Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Rencana Maxime
Maxime dan Amelia melangkah memasuki rumah sakit milik Dokter Alfa dengan langkah pelan. Kedua mata Maxime menatap penuhi awas menatap sekitar rumah sakit dibalik kaca mata hitam yang ia kenakan.
Begitu juga dengan Amelia yang memakai masker dan juga kaca mata hitam tampak tegang. Sebelumnya ia menolak untuk dibawa Maxime memeriksa kondisinya di rumah sakit karena kemungkinan orang-orang Kakek Armand masih mencari keberadaannya. Sebetulnya ia ingin kembali ke negaranya tapi semuanya tidak semudah itu. Paspor dan identitas aslinya belum ditemukan dan kemungkinan diambil oleh Kakek Armand.
Maxime membawa Amelia memasuki ruangan Dokter Alfa. Pria itu sebelumnya sudah menghubungi Dokter Alfa jika ia dan Amelia akan datang hari ini dan meminta rumah sakit untuk dikosongkan sementara demi keamanan Amelia.
"Selamat pagi Tuan," sapa Dokter Alfa pada Maxime. Pria paruh baya itu langsung berdiri dari duduknya menyambut kedatangan Maxime dan juga Amelia.
"Pagi Dokter Alfa...," angguk Maxime.
"Mari Tuan kita langsung saja ke ruang CT scan untuk melakukan pemeriksaan pada Nona Amora," ujar Dokter Alfa yang mengenali Amelia sebagai Amora.
Maxime menggeleng pelan pada Amelia saat gadis itu terlihat akan akan membantah ucapan Dokter Alfa. Biarkanlah hanya durinya saja yang tahu identitas asli Amelia.
Amelia tampak mengangguk mengerti dengan gelengan Maxime. Meski sebenarnya ia tidak nyaman dipanggil dengan nama yang bukan namanya. Tapi bagaimanapun juga orang-orang sebelumnya mengenalinya sebagai Amora.
Amelia akhirnya melakukan CT scan untuk memeriksakan kepalanya yang kemarin terbentur ubin kamar mandi.
Sementara itu Maxime tampak setia menunggu di luar ruangan. Pria itu tampak duduk menatap pintu ruangan di mana Amelia yang saat ini sedang melakukan pemeriksaan didalam sana. Sesekali mata pria itu awas menatap lorong rumah sakit yang sepi karena memang tidak ada pengunjung. Tapi ia tetap saja harus waspada takutnya ada orang yang mengenalinya. Ia memang sudah memutuskan untuk keluar dari keanggotaan yang dipimpin oleh Kakek Armand tapi semalam Kakek Armand kembali menghubunginya dan membujuknya untuk kembali bergabung.Tapi tekadnya sudah bulat dengan keputusannya untuk keluar. Dan ia yakin setelah ini setiap pergerakannya akan diawasi oleh orang-orang kepercayaan Kakek Armand. Tapi ia tidak sebodoh itu, selama ini ia juga memiliki beberapa orang kepercayaan yang terlatih tanpa sepengetahuan Kakek Armand dan orang-orang itulah yang membantunya membongkar identitas Amora.
Maxime berharap hasil pemeriksaan Amelia baik baik saja dan tidak ada yang perlu dikuatirkan. Jatuhnya Amelia dari kamar mandi dua hari yang lalu memberikan dampak baik dibalik kejadian itu. Salah satunya adalah Amelia kembali mendapatkan ingatannya. Tapi semuanya itu menyisakan kepedihan disudut hatinya. Amelia sekarang terkesan menjauhinya, entah apa penyebabnya. Jika hanya karena ia tidak datang malam itu membuat gadis itu marah padanya, ia sudah menjelaskan kenapa ia tidak datang tapi sikap Amelia masih saja sama padanya, dingin dan terasa asing.
Tidak lama pintu ruangan dimana Amelia diperiksa terbuka. Maxime segera berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Amelia yang keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana hasilnya?," tanya Maxime menghampiri Amelia.
Amelia menggeleng pelan."Aku tidak tahu Max, Dokter tidak mengatakan apapun padaku," jawab Amelia berusaha menghindari kontak mata dengan Maxime.
Maxime mengangguk pelan lalu membawa Amelia untuk di duduk di bangku tunggu namun gadis itu menolak.
"Aku tidak nyaman disini Max, rasanya ada mata yang sedang mengawasi kita," ucap Amelia menatap sekeliling yang sepi, hanya ada dirinya dan Maxime disini tapi entahlah kenapa ia merasa sedang diawasi saat ini. Apakah ini hanya perasaannya saja yang takut jika ada orang yang Kakek Armand mengawasinya.
"Kalau begitu kita kembali ke Mansion, aku akan meminta Dokter Alfa nantinya mengirimkan hasil pemeriksaanmu," jawab Maxime.
"Tapi Max, aku ingin pulang ke Indonesia. Negara ini tiket aman untukku," ujar Amelia mengutarakan ketakutannya pada Maxime. Ia merasa hidupnya di negara ini penuh ancaman.
"Kau tidak akan bisa kemana-mana sebelum kartu identitas dan paspor asli kau ditemukan Amel. Aku janji akan melindungimu, percayalah!," jawab Maxime memegang kedua pundak Amelia dengan lembut.
Sekarang kita kembali ke Mansion. Hanya tempat itu yang aman untuk kami sekarang," sambung Maxime.
"Tidak Max, aku ingin pulang," jawab Amelia dengan gelengan pelan.
"Sudah aku katakan Amel. Kau tidak akan bisa kembali ke negaramu. Dan aku janji akan membantumu untuk mengurus semuanya dan itu butuh waktu," ujar Maxime. Ia berencana setelah ini akan membuat laporan kehilangan pada pihak kepolisian dan semoga saja bisa.
Amelia mau tidak mau harus mengikuti kemauan Maxime untuk kembali ke Mansionnya. Ia akan kembali dikurung disana karena ia tidak bisa kemanapun disana karena pulau itu tidak memiliki pantai. Jadi ia hanya bisa berada di dalam mansion itu saja.
***
Maxime hari ini kembali ke kota dan meninggalkan Amelia bersama orang kepercayaannya di pulau. Ia harus kembali beraktivitas seperti biasanya yaitu kembali ke kantor setelah tiga hari berada di Mansion.
Sebelum ia kembali ke kota memang ada perdebatan kecil antara dirinya dengan Amelia. Gadis itu kembali merengek ingin pulang ke Indonesia. Tapi ia belum bisa mengizinkan gadis itu pergi lagi dari kehidupannya. Ia akan mengikat Amelia agar selalu berada disampingnya.
Rencananya hari ini ia akan membuat laporan kehilangan identitas Amelia ke pihak kepolisian dan juga imigrasi. Semoga saja semuanya sesuai rencananya dan tentu saja ia tidak akan membiarkan Amelia pergi begitu saja. Ia akan menikahi gadis itu sebelum ia kembali ke negaranya. Tanpa persetujuan gadis itu ia akan tetap mengikat Amelia dalam hubungan resmi.
Penolakan Amelia sagita ia mengatakan akan menikahinya masih terngiang-ngiang ditelinganya. Hal itu membuatnya tidak bisa fokus mengendarai mobilnya membela jalanan untuk sampai di perusahaannya.
"Argh...Amel, aku benar-benar membuatku hilang kendali akan diriku sendiri," gerutu Maxime. Baru kali ini ia seperti ini pada lawan jenisnya. Selama ini ia bermain wanita tidak pernah menggunakan hati. Hubungannya dengan para wanita itu hanyalah sebatas hubungan saling membutuhkan saja. ia butuh seks dan wanita-wanita itu butuh uang darinya.
Namun dengan Amelia ia merasakan berbeda, ada rasa ingin memiliki gadis itu sepenuhnya dan ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia merasa berdebar setiap kali berdekatan dengan gadis itu.
Maxime memasuki gedung pencakar langit yang merupakan perusahaan milik Daddy-nya yang ini ia kelola karena Daddynya memutuskan untuk pensiun. Kedatangannya disambut langsung oleh sekertarisnya yang beberapa hari ini bekerja keras menyelesaikan pekerjaan sendirian karena ketidakhadiran Maxime selama dua hari kemarin sementara Bastian hanya datang untuk menghadiri rapat saja.
"Louis... bagaimana keadaan kantor selama aku pergi?," tanya Maxime pada Louis, sekretarisnya yang berjalan dibelakangnya.
"Kantor baik-baik saja Tuan. Namun di ruang produksi kemarin terjadi sedikit masalah namun sudah saya atasi," jawab Louis.
"Oh ya Tuan, di ruangan anda ada tamu yang ingin bertemu dengan anda," sambung Louis.
"Siapa?," tanya Maxime.
"Dia--
...----------------...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman