Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Lari Pagi
Mamanya Dika heran kalau Dika sudah dua kali di nasehati oleh mamanya Silvi dengan kata-kata yang sama
"Jadi sebelumnya Dika sudah pernah jumpa dengan tante Soraya itu ya"
"Iya ketika pulang ujian sekolah, ketika itu Dika mau mengajak Silvi ke kafe Bidadari tapi keburu mamanya Silvi sudah menjemput jadi kami tidak jadi kesana dan mamanya Silvi nasehati Dika dengan kata-kata jangan pacaran karena masih kecil sebaiknya fokus saja dengan belajar jadi ya Dika anggap saja kami berteman ma"
"Oh begitu ya, jadi kalian bercanda saja ya"
"Iya ma"
"Ya sudah kalau seperti itu, baguslah"
Mobil yang dikendari mamanya Dika dan Dika akhirnya sampai ke rumah mereka dengan selamat hingga akhirnya mereka melakukan aktifitas seperti biasanya. Khusus buat Dika kembali ke kamarnya dengan serangkaian senyum melihat kamarnya dengan segala ke usilan untuk kamarnya sendiri.
"Ternyata asyik juga jadi usil tapi pesan mama tidak boleh melukai, menyakati atau menghilang kan sesuatu"
Dika tertawa sendiri sambil menikmati.kamarnya yang dibuat sesuai kemauannya hingga bukan Dika namanya kalau kamarnya tidak di jadikan bahan teori dan praktek keusilan hingga kamarnya menjadi korban dari sikap usilnya yang berlebihan. Dari jam dinding yang terbalik dengan alasan lebih gampang lihat jam pada posisi tidur yang terlentang, televisi dikamar dibuat miring ke kanan katanya agar enak nonton sambil tiduran. Dari pulpen merah tapi anak penanya diganti menjadi biru, pulpen biru anak penanya diganti menjadi hitam dan hitam diganti menjadi merah sehingga kalau ingin meminjam pulpen dikamar Dika, harus coba ditulis dikertas yang lain terlebih dahulu. Dan hal ini pernah terjadi kepada mamanya yang mau menandatangani berkas penting dan meminjam pulpen hitamnya anaknya tanpa minta izin ke Dika tapi ketika menandatangani berkas pentingnya tersebut, mama jadi terkejut karena yang keluar dari pulpen hitam bukan berwarna hitam tapi warna merah.
"Dikaaaaaaaa!"
Teriak mama ke Dika karena harus mengeprint ulang dan merasa kesal melihat anak satu satunya tersebut. Ketika mamanya mau protes ke Dika maka Dika hanya tersenyum saja karena mama tidak izin terlebih dahulu dan hal ini disampaikan Dika ke mamanya. Dan banyak hal yang lain yang bisa dijumpai dikamarnya Tapi inilah Dika. hingga akhirnya perjalanan waktu sebagaimana biasanya hingga tidak terasa waktunya Dika istirahat di malam hari dan akhirnya pergantian hari dan memasuki waktu Subuh hingga alarm dari Handphonenya Dika berbunyi menandakan Dika harus bangun pagi.
"Jam 04.30,"
Dika bicara dalam Hati sambil siap-siap untuk bangun dari tidurnya
"Alhamdulillah"
Dika segera bangun dan bersyukur kepada Sang Pencipta yang masih membuatnya terbangun dan segera merapikan tempat tidurnya dan melakukan peregangan tubuhnya.
"Ahhh segar banget, nikmatnya udara pagi dan ternyata ketika Dika membuka jendela kamarnya terlihat putri juga sedang membuka jendela kamarnya. Spontan Putri melambaikan tanganya dengan sangat senangnya begitu juga Dika karena sudah beberapa hari ketika ujian.dia tidak ada kontak dengan Putri begitu juga Putri yang saat ini menyapa Dika.
"Lari Pagi yok"
Teriak Putri, yayangnya Dika dirumah dan bisa jadi ada yang lain
"Ok jam 6 ya" teriak Dika
Putri langsung menunjukan jempolnya tanda setuju
Dika juga menunjukan jempolnya dan segera mandi dan melaksanakan sholat subuh dan minum susu yang sudah disiapkan ibunya dimeja makan.
"Dika mau kemana?"
Mamanya Dika bertanya kepada Dika yang sepertinya sudah siap dengan baju kaos dan sepatu untuk olahraga ketika selesai minum susu yang dibuat untuknya
"Dika mau lari pagi bersama Putri ma"
Dika segera menghampiri mamanya dan mencium tangan mamanya
"Dika pergi ya ma"
"Ya nak, hati-hati ya"
Mamanya Dika mengelus kepala anaknya sambil mencium kening anaknya.
Dika membuka pintu dan segera menyapa security yang setia melakukan tugas pengamanan dirumahnya.
"Pagi pak"
"Pagi nak Dika, mau lari pagi ya"
"Ya pak"
Dika menjawab sambil mengeluarkan HP-nya untuk menghubungi Putri tapi dilihatnya Putri sudah melambaikan tangannya.
"Dika"
Dika langsung mendekati Putri dan memberi setangkai bunga mawar yang baru saja dipetik dari taman bunga mamanya yang pecinta bunga.
"Ini buat yayang aku yang cantik"
Dika bicara sambil tersenyum menatap keindahan di wajah Putri yang begitu cantik
"Makasi yayang aku yang ganteng"
"Kalau begini terus bunga ditaman tante Gladis bisa habis"
Putri menyindir Dika sambil tersenyum
"Kan tidak apa apa demi calon menantunya yang cantik bagai bidadari ini"
Putri tersipu malu karena sering di puji Dika kalau berdekatan dengan dirinya apalagi beberapa hari ini mereka tidak bertemu hingga kerinduan di hati mereka sangat dalam sehingga pertemuan mereka saat ini seakan melepas semua kerinduan yang ada. Khusus buat Putri saat ini yang begitu senang sekali mengajak Dika untuk jalan
"Ayo kita jalan"
"Sebentar ya"
Dika seakan menahan untuk tidak jalan
"Kenapa?"
Putri heran sambil memandang wajah Dika yang menatap wajahnya
"Aku ingin mamandang cantiknya Bidadari di pagi hari ini terlebih dahulu"
Membuat Putri tersipu malu ketika dipandang Dika yang benar benar ganteng sebagai cowok saat ini apalagi Dika selalu memuji berlebihan walau dia merasa biasa biasa saja tapi dirinya merasa dihargai sebagai gadis cantik.
"Ayo lari"
Teriak Dika sambil tertawa ketika Putri terbuai lamunan.karena di puji oleh Dika tapi tiba-tiba Dika sudah mengajaknya berlari bahkan meninggalkan Putri yang masih merasa terbuai dengan sanjungan dan baru sadar ketika Dika tertawa dan mengajaknya berlari.
"Dikaaa........"
Teriak Putri sambil mengejar Dika yang berlari lari kecil
"kamu usil ya"
"Nanti Putri tangkap ya"
Putri berlari mengejar Dika berusaha menangkap Dika tapi semakin dikejar dan didekati Putri maka Dika akan menambah kecepatan larinya sehingga tidak terasa mereka sudah sampai taman dan Dika berenti tapi Putri langsung mencubit pinggang Dika namun Dika hanya tertawa melihat Putri kesal dan akhirnya mereka duduk dikursi taman.
"Kenapa sih Dika usil banget"
"Tapi yayang aku suka kan"
Dika tersenyum kepada Putri.yang kelihatan lagi mengatur pernapasan karena baru selesai berlari
"Tapi jangan kelewatan ya sama Putri"
"Kan tidak pernah Dika kelewatan kalau.kelewatan tinggal dipanggil saja 'Dika sini sudah lewat tu"
Dika tertawa kecil membuat Putri gemes melihat
"Dikaaaa!, bukan itu maksud Putri"
"Iya ya Dika Salah"
"Na.... gitu dong baru benar"
Dika bangkit dari tempat duduknya yang membuat Dika heran
"Loh Putri mau kemana?"
"Biasalah mau Shopping ke Mall"
Sepertinya Putri sudah ketularan Dika dalam bicara yang membuat Dika tertawa hingga Putri melanjutkan kata-katanya
"Putri mau beli air minum botol dulu, mau teh atau kopi"
"Kopi saja"
"Ok, sebentar ya, jangan kemana-mana ya, awas!"
"Takut ya.....kalau Dika kelain hati"
"Awas kalau Dika melakukannya!"
Putri meletakan tangannya di pinggang sambil melototkan matanya yang membuat Dika tertawa hingga mengaturkan dua tangannya seperti meminta maaf yang membuat Putri tersenyum dan langsung pergi ke stand minuman untuk membeli minuman yang akan dipesannya
"Teh botol satu ya pak dan kopi panas ya pak"
"Iya non, ini ya Teh botol dan kopi panasnya"
"ini uangnya ya pak, terimakasih ya"
Putri tersenyum sambil membawa minuman yang dia pesan menuju tempat dimana dia dan Dika duduk tapi Putri tidak menemukan Dika
"Na......betul firasat Putri, Dika sudah mulai usil lagi meninggalkan Putri diam-diam atau Putri yang salah bangku ya tapi tidaklah"
Putri mencari Dika ke sekitar lapangan dan bangku-bangku yang du sediakan pihak-pihak pengelola taman tapi tidak menemukan Dika hingga Putri memanggilnya
"Dikaaaa"
Tiba tiba terdengar suara Dika tapi tidak terlihat orangnya
"Hallo cantik"
"Dimana?"
"Lihat ke atas Putri"
Spontan Putri melihat keatas ternyata diatas ada rumah pohon yang mungkin sengaja dibuat oleh penata taman namun tidak berdinding hanya bisa diduduki oleh 2 atau 3 orang.
"oh"
"Ayo Putri naik ke atas"
"Iya tapi bantu ya karena sudah lama Putri tidak memanjat pohon'
"Iya, ini Dika bantu untuk naik"
Putri coba memanjat rumah pohon yang dibantu Dika dan langsung duduk disamping Dika
"Kenapa Putri baru tahu ya, ada rumah pohon disini"
"Dika juga baru tahu hingga Dika coba berada di atas pohon ini ternyata asyik juga"
"Iya ya, oh ya ini minuman kopi panas yang Dika pesan"
"Terimakasih ya Cantik"
Dika langsung menerima kopi dalam cangkir kemasan plastik yang masih hangat dan membukanya hati hati dan segera menikmatinya
"Enak juga kopi walau sedikit asin" kata Dika tersenyum
Mendengar Dika mengatakan asin, Putri langsung tertawa tapi Dia heran kenapa Dika santai saja dan tidak marah kalau sudah dikerjai oleh Putri
"Dika kenapa tidak marah"
"Untuk apa, karena Dika kan masih bisa melihat yang manis di depan mata Dika saat ini hingga asinnya tidak terasa"
"Ya tidak seru, harusnya Dika terkejut biar nampak seru kalau Putri berhasil mengerjai Dika"
Putri merasa gagal mengerjai Dika yang santai saja malah memuji dirinya manis hingga dia ingin tahu rasa kopi yang diminum Dika
"Putri mau tahu ya apa gak asin kali ya, coba Putri rasa"
Langsung mengambil minuman kopi yang diminum Dika dan coba meminumnya
"Uek, asin banget"