagian kami jadi rusak gara-gara kehadiran kalian."
"Ale...!" sentak Alana dengan napas yang memburu dan tangan yang terkepal erat, menahan emosi yang mulai bergejolak di dalam hatinya. "Asal kau tahu Mom dan Dad pun tidak sudi mendengar kabar apa pun tentangmu, karena orang sepertimu tidak pantas mendapatkan perhatian dari siapapun termasuk kami. Dan sesuai dengan keinginanmu, mulai hari ini anggap kita tidak saling mengenal." Alana berlari keluar dari ruangan tersebut dengan air mata yang menetes di kedua pipinya.
Hatinya terluka dengan semua sikap Alena, sampai dia berbohong dengan mengatakan sudah melupakan saudara kembarnya itu, dan mengatakan Mom Daisy dan Dad Antoni yang tidak mau lagi mendengar kabar Alena.
Tidak jauh berbeda dengan Alana, jauh di lubuk hatinya yang terdalam Alena pun merasakan sakit yang sama, namun semua itu terpaksa dilakukannya agar Alana menjauh, sehingga wanita itu tidak akan pernah memberitahu Abian tentang kehamilannya.
"Menangislah jika kau ingin menangis!" Ben yang sejak tadi diam mendengarkan perdebatan keduanya, menatap lekat wajah sendu Alena.
"Cih untuk apa aku menangis, ada hal yang lebih penting yang harus aku lakukan dari pada menangis!" Alena turun dari atas brankar.
"Anda mau kemana?" Ben hendak membantu, namun Alena menghempaskan tangannya.
"Aku ingin pulang."
"Tapi Anda baru saja tersadar dari pingsan."
"Aku baik-baik saja Ben," Alena berjalan dengan perlahan karena kepalanya masih terasa berat.
"Biar aku bantu."
"Tidak perlu!"
"Tapi Anda masih lemah, jadi ijinkan aku membantu," Ben tidak mau sampai Alena terjatuh tak sadarkan lagi. Terlebih wanita itu sedang mengandung anak tuan Abian.
Alena menghentikan langkahnya, menatap dengan intens sosok Ben. "Kau ingin membantuku?"
"Tentu saja," jawab Ben dengan cepat.
"Kalau begitu bantu aku merahasiakan kabar kehamilan ini dari Abian!"