NovelToon NovelToon
Love Me Please, Hubby

Love Me Please, Hubby

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Sudah Terbit
Popularitas:344.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Tanisha Alifya, seorang gadis yatim berusia 23 tahun yang merantau di ibu kota Jakarta hanya untuk mengubah perekonomian keluarganya. Dia menjadi seorang petugas cleaning service di sebuah perusahaan yang di pimpin oleh seorang laki-laki tampan dan dingin.

Zico Giovanno Putra, seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan software, PT. ERPWare Indonesia. Seorang direktur yang masih muda, berusia 28 tahun. Memiliki kecerdasan dan ketajaman dalam mengambil setiap peluang yang ada.

Pada suatu malam, karena berada dalam pengaruh alkohol, Zico memperkosa Nisha dan menyebabkan Nisha hamil.

Bagaimana kisah seorang direktur utama yang berada di hierarki teratas dalam perusahaan jatuh cinta dengan karyawan outsource yang berada di hierarki paling rendah?

BACA TERUS kelanjutan kisah mereka dalam LOVE ME PLEASE, HUBBY.


*Di usahakan untuk update tiap hari ^^ mohon dukungannya para readers tersayang :-)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 25 - Perasaan Sedih Yang Tiba-tiba Datang

“Mau kemana lagi Kita? Jujur Aku sudah lelah.” Zico meminum air mineral di tangannya. Keringat tampak mengalir di wajah tampannya.

“Kita belum ke Dufan. Kamu janji akan menemaniku kesana.”

“Tapi Kamu sedang hamil. Kamu tidak bisa naik wahana disana. Untuk apa kesana jika tidak bisa naik wahananya?”

“Pokoknya Aku ingin kesana!”

“Ya ampun. Darimana sih sikap keras kepalamu berasal? Perasaan pertama kali bertemu Kamu tidak seperti ini.” Zico menggerutu. Meskipun begitu dia tetap mengantarkan Nisha ke Dufan.

“Dari bayi ini Aku rasa.” Nisha menjawab asal-asalan. Mendengar nama bayi di sebut-sebut membuat Zico kembali menyerah.

Meskipun tidak bisa menaiki setiap wahana di sana, ada satu wahana yang di rasa cukup aman untuk di naiki oleh seorang bumil. Wahana bianglala. Nisha menunjuk wahana itu. Karena merasa wahana itu cukup aman, Zico mengizinkannya.

Mereka berdua akhirnya naik wahana itu. Zico membiarkan Nisha menikmati pemandangan dari dalam bianglala. Sementara dia sendiri mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Sembari melakukannya, Zico menatap wanita itu dalam diam. Semakin lama di lihat, semakin terpancar kecantikan wanita mungil itu. Wajahnya sangat imut. Di hiasi dengan mata besar nan bulat. Hidung kecil dan bibir yang mungil. Kulitnya putih bersih. Tingginya tidak lebih dari 160cm. Benar-benar seperti boneka hidup. Bila tidak sedang mengingat Zevana, mungkin dia akan jatuh hati pada wanita ini.

“Pemandangan kota Jakarta jadi terlihat dari sini.”

“Kamu senang?”

“Iya, Aku senang sekali hari ini.”

“Ada lagi yang ingin Kamu kunjungi?”

“Sebenarnya masih ada. Tapi nanti saja. Nunggu bayinya lahir dulu. Nanti Aku kesini lagi.”

Kemudian Zico dan Nisha sama-sama terdiam. Sepertinya mereka sangat menyadari maksud dari perkataan Nisha. Ketika saat itu tiba, maka mereka sudah tidak akan memiliki hubungan lagi. Mereka akan kembali menjadi orang yang saling tidak mengenal lagi.

“Ak…aku lapar. Bi…bisakah Kita makan?” Nisha berusaha mengalihkan perhatian Zico yang tampak muram setelah mendengar kata-kata darinya.

“Iya, Kamu ingin makan apa?” tanya Zico dengan lesu.

“Bi…bisakah Kita makan kerang atau gurita? Aku ingin makan itu…”

“Ya, Aku akan membelikan semua yang Kamu mau.” Zico menuntun Nisha keluar dari wahana itu. Setelah itu mereka keluar dari dunia fantasi. Zico melajukan mobilnya dalam batas normal. Dia benar-benar memikirkan perkataan Nisha. Dia mulai sedikit merasa nyaman tinggal bersama wanita itu. Memikirkan bahwa dalam beberapa bulan ke depan mereka berdua tidak lagi akan saling berhubungan membuatnya sedikit sakit hati. Bagaimana bila waktu itu telah tiba? Bisakah dirinya melepaskan ibu dari anaknya tersebut? Atau relakah Nisha berpisah dengan anak mereka? Pikiran-pikiran seperti itu sungguh membuat Zico sedih, akhirnya Zico berusaha memfokuskan kembali pikirannya pada wanita di sampingnya.

“Aku lupa bertanya padamu. Apakah Kamu yang mengirim sejumlah uang untuk ibuku?”

“Iya.”

“Kenapa?”

“Karena itu kewajiban yang Kamu lakukan selama beberapa bulan bekerja disini. Sekarang Aku membuatmu tak lagi bekerja, jadi kewajiban itu menjadi tanggung jawabku sekarang.”

“Tapi jumlahnya sangat banyak. Tiga kali lipat dari biasanya yang Aku kirimkan pada beliau…”

“Anggap saja itu ucapan terima kasih dariku untuk beliau. Meskipun itu tidak sepadan dengan apa yang Ku lakukan kepadamu.” Zico berkata dengan sendu.

“Kenapa dua kartu debit yang Kuberikan padamu tidak Kamu gunakan? Apa jumlahnya kurang?” tanya Zico penasaran.

“Karena Aku merasa tidak berhak menggunakannya…”

“Kamu lebih berhak menggunakannya! Pakai kartu itu semaumu. Gunakan sesuka hatimu. Belikan apa saja yang Kamu inginkan…”

“Tapi Aku seperti menjual bayi ini. Aku tidak menginginkannya. Aku bersyukur Kamu masih bersedia untuk merawatnya ketika dia lahir…”

“Aku lebih bersyukur karena Kamu mau melahirkan bayi ini. Pakai semua kartu yang Kuberikan. Oh ya, untuk ceknya kenapa belum Kamu cairkan. Gerry menemukan ceknya di meja kosanmu yang lama.”

“Aku tidak tahu cara mencairkannya.” Nisha berkata dengan polos, yang membuat Zico ternganga tak percaya.

“Pernahkah Kamu melihat cek atau giro sebelumnya?” Nisha menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Tapi Kamu punya rekening bank kan? Kenapa tidak tahu cara penggunaan cek?”

“Iya, Aku punya. Aku membuatnya ketika akan berangkat ke Jakarta. Aku juga membuatnya satu untuk ibuku. Karena tujuanku membuat rekening bank untuk memudahkanku mentranfer penghasilanku pada ibu…”

“Nisha, sorry Aku mau tanya. Berapa umurmu sekarang?”

“23 tahun.”

“Pendidikan terakhir?”

“Kan ada di surat lamaranku.”

“Ya, itu bagian HRD yang memegangnya. Boleh Aku tahu pendidikan terakhirmu? Jika Kamu keberatan, Kamu berhak untuk tidak menjawab…”

“Aku tidak keberatan kok. Pendidikan terakhirku SMA dan Aku sangat bangga bisa menyelesaikannya.” Nisha berkata dengan mantap. Mungkin bagi orang lain pendidikan setingkat SMA adalah pendidikan yang rendah, sehingga kebanyakan lulusan pendidikan itu akan kesulitan untuk mencari pekerjaan. Namun tidak dengan dirinya. Bisa lulus SMA saja sudah sangat membuatnya bersyukur di tengah kondisi perekonomian keluarganya yang seperti itu. Maka dari itu, perkataan orang lain yang terkesan menghina tidak pernah di gubrisnya. Dia hanya menjalani hidupnya dengan optimis.

Zico ingin bertanya banyak pada hal pada Nisha. Namun ternyata mereka sudah sampai di restoran seafood terkenal di Jakarta. Mereka sedang berada di B*ndar Djakarta. Nisha mencium bau masakan seafood yang aromanya sangat sedap. Perutnya kembali bergemuruh. Nisha ingin segera masuk dan mendapatkan makanannya. Namun di depan pintu, Nisha melihat antrian yang sangat mengular. Di dalam restoran terlihat sangat penuh. Sepertinya butuh waktu yang sangat lama bagi mereka agar mendapatkan makanan yang diinginkan. Nisha merasa sangat lesu.

Namun kemudian pria itu datang dari belakangnya, menarik tangannya. Melewati puluhan antrian dan masuk ke dalam restoran. Nisha menatap dengan bingung.

“Ki…Kita tidak antri? Orang-orang akan marah…”

“Aku sudah membuat reservasi. Ayo masuk.” Zico masih tidak melepaskan tangan Nisha. Beberapa minggu sebelumnya Nisha mungkin akan mati ketakutan bila Zico menggenggam tangannya. Jangankan tangan yang di genggam, bertatapan mata saja sudah membuatnya gemetar. Tidak di sangka hubungan mereka berkembang sejauh ini. Nisha bersyukur, perasaan takut dan traumanya terhadap pria itu lambat laun mulai sedikit menghilang. Meskipun belum menghilang seratus persen.

Melihat tangannya di genggam membuat jantung Nisha berdebar. Tangannya mulai berkeringat karena grogi. Nisha merasa sangat senang. Perasaan yang belum di kenalnya ini sungguh membuatnya bingung. Kenapa dia merasa senang hanya karena tangannya di genggam pria yang dulu telah memperkosanya? Apakah ini perasaan bayinya? Apakah bayinya senang karena ayahnya sedang dekat dengan mereka dan menggenggam tangannya?

Tanpa sadar Nisha mengelus perutnya yang masih rata itu. Merasa sangat bersalah terhadap bayinya. Semoga saja ketika tiba saatnya dia menyerahkan bayi itu kepada ayahnya, tidak ada lagi perasaan yang tertinggal.

***

 

Hai…hai…readersku sayang…

Mohon maaf bila update novel ini tidak seperti “My Poor Husband” yang update tiap hari. Itu karena kesibukan Saya. Selain bekerja, Saya juga sedang berwirausaha. Jadi Saya masih belum bisa membagi waktu dengan baik untuk menulis.

Tapi Saya berjanji, ketika Saya sudah bisa mengatur semua pekerjaan, wirausaha dan menulis dengan baik, Saya akan berusaha untuk update setiap hari seperti novel sebelumnya.

Maka dari itu, mohon kiranya para readers tetap setia dan sabar dalam membaca karya-karya Saya karena dukungan kalian sangat berarti bagi Saya.

Terima kasih Saya ucapkan terhadap para readers2 tersayang.

I LOVE YOU ALL 😘🥰😍😘

^ErKa^

1
Lidya
Luar biasa
Lidya
Lumayan
Lenny Hursey
cerita mantap ga ada bosan d dengar/baca
Rossi Valentina
Luar biasa
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
nyatanya sedari awal si Daniel2 itu yg gatel suka kok istri orang malu maluin😒
Cici_sleman
krn zi lg g mau cium semua bau kecuali bau jeruk 🍊🍊🍊
Margaretha Sarinah
Luar biasa
Hyesverr Zaara
Kecewa
Hyesverr Zaara
Buruk
Fadhil Ganteng
Luar biasa
Fadhil Ganteng
Lumayan
Faeyza
🥰🥰🥰😘😘
Bunda Hafizh
owh ternyata si Gery salut ni mata2 Mak lampir tho 😤🔥😡
Bunda Hafizh
hadouh Daniel maen peluk aja,
woey istri org tu 🤦😂
Bunda Hafizh
si Gery ni lama2 nyebelin yak MW ditampol Dy
Bunda Hafizh
🔥🔥🔥😂
Rini Deswita
sangat suka
Rini Deswita
Buruk
Bunda Hafizh
Luar biasa
Bunda Hafizh
wkwkwkwk syukur dikerjain sm Nisha 😂🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!