Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 : Kebingungan
Di kantor, Soraya lebih sibuk pada pekerjaan daripada mengobrol. Dengan rekan kerja lainnya saja, ia hanya tegur sapa. Tidak mengajak ngobrol sama sekali dengan mereka.
Yang ia lakukan hari ini hanya mengatur waktu Hugh. Atau menerima telepon dari klien yang ingin bertemu dengan Hugh untuk urusan bisnis. Di pantri pun, ia bersikap dingin. Tidak mengajak ngobrol rekan-rekannya. Biasanya, Soraya yang mengajak. Tak hanya sekedar tegur sapa.
Bahkan dengan sahabat lamanya pun tidak ia jawab teleponnya berulang kali. Selalu mengirim pesan dengan mengatakan bahwa ia ekstra sibuk hari ini. Padahal, sebenarnya karena masalah dirinya dibohongi dari awal, dan serasa dikhianati oleh Boss dan dua rekannya.
...***...
Sepulang kerja, Soraya seperti tadi saat pergi juga menggunakan bus. Di bus, ia duduk bersandar ke sandaran kursi penumpang itu. Kedua telinganya ia tutup dengan menggunakan headset bluetooth untuk mendengarkan musik atau lagu dari ponselnya.
Duduk tenang di kursi penumpang, menghela nafas dalam-dalam untuk lebih menenangkan diri. Berharap hari berganti dengan cepat, agar tidak bisa berlama-lama bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan di dua tempat itu, rumah ada suaminya. Dan di kantor ada Boss dan para rekan kerjanya.
Sesampainya di rumah, Soraya mengucapkan salam. Begitu masuk, hanya melihat para pelayan, termasuk Shella. Begitu iseng mencari Justin ke ruang kantornya, ruangannya kosong dan gelap. Di nyalakan lampunya pun, benar-benar kosong.
Tidak biasanya Justin tidak ada di rumah malam hari begini. Shella melihat majikan wanitanya ke kantornya Justin dan berkata, "Tuan Justin sedang keluar dengan Jude. Katanya ada keperluan sebentar."
Soraya terdiam sejenak di tengah ruangan itu, dan membalas pendek, "Oh."
"Tapi, Tuan sudah berpesan agar Nyonya makan sendiri malam ini ruang makan. Kemungkinan Tuan Justin pulang terlambat sekitar tengah malam."
"Temani saya makan, Shella! Saya baru butuh teman sekarang."
"Baik, Nyonya."
Akhirnya, Soraya makan malam dengan Shella duduk di sampingnya. Terlihat di kursi makan seberangnya, kosong melompong. Tidak ada pria yang menurutnya bengis itu di depannya. Entah kenapa, ia merasa kesepian sekarang. Rasanya, seperti ada yang kurang, meskipun ditemani oleh Shella.
Tapi, Soraya tetap lanjut makan malamnya dengan daging sapi yang dibuat rendang itu. Makanan Soraya yang paling favorit untuknya.
"Nyonya mau anggur merah🍷?" tanya Shella.
Dengan sedikit dingin Soraya menjawab, "Saya bukan pecandu alkohol."
Shella mengangguk mengerti dan bertanya lagi, "Apa Nyonya juga suka rokok?"
"Dulu. Sejak ditinggal ayah, saya mulai berhenti merokok," jawabnya lalu melahap nasi dengan daging sapi rendang itu.
Shella kini terdiam. Soraya menikmati makanannya juga dengan santai. Meskipun masih sesekali melirik kursi makan di depannya yang masih juga kosong.
...***...
Tengah malam...
Entah kenapa tiba-tiba Soraya terbangun di kasurnya. Hingga ia mendengar suara. Suara seperti seseorang mengigau. Dan terdengar sumbernya di dekatnya.
"Sor...Ra...Ya..."
Terdengar jelas, suara itu terdengar memanggil namanya. Dan berasal dari sofa sebelah kanan kasur, tempat dimana Justin tidur. Soraya pun menoleh, benar saja.
Justin ada di sana. Tidur dengan suaranya yang mengigau memanggil namanya. Tak hanya itu. Ia juga terdengar seperti ada sedikit batuk menyusul.
"Sor...Ra...Ya..."
*UHUK!*
Soraya mendekati sofanya Justin perlahan. Tubuh Justin seperti basah kuyup, tapi sekitar wajahnya yang parah.
"Apa tadi di luar sempat hujan saat dia pulang?" tanya Soraya pada dirinya sendiri.
Perlahan Soraya menyentuh dahinya Justin. Dahinya basah sekali. Ternyata itu keringat. Tubuhnya berkeringat dingin. Namun suhu tubuhnya masih normal.
"Dia... berkeringat, batuk. Jangan-jangan...dia mabuk. Dia tidur karena mabuk!" seru Soraya menebak.
Tebakannya sungguh tepat. Justin memang mabuk. Batuk dengan suaranya yang masih juga mengigau, dan sedikit cegukan juga, terdengar jelas dari pria itu.
"Justin..." Soraya berusaha membangunkan Justin dengan hati-hati.