Love Me Please, Hubby
“Nis, Kita cabut dulu. Lu beresin semua ya.”
“Baik Kak.”
Nisha dengan rajin membersihkan semua ruangan. Jam menunjukkan pukul 18.37 WIB. Semua karyawan kantor sudah pulang, hanya dia saja yang masih tinggal. Nisha menyapu setiap ruangan dengan hati-hati. Merapikan dan mengelap setiap meja karyawan. Mengumpulkan setiap sampah yang ada di meja dan memasukkan ke dalam kantong sampah besar. Mencuci piring dan gelas sisa makan para karyawan.
Ini adalah pekerjaannya setiap hari. Memastikan kondisi ruangan dikantor itu menjadi bersih dan nyaman untuk dibuat aktivitas kerja. Ya, dia adalah seorang cleaning services. Dia menekuni pekerjaan ini sudah hampir dua bulan. Memang pekerjaan yang berat, namun dia harus bertahan demi Rupiah.
Gedung itu terdiri dari beberapa puluh lantai. Hanya empat lantai yang digunakan sebagai aktivitas kerja perusahaan pengembang software tempatnya bekerja sekarang, sementara lantai gedung yang lain disewakan. Dia bersama lima temannya yang lain bertugas untuk membersihkan empat lantai gedung itu. Namun karena dia anak baru, teman-temannya yang lain selalu membuatnya bekerja lebih, seperti misalnya hari ini.
Di saat yang lain pulang, dia harus bekerja ekstra membersihkan seluruh ruangan. Nisha membersihkan lantai per lantai dengan tekun. Kemudian tibalah dia di lantai paling atas, lantai tempat ruangan direktur utama berada.
Nisha sedikit terkejut melihat lampu diruang Dirut menyala. Belum pulang kah pak Zico? Apa yang dilakukan beliau pada jam segini? Kenapa beliau belum pulang, ketika sekretaris dan asistennya sudah pulang? Apa yang harus dilakukannya? Haruskah dia menunggu pak Zico pulang baru membersihkan ruangannya? Atau menunggu besok pagi saja?
Jujur saja, selama dua bulan dia bekerja di perusahaan ini dia belum pernah melihat direkturnya itu secara dekat. Dia hanya bisa melihat pak Zico dari kejauhan, itu pun hanya sekilas. Tapi menurut informasi dari sesama teman CS (cleaning services), pak Zico itu orangnya tampan dan dingin. Sangat menjaga jarak terhadap bawahannya. Beliau hanya mau berhubungan dengan orang-orang yang dianggapnya penting saja. Orang-orang seperti Nisha sangat tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan pak Zico.
Lama Nisha berdiri dengan bingung, namun setelah pertimbangan agak lama pada akhirnya dia memilih untuk menunggu.
Dari dalam ruangan tersebut, Nisha mendengar atasannya sedang berbicara dengan nada tinggi. Untuk ukuran orang sedingin dan setenang pak Zico, rasanya cukup luar biasa mendengarnya berbicara seperti itu. Sepertinya atasannya itu sedang berdebat dengan seseorang dan pada akhirnya…
PRAAANGGG!!
Tiba-tiba terdengar barang pecah, disusul dengan suara barang pecah lainnya. Nisha terhenyak dalam diamnya. Seketika nyalinya menjadi ciut. Pak Zico benar-benar marah. Moodnya benar-benar tidak bagus saat ini. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk membersihkan ruangan beliau.
Nisha memutuskan untuk pulang, dan membersihkan ruangan itu keesokan harinya. Dia berbalik dengan tiba-tiba dan…
PRAAANGGG!!
Dia memecahkan pot bunga yang ada di meja sekretaris. Nisha cepat-cepat berjongkok, mulai mengambil satu-persatu pecahan pot dengan tangan gemetar. Dia berharap Dirut yang sedang marah itu tidak mendengar suara pot yang pecah.
“Siapa disana?!!”
DEG!!
Nisha mendengar suara pintu dibuka dan suara langkah kaki berjalan mendekat padanya. Dengan pelan-pelan dan ketakutan dia menoleh ke belakang, dan benar saja. Laki-laki itu sudah berdiri di belakangnya dengan sikap mendominasi.
Benar kata temannya, Pak Zico laki-laki yang sangat tampan. Tingginya mungkin 185 cm, badannya berotot dan raut wajahnya sangat maskulin. Wajahnya perpaduan antara Jawa dan Eropa. Benar-benar eksotik. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan sangat sensual. Sedangkan matanya, matanya terlihat sangat marah ketika melihatnya. Dilihat dari sudut pandang manapun, laki-laki tampan ini sepertinya sedang mabuk. Bau minuman keras mulai tercium dari tubuhnya.
“Siapa Kamu?!!”
“Saa…saa… saya petugas cleaning services Pak…”
“Sedang apa disini?!!”
“Eh…Uhmm…Se..sedang membersihkan ruangan Pak…”
“Kamu menguping pembicaraanku kan?!”
“Tii…Tidak Pak…”
“Jangan berbohong Kamu!! Sini Kamu!!”
Zico menarik tangan Nisha, menyeretnya ke ruangannya. Kemudian dia menghempaskan tubuh Nisha di sofa ruang kerjanya.
BRUUUKKK
Nisha terjatuh ke atas sofa dengan keras. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi Zico tiba-tiba sudah berada di atasnya. Mengunci dan menindih tubuhnya. Dengan satu tangan Zico memegang kedua tangan Nisha, sedangkan tangannya yang lain mencengkram wajah wanita itu.
“Hei wanita!! Berani-beraninya Kamu mencampakkanku!!”
Zico mulai meracau. Matanya merah dan tidak fokus, kemudian dia menutup mulut Nisha dengan bibirnya. ******* habis bibir wanita itu. Tangannya mengunci wajah Nisha agar tidak bisa menghindar dari ciumannya.
Nisha berusaha berteriak. Namun suara tak kunjung keluar dari mulutnya. Nisha berusaha melepaskan diri dari Zico, tapi tubuh laki-laki itu terlalu kuat. Dia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini. Sepertinya bosnya itu sedang mabuk parah, itu terlihat dari bau napasnya dan tingkah lakunya yang salah mengenali orang.
Nisha meronta-ronta, berusaha menggunakan kakinya untuk menendang. Tapi semua itu percuma. Tubuhnya sudah terkunci, tidak ada kesempatan baginya untuk melepaskan diri.
Nisha mulai menangis. Bulir demi bulir air mata mulai mengalir disudut matanya. Sementara Zico masih terus menciuminya. ********** dengan keras dan menggigitnya. Ciuman yang brutal, penuh kemarahan.
Tangan Zico mulai menjelajah. Menarik paksa baju Nisha sehingga membuat kancing-kancing baju itu terlepas dan berserakan dimana-mana. Zico menatapnya dengan mata nanar. Pancaran api gairah dan kemarahan terlihat dimatanya. Secepat kilat dia menerkam Nisha.
“To…tolooonngg!! Tooloonngg!! Paaakkk, tolonggg lepaskan Saya Pak!!”
Nisha berusaha berteriak dengan suaranya yang tercekat. Dia begitu putus asa. Sepertinya dia sudah merasa bahwa hal buruk akan terjadi padanya. Yang bisa dilakukannya hanyalah berteriak untuk meminta pertolongan.
Zico menyumpal mulut Nisha dengan tangannya, dia masih saja terus melanjutkan aktivitasnya. Dengan tidak sabar Zico melepas pakaian Nisha dengan paksa, setelah berhasil membukanya kemudian dia melepaskan Nisha sebentar dan melepaskan pakaiannya sendiri. Kesempatan ini digunakan Nisha untuk bangkit dan berlari ke arah pintu. Namun sebelum dia mencapai daun pintu, tubuhnya sudah disergap dari belakang dan digendong dibahu laki-laki itu.
“Pakk!! Lepaskan Saya!! Jangan perkosa Saya Pak!! Tolong Pak!!”
Nisha berteriak-teriak menghiba. Wajahnya terlihat panik, air mata mengalir dengan derasnya. Namun Zico mengabaikannya. Matanya sudah tertutup nafsu, pikirannya sudah tidak lagi jernih. Yang ada dipikirannya hanyalah dia harus menyiksa wanita ini, membuatnya tunduk. Agar wanita itu tahu bagaimana rasanya dicampakkan!!
“Diam Kamu wanita!! Bukankah ini yang Kamu mau? Hah?! Sekarang rasakan akibatnya! Tidak ada seorang wanita pun di muka bumi ini yang bisa mencampakkan seorang Zico!!”
Zico kembali menghempaskan tubuh Nisha ke sofa dan menindihnya. Dengan seluruh tubuhnya dia menutup tubuh Nisha. Menekan tubuh Nisha dengan berat tubuhnya, berusaha untuk menaklukan tubuh wanita mungil itu.
Dia kembali ******* bibir Nisha, tidak memberikan kesempatan Nisha untuk melawan. Sementara tangannya menjelajah kesana kemari. Zico mulai memposisikan tubuhnya.
“Pak, tolong lepaskan Saya. Saya hanya seorang karyawan Pak. Tolong Pak…”
Nisha mulai menangis sesegukan. Suaranya mulai lirih karena terlalu banyak menangis. Tubuhnya mulai lelah karena terlalu banyak melawan. Dengan lemah Nisha memukul-mukul dada Zico, yang tidak berdampak apa-apa pada pria itu.
Zico tetap tidak menghiraukannya. Matanya sudah sangat tertutup oleh nafsu, dia sudah tidak peduli dengan siapa dia bercinta. Yang dibutuhkannya sekarang adalah dia harus melepaskan dorongan hasratnya saat ini juga. Akhirnya dengan sekali hentakan Zico menguasai tubuh Nisha.
Nisha menjerit kesakitan, Zico menutup mulut wanita itu dengan mulutnya. Dia tetap mendorong tubuhnya ke dalam tubuh Nisha dengan kasar, membuat tubuh wanita itu gemetar kesakitan. Nisha tidak mampu melawan, hanya air mata yang masih mengalir dari sudut matanya. Tatapan matanya menjadi sayu dan kosong. Dia sudah ternoda.
***
VISUAL
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Haslindalinda
sdh 4 kali aku mampir,tp tidak pernah bosan dengan ceritanya 😁
2024-11-13
0
dome🌬️🌀🌀🌀
ntah untuk yg kebrapa kali baca ini novel🤣
tim baca ulang
2024-11-13
0
pororo biru
balik lgi , padahal udh pindah aplikasi
2024-11-16
0