Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri muda yang dijodohkan oleh kakek Assandi. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin.
Tetapi Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada kakek Assandi untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Hingga suatu hari ungkapan kenyataan pahit dan kejadian yang tidak terduga memisahkan mereka begitu lama.
Akankah rumah tangga mereka bisa bertahan selamanya? Ataukah hubungan mereka putus begitu saja setelah ada kejadian itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEO Hotel
Pagi ini Airin melangkah gontai, dia tidak bersemangat untuk masuk kerja.
Tubuhnya kurang enak badan karena tidak bisa tidur. Dia menangis semalaman meratapi nasibnya ke depan.
Airin memasuki ruang ganti dengan wajah murung. Para seniornya menatapnya aneh.
Sebab kantung mata Airin berwarna hitam karena lelah akibat terlalu banyak menangis.
Noona menghampiri Airin yang mengambil seragamnya di loker.
"Eh, ada anak baru yang mukanya mirip zombi. Hahaha." Ejeknya.
Airin menunduk memeluk seragam dan tasnya. Dia kemudian berbalik menatap Noona yang sudah di hadapannya.
"Kenapa? Mau marah dengan perkataanku?" Bentak Noona.
Airin menggeleng pelan, "Ti-tidak kak."
"Kenapa wajahmu begitu? Seperti mengejekku?" Sahut Noona yang tambah marah.
"Aakkhhh, kak sakittttt." Rintih Airin karena rambutnya sudah di tarik Noona.
"Denger ya kamu!! Jangan pernah memasang wajah menyedihkan seperti itu di hadapanku!!! PAHAM!!" Teriak Noona.
Dia melepaskan tarikan di rambut Airin dengan kasar. Membuat kepala perempuan itu terbentur pintu loker.
Brakkk...
"Awwkkhhh, hissshh."
Airin merintih memegang belakang kepalanya yang terbentur keras.
Matanya sudah berkaca-kaca karena rasa sakit yang dibuat Noona.
"Ayo girls, kita bekerja dengan giat. Biar nggak kena hukuman kayak dia. Hahaha."
Noona berjalan meninggalkan Airin yang menangis sendirian.
Begitu juga semua senior yang melihatnya. Mereka berlalu begitu saja melewati Airin.
Hati Airin sangat hancur diperlakukan seperti itu dengan para seniornya. Tetapi dia tidak bisa berbuat apapun untuk melawan.
Karena mereka adalah pemegang kendali di bagian tempat kerja Airin.
"Hiks, hiks, kamu harus kuat Airin." Ucapnya menyemangati diri sendiri.
Airin berjalan menuju kamar ganti untuk memakai seragamnya. Setelah itu dia berjalan menuju lantai sepuluh untuk membersihkan semua kamar disana.
Masa hukumannya masih belum berakhir, karena bagian personalia memberi hukuman itu hingga satu minggu kedepan.
Airin hanya bisa pasrah menerima perintahnya. Dia akan menjalankan hukuman itu dengan baik. Agar tidak ada tambahan masa hukuman lagi untuk dirinya.
Airin memasuki salah satu kamar tamu. Dia membersihkan semuanya dengan cepat.
Setelah selesai dia kembali keluar menuju kamar sebelah. Saat akan memasuki kamar sebelah.
Sekretaris personalia datang menghampiri Airin. Dia memerintahkan Airin agar membersihkan kamar utama atau kamar VVIP.
Karena hotel ini akan kedatangan tamu spesial yaitu pemilik hotel dan penerusnya.
Airin mengangguk mengerti, dia segera membereskan perlengkapannya dan menuju kamar yang dibicarakan.
Kamar utama itu terletak di lantai dua puluh. Lantai paling tinggi dan ada kenangan buruk untuk Airin.
Dia menarik napasnya dalam-dalam saat melewati pintu kamar yang membuat keperawanannya hilang.
Airin menggeleng pelan melangkah cepat menuju kamar utama.
Disana dia bisa melihat kemewahan yang ada di kamar itu.
Airin terperangah menatap isi kamar utama itu. Bahkan suasana di dalam kamar itu sangat damai dan tenang.
Pemandangan kota bisa terlihat dengan jelas dari dalam kamar.
Airin menyusuri tepi jendela, dia bisa melihat dengan jelas sinar matahari yang cerah masuk menembus kaca jendela.
Membuat aura di dalam kamar tersebut semakin menawan. Airin memejamkan matanya menikmati keindahan ini.
"Aku benar-benar sangat tenang disini." Gumamnya.
Dia kemudian membuka mata mengingat disini dirinya hanyalah seorang karyawan petugas kebersihan.
Tidak pantas menikmati suasana indah di dalam kamar ini.
Airin bergegas melakukan pekerjaannya untuk membersihkan kamar tersebut.
Dia dengan cepat dan telaten membersihkan dari lantai hingga bagian meja dan kasur.
Semua dia tata dengan rapi dan bersih. Tidak lupa juga dia memberikan pengharum ruangan yang bisa menambah kesan wangi dalam kamar tersebut.
"Nah sudah selesai." Ucapnya sambil mengibaskan tangannya.
Dia kemudian merapikan perlengkapannya dan berjalan keluar kamar.
Disana dia menyipit melihat seorang laki-laki yang keluar dari kamar sebelah.
"Seperti tidak asing dengan wajah itu." Ucap Airin.
Dia menggeleng pelan, kemudian berjalan mendorong troli keranjang kotor.
Airin berjalan menuju ruang laundry untuk meletakkan seprei dan selimut kotor disana.
Saat dirinya akan kembali, semua karyawan di beritahu agar menghadap ke depan lobby untuk menyambut kedatangan CEO hotel dan penerusnya.
Airin juga penasaran siapakah pemilik yang sebenarnya. Karena hotel tempatnya bekerja sangatlah mewah dan besar.
Meski hanya sampai dua puluh lantai. Tapi bagi Airin ini adalah hotel termewah yang pernah dia masuki.
"Rin." Panggil Davi dari belakang.
Airin menoleh menatap Davi, "Iya Vi."
Davi menelusuri wajah Airin yang terlihat pucat, "Apa kamu sedang sakit?"
Airin menggeleng pelan, "Tidak kok, hanya sedikit kurang enak badan."
"Kenapa tetap memaksa masuk?"
Airin tersenyum, "Tidak apa-apa Vi, karena hari ini adalah hari gajian. Aku tidak ingin melewatkan gaji pertamaku."
Davi tersenyum bangga, "Kamu memang perempuan yang rajin ya Rin."
"Ah, biasa saja kok Vi."
"Ya sudah, ayo kita ke depan. Karena akan kedatangan CEO hotel ini. Katanya penerusnya sangat tampan tau."
"Masa sih, aku juga penasaran siapa pemiliknya. Karena hotel ini sangat mewah."
"Iya, aku sangat ingin tau apalagi penerusnya nanti, hehe."
Mereka berdua berjalan bersama menuju lobby. Disana sudah ramai para karyawan berjajar rapi.
Airin dan Davi berbaris paling belakang. Karena barisan depan sudah di penuhi oleh karyawan lain.
"Baik teman-teman, mereka sudah datang. Rapikan penampilan kalian dan berbaria rapi." Perintah Soraya.
Semua karyawan bagiannya segera berbaria rapi dan merapikan seragamnya.
Dari luar terlihat banyak mobil sedan berwarna hitam yang datang berjejer rapi di depan pintu masuk.
Airin mendongak untuk bisa melihat yang mana pemilik hotel ini.
Dia berjinjit dan terlihat ada dua orang pria muda dan tua keluar dari mobil.
Mereka berdua memakai pakaian resmi kantoran dan kacamata hitam menghiasi wajanya.
Airin mengeryit karena seperti pernah melihat wajah itu. Dia sangat tidak asing dengan kedua pria tersebut.
"Tunggu, kok mirip dengan..." Gumamnya.
Mata Airin melotot saat kacamata hitam milik pria tua itu di lepas untuk menyapa semua karyawan.
"Ka-kakek Leo?"
Airin segera berjongkok untuk sembunyi diantara tubuh karyawan lain.
Davi menatap Airin bingung, "Kenapa kamu Rin?"
Airin menatap Davi dari bawah, "Em, a-aku boleh pergi sekarang nggak ya?"
"Kenapa memangnya?"
"Tiba-tiba tubuhku semakin tidak enak badan digunakan untuk berdiri." Bohongnya.
Davi mengangkat satu alisnya, "Beneran kamu sakit? Tapi wajahmu memang semakin pucat sih."
"Iya, aku akan ke toilet dulu rasanya ingin mual. Emmbbbhhh." Pura-puranya.
Airin langsung berlari meninggalkan tempat. Davi berusaha memanggilnya pelan.
Tetapi Airin tetap berlari tanpa menoleh ke belakang.
"Hissh, padahal bisa cuci mata disini lihat cowok tampan. Aaaaa dia sangat tampan sekali." Pujinya menatap Assandi yang sudah berdiri tegak di depan para karyawan.
Sedangkan Airin di dalam toilet merasa panik. Keringat bercucuran membasahi wajahnya.
"Aduh, bagaimana ini? Kenapa aku bodoh sekali tidak mencari asal usul hotel ini sih?"
Airin memukuli kepalanya sangat kesal. Dia sekarang bingung harus berbuat apa karena bekerja di hotel milik keluarga suaminya.
"Tunggu, berarti penerusnya yang dimaksud itu Mas Sandi tadi? Aaaaaa." Sambungnya.
Airin mondar mandir tidak karuan. Dia berusaha memikirkan sesuatu agar bisa menghindari mereka berdua.
Tok...
Tok...
Tok...
"Siapa di dalam? Tolong cepetan keluar, karena aku sudah tidak tahan!!" Teriak seorang perempuan dari luar.
Airin segera mencuci tangannya agar tidak ada yang curiga.
Ceklek...
Airin tersenyum menatap karyawan lain yang sudah memegang perutnya.
"Duh, kamu lama sekali. Aku sudah di pucuk ini."
"Hehe, maaf kak. Silahkan."
Perempuan itu masuk dan melaksanakan hajatnya. Airin masih berdiri tegap didepan pintu toilet.
Dia takut untuk keluar ke depan lalu bertemu dengan suami dan kakeknya.
Airin menggigit kuku jarinya, dia semakin bergetar panik. Perutnya tiba-tiba sangat mual karena pikirannya yang penuh.
"Loh, kamu kok masih disini? Apa belum selesai hajatmu?" Tanya karyawan perempuan itu.
Airin nyengir bagai kuda, "Hehe, i-iya kak."
"Ya sudah kalau begitu, aku duluan ya. Kamu jangan lama-lama disini. Nanti menyesal loh tidak bisa melihat wajah tampan CEO baru kita, hihihi." Ucap perempuan itu yang kemudian berlalu meninggalkan Airin.
Airin hanya nyengir dan mengangguk, kemudian dia kembali memasuki toilet untuk mengulur waktu.
Airin tidak mau ketahuan Assandi dan kakeknya. Dia takut jika mereka tahu maka akan membuat mereka kecewa.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍