Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Panik
"Bagaimana dewa judi? apa anda setuju dengan permintaanku? anggap saja ini permintaan dari juniormu," tanya Lensi.
Max melirik kearah Hirano, dan diangguki oleh pria keturunan Jepang itu. Mau tidak mau mereka memang harus menyetujui permintaan itu. Mereka tidak mungkin menolak, karena saat ini semua orang sedang menyaksikan permainan itu. Kalau mereka tidak menuruti, jelas saja mereka akan dianggap penipu
"Baiklah aku setuju." Jawab Max.
"Kalau begitu dengan cara apa klub akan mentransfer uangnya? silahkan lakukan persiapan," ujar Lensi.
Hirano mengangguk kecil pada salah satu orang kepercayaannya. Pria itu cukup mengerti apa yang diinginkan Hirano. Dia pun bergegas mengambil apa yang Hirano mau. Tidak berapa lama kemudian pria itu datang kembali dengan membawa sebuah laptop. Jari-Jari pria itu mulai menari diatas tombol-tombol laptop untuk melakukan persiapan transfer pada rekening siapapun yang akan menang nanti.
Persiapanpun selesai. Lensi kembali tersenyum dibalik maskernya.
"Kalau begitu aku juga ingin mengajukan syarat untukmu. Anggap saja itu suatu bentuk penghormatan karena kamu ingin menghargai seniormu," ujar Max.
"Katakan!" ucap Lensi.
"Saat aku menang disetiap babak, aku ingin melepas satu kain yang ada pada tubuhmu. Dan untuk kain pertama, aku ingin membuka maskermu," ujar Max tersenyum nakal. Sementara orang-orang yang mendengar jadi terkekeh.
Lensi menatap Max. Tanpa pria itu tahu, Lensi menatapnya dengan pandangan meremehkan.
"Tidak masalah." Jawab Lensi. Sementara itu Okta yang berada disamping Lensi merasa sangat khawatir. Disana mereka hanya berdua, dan dia memiliki firasat yang tidak baik.
"Sialan. Ini terlalu beresiko. Kini aku mengerti apa yang dikatakan Lensi waktu itu. Kalau tahu begini mending tidak menang kompetisi apapun. Mending bermain judi biasa, toh bisa menang ratusan juta juga," batin Okta.
"Bagikan kartunya!" ujar Max.
Petugas klub mulai membagikan kartu diatas meja.
"Kocok yang lama," ujar Lensi menolak petugas klub yang sudah membagikan 4 kartu diatas meja.
Petugas klub itu kembali mengambil kartu yang sudah terlanjur dibagikan. Pria itu kembali mengocok kartu itu hingga hampir 10 detik lamanya.
"Bagikan!" ujar Lensi memberi perintah.
Petugas klub mulai membagikan kartu diatas meja. Max mulai meraih kartu miliknya, sementara Lensi membaca situsi terlebih dahulu. Max terlihat menyusun kartunya, Lensi jadi tersenyum di balik maskernya.
Lensi kemudian meraih kartunya sendiri, dan tidak membiarkan satu orangpun yang melihat jenis kartu apa yang dia miliki saat ini.
"Silahkan anda keluarkan kartu anda lebih dulu," ujar Lensi.
Tap
Max memulai permainan lebih dulu, dengan menaruh sebuah kartu kecil. Lensi tidak memberikan kartu besar maupun kartu andalan. Max kemudian mengeluarkan kartu yang lain. Yang kemudian dibalas oleh Lensi. Max kemudian mengambil kartu dari tumpukkan banyak kartu, dan menyelipkannya diantara kartu yang ada di tangannya.
Lensi melirik pergerakkan tangan Max. Dan tersenyum dibalik maskernya. Max kemudian meletakkan sebuah kartu untuk membalas kartu Lensi sebelumnya. Lensi mengambil tumpukkan kartu dari gunung kartu, dan langsung membalas kartu Max.
Lensi melirik kearah Hirano. Gadis itu tahu, Hirano saat ini sedang diliputi kepanikkan.
"Sudah kuduga. Mereka ini tidak tulus mengadakan kompetisi ini. Tapi jangan sebut namaku Lensi, kalau tidak membuat kalian kalang kabut malam ini," batin Lensi.
Max kemudian mengeluarkan sebuah kartu besar dengan seringai di bibirnya. Lensi Kemudian mengeluarkan sebuah kartu yang membuat seringai di bibir Max menghilang seketika.
"Mari dewa judi. Kita selesaikan pertarungan ini dengan sama-sama memperlihatkan kartu terakhir kita. Sebagai junior, aku merasa sangat terhormat bisa bermain langsung dengan dewa judi," ujar Lensi yang menyanjung Max, agar pria itu tidak tegang dan tidak kehilangan muka.
"Tapi kalau saya kalah tidak apa dibabak perta ini. Bermain dengan dewa judi saja sudah suatu kebanggaan buatku," sambung Lensi.
"Kamu benar. Kalah menang soal biasa. Akupun begitu, meski di juluki dewa judi juga tidak boleh berbangga diri. Karena diatas langit masih ada langit bukan?"
"Kalau dewa judi sudah berkata begitu, aku tidak sungkan lagi untuk memperlihatkan kartu terakhirku," ujar Lensi.
Pakkkkkk
Lensi sedikit menghempaskan kartu itu diatas meja. Tangan Max jadi bergetar saat melihat kartu terakhir Lensi. Melihat air muka Max yang tidak enak dilihat, Hirano jadi mengerti bahwa orang kebanggaannya itu sudah kalah.
"Mohon kiranya perlihatkan kartu dewa judi. Agar junior ini bisa belajar banyak strategi berjudi dari senior," sindir Lensi.
Sungguh Max tidak menyangka, akan ada masanya dirinya bisa dikalahkan. Terlebih dikalahkan oleh seorang wanita. Agar tidak kehilangan muka, Max berusaha bersikap setenang mungkin.
"Seperti yang aku katakan tadi, karena diatas langit masih ada langit. Untuk babak pertama ini, junior memenangkan kompetisinya," ujar Max sembari membuka kartunya.
Suara menjadi riuh, saat Max memperlihatkan kartunya yang benar-benar kalah dari kartu Lensi. Salah satu tangan Max jadi terkepal dibawah meja.
Suara hiruk pikuk itu mereda, saat Lensi mulai membuka suaranya.
"Saya merasa tersanjung, karena dewa judi berpura-pura mengalah pada saya. Kalau dipikirkan lagi, tidak mungkin seorang dewa judi yang tersohor membiarkan saya yang bukan apa-apa menerima kemenangan ini," ujar Lensi.
"Apa gadis ini sedang membantuku agar tidak kehilangan muka? apa maksud ucapannya ini?" batin Max.
"Junior terlalu merendahkan diri. Junior menang karena memang kemampuan junior sendiri," ujar Max.
"Kalau begitu mohon bimbingan di babak selanjutnya. Junior masih harus banyak belajar," ucap Lensi.
"Ya Tuhan...gue ada dimana sekarang ini? apa gue sedang bermimpi? 100 milyar...bayangkan 100 milyar Dewi memenangkannya dari dewa judi terkenal itu. Kalau ada teman-teman yang lain, pasti Dewi sudah digotong-gotong dan di lemparkan keatas. gue aja rasanya ingin meluk si Dewi erat-erat. Bangga banget gue," batin Okta.
"Dan mohon pada ketua Klub untuk mentransfer uangnya ke rekening ini," ujar Lensi sembari meraih secarik kertas dari balik saku jaketnya.
"Si Dewi ini sudah menyiapkan segalanya dengan rinci. Bangga sekali gue punya saudara kayak dia," batin Okta.
Hirano melirik kearah Max, dan sejenak menelan ludahnya. Dia tidak mungkin menolak permintaan Lensi, karena saat ini semua orang sudah menyaksikan permainan itu. Hirano kemudian mengangguk sedikit, kearah orang kepercayaannya. Hirano kemudian menyebutkan beberapa digit akun rekeningnya yang kemudian langsung diketik oleh orang kepercayaannya itu.
Hirano kemudiian kembali menganggukkan kepalanya, dia tidak mungkin mundur lagi untuk mentransfer uang 100 milyar ke rekening yang Lensi minta.
"Atas nama Okta Maharani?" tanya orang kepercayaan Hirano.
"Betul." Jawab Lensi.
"Omegat...omegat. Tabungan atas namaku akan terisi 100 milyar? apa aku boleh pingsan sejenak?" batin Okta.
Dilayar laptop terlihat sedang loading transfer. Lensi bisa melihat pergerakannya baru mencapai 20%. Sementara itu Lensi tahu, saat ini Max dan Hirano tengah menatap kearah dirinya, namun Lensi berpura-pura tidak tahu.
males ah klu rebut rebut