Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 24
Benar saja, setelah dokter Jimmy keluar dari ruang rawat ku ini. Tuan Dave langsung berjalan mendekat ke arah tempat tidur pasien di mana aku masih duduk dan melihat ke arahnya sambil menelan saliva ku dengan sangat susah payah sekali.
Dia berdiri sangat dekat, di hadapan ku. Saat dia mencondongkan tubuhnya maju, aku mundur perlahan.
"Matamu sembab lagi, apa kamu menangis lagi?" tanya nya dan langsung menarik dirinya menjauh lalu melihat ke arah laporan medis yang ada di atas nakas di sebelah tempat tidur pasien ku.
'Huft... aku kira apa!' batin ku.
Aku menghela nafas lega, ku kira dia akan marah tapi ternyata dia hanya memperhatikan mataku yang sembab.
"Berhentilah menangis Sila, apa kamu pikir kamu di ciptakan di dunia ini hanya untuk melakukan hal itu?" tanya nya dan aku hanya bisa menundukkan kepalaku.
Aku tidak tahu harus bilang apa, tapi air mataku memang tidak bisa di ajak kompromi. Dia menetes begitu saja tiap aku ingat Mika atau ingat pada mas Hadi. Dia memang telah mengkhianati ku, tapi dia satu-satunya pria yang aku cintai di dunia ini setelah ayah, ibu dan kak Bima.
Sejak kecil aku selalu merasa sangat bahagia, keluarga yang baik. Teman-teman yang baik, Ayah, ibu kak Bima semua sangat menyayangi ku. Lalu datang mas Hadi, aku merasa hidup ku sangat sempurna, lengkap sudah ketika Mikaila mungil hadir di hidupku. Tapi semua itu sudah berlalu. Lalu apa yang bisa aku lakukan kalau bukan hanya menangis, hanya itu yang bisa aku lakukan.
Cukup lama kami diam. Aku juga tidak tahu mau bicara apa. Aku hanya menunduk, aku tidak tahu apa yang tuan Dave lakukan, karena aku hanya menundukkan kepalaku tak berani melihat ke arahnya. Tapi rasa penasaran membuat memberanikan diri melihat ke arahnya.
Deg
Pandangan kami bertemu, ternyata dia juga sedang melihat ke arahku. Aku merasa kantung ku kembali berdetak dengan cepat. Aku langsung mengalihkan pandangan ku ke arah bawah. Aku sungguh merasa terkejut, rasanya malah sekarang tubuhku panas dingin. Tatapannya itu, meskipun sekilas saja menatapnya tapi tatapan itu bisa membuat hatiku tak karuan jadinya.
Tuan Dave lalu meletakkan laporan medis itu kembali ke tempatnya. Dia lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Besok kamu sudah boleh pulang, tapi dengan satu syarat!" ujarnya dan aku langsung mengangkat kepala ku melihat ke arahnya.
"Syarat? apa syaratnya tuan?" tanya ku dengan cepat. Jujur saja aku sangat ingin pulang. Aku tidak mau menambah banyak hutangku pada tuan Dave untuk membayar biaya rumah sakit ku.
"Sepertinya kamu senang sekali akan pulang!" tanya tuan Dave.
"Tentu saja tuan, aku tidak mau terlalu banyak berhutang padamu. Lagipula aku juga takut kehilangan pekerjaan ku." jawab ku jujur.
"Kamu memang sudah kehilangan pekerjaan mu Sila!" ujarnya membuatku tertegun.
"Apa? aku sudah di pecat?" tanya ku dengan suara yang begitu lemah.
Aku sungguh terkejut, bagaimana ini. Batu juga kerja dua hari masak sudah di pecat saja.
"Iya, kemarin aku kan sudah bilang. Soal pekerjaan kamu tidak usah khawatir, itu akan menjadi syarat agar kamu bisa keluar dari rumah sakit ini!" jelas tuan Dave.
Tapi meskipun dia menjelaskan seperti itu tapi sepertinya aku masih tidak jelas. Apa karena aku memang baru pulih, makanya cara kerja otakku jadi lambat.
"Maksudnya tuan?" tanya ku ragu.
"Besok aku cuti, aku ingin kamu menemani ku ke villa untuk liburan, bagaimana?" tanya Tuan Dave padaku.
Menemaninya liburan, artinya aku dan dia akan pergi...
"Jangan cemas, kita tidak pergi berdua. Joseph juga akan ikut, di villa juga akan ada bibi Tulsi dan juga keluarga nya yang mengurus villa itu. Setelah liburan aku juga akan memberikan mu pekerjaan, sangat menguntungkan bukan?" tanya tuan Dave setelah menjelaskan panjang lebar lagi padaku.
Aku memang butuh pekerjaan, tapi kenapa aku harus menemaninya. Itu kan liburannya, harusnya dia bisa pergi sendiri kan.
"Tapi kenapa aku harus ikut tuan?" tanya ku pelan.
Sebelum menjawab pertanyaan ku tuan Dave menghela nafas panjang.
"Aku mengidap Myshopobia Sila, selama ini aku selalu minta sekertaris dan juga asisten ku memakai sarung tangan dan baju lengan panjang, itulah alasannya. Aku akan merasa sangat tidak nyaman, bahkan akan sangat emosi ketika kulit ku menyentuh kulit orang lain. Tapi dengan mu berbeda...!"
Deg deg deg
Aku merasa jantung ku berdetak tak karuan lagi. Pandangan mata tuan Dave membuat bulu kuduk ku rasanya berdiri semua.
"Saat aku menggendong mu, aku menyentuh kulit mu tapi tidak ada reaksi apapun yang tidak nyaman yang aku rasakan, aku sudah katakan ini pada Jimmy dan menurutnya mungkin kamu bisa jadi terapis ku. Siapa tahu aku bisa sembuh!" ucapnya terlihat sangat jujur.
Aku masih tidak bisa mengatakan apapun, aku masih bingung.
Saat aku masih diam, tuan Dave memalingkan wajahnya ke arah lain dan berkata.
"Menjadi seperti ku tidak mudah Sila, semua orang menganggap ku sombong. Padahal aku melakukan semua itu untuk melindungi diriku sendiri. Mereka tidak tahu apa yang aku rasakan, bagaimana rasa sakit, tidak nyaman, dan kesalnya. Aku juga tidak mau...!"
"Aku ikut tuan, aku akan ikut. Aku mau jadi terapis tuan!" kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.
Aku tidak tega melihat tuan Dave yang begitu baik padaku berkeluh kesah begitu. Aku tahu pasti tidak mudah baginya. Semua yang dia katakan tadi benar, pasti sangat sulit menjalani hidup dengan pandangan aneh setiap orang. Mengira dirinya sombong, padahal dia sedang melindungi dirinya.
"Benarkah?" tanyanya.
Aku langsung terkesiap. Kenapa tadi aku mengatakan itu.
"Aku... aku!" aku sangat bingung tidak tahu harus bicara apa.
"Baiklah, karena kamu sudah setuju maka mulai sekarang kamu akan dapatkan pekerjaan mu. Selama 24 jam kamu harus berada di sisi ku, karena kamu terapis ku!" ucap tuan Dave membuat ku makin terkejut.
"24 jam?" tanya ku lagi.
"Baiklah, aku akan minta sekertaris ku membuatkan kontrak kerjanya. Aku akan pergi dulu, masih ada meeting penting. Nanti malam aku akan datang kemari lagi!" ujar tuan Dave yang terlihat begitu senang lalu meninggalkan ruang rawat ku.
Ketika pintu tertutup, aku langsung diam tak bergerak.
'Apa yang tadi sudah aku katakan padanya, karena kasihan mendengar ceritanya aku malah menyetujui untuk ikut dengannya liburan. Mika... merindukan mu!' lirih ku dalam hati.
Kalau aku ikut liburan dengannya pasti akan butuh waktu lama lagi untuk bisa bertemu Mika. Bagaimana ini?
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.