Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan Menenangkan
“Sebenarnya kitaa….”
“Kita kenapa, Bang..?”
“Kita sudah dijodohkan oleh orang tua kita..” Ali mengeratkan pelukannya ke tubuh Mika.
Sontak Mika terkejut, disambut dengan gelegar petir diluar sana.
“Apa?” Mika mengernyitkan dahinya. Ia tampak tidak percaya dengan apa yang Ali bicarakan.
Ali mengangguk perlahan. Ia hanya pasrah jika nantinya Mika akan marah atau menjauhinya.
Mika merasakan kesedihan dan dadanya terasa sesak. Ia akhirnya pun meneteskan air matanya.
Ali yang sedari tadi memperhatikan wajah Mika tampak iba dan ia masih saja meni*dih tubuh mungil Mika.
“Kamu sedih ya, sayang. Kalau kamu tidak terima perjodohan ini nggak apa-apa. Kamu bisa mencari jodoh kamu sendiri, dan aku dengan jodohku sendiri.” Ali tampak pasrah.
Disambutlah petir yang maha dahsyat, membuat Mika ketakutan dan memeluk Ali lebih kencang.
Mika menarik kepala Ali hingga menenggelamkan wajah Ali ke dalam dadanya.
Deg!!
Glek!!
Ali terkaget dan menelan salivanya. Ia merasakan betapa nyaman wajahnya terbenam didada milik sepupunya ini.
“Kenapa kita harus di jodohkan?” Mika membuyarkan suasana tegang.
“Aku nggak tahu, Mika. Kita jalani saja ya.” Sahut Ali yang mengembalikan wajahnya berhadapan dengan wajah Mika.
Mika mengangguk. Ia menatap langit-langit kamar. Entah apa yang ia pikirkan.
Ali terus memperhatikan wajah manis Mika yang sedang polos itu.
Ia mendekatkan wajahnya, dan mendaratkan kecupan singkat dib*bir mungil Mika.
Mika terkejut dan melotot, karena Ali sudah mengecup b*birnya itu tanpa izin.
Kembali petir menyambar dengan kencang nya dan hujan semakin deras.
Tak ada penolakan dari Mika, mata Mika terus menatap mata Ali dengan sangat dalam.
Merasakan tidak ada penolakan dari Mika, Ali pun meraih tengkuk leher Mika dan lebih mendekatkan b*birnya dengan b*bir Mika.
Semakin dekat dan akhirnya menyatu dengan sempurna.
Anehnya tidak ada sedikitpun penolakan dari Mika.
Malam yang indah, ditemani hujan deras, tanpa ada orang lain di rumah nya.
Hanya mereka berdua, mereka bebas melakukannya.
“Maaf.” Ucap Ali lirih, ia menatap kembali mata Mika yang rupanya sangat menerima serangan dari nya.
Mika hanya mengangguk dan tersenyum.
Ali pun membalas senyuman Mika.
“Kamu nggak marah?” Tanya Ali menyakinkan kepada Mika.
Mika menggeleng pasrah. Sungguh ia sangat nyaman sekali dengan Ali.
Berbeda saat berci*man dengan Zaki. Yang ending nya dia marah dan menjauh dari Zaki.
“Kamu nggak pakai bra ya, Mika?”
“Hehe iya.”
Ali menarik pinggang Mika hingga menempel dekat kulitnya dengan kulit Ali.
Sangat hangat. Hujan masih saja semakin deras. Membuat mereka semakin menikmati indah nya bermalam bersama dengan ditemani suara hujan yang sangat indah.
Ia harus menjaga Mika secara baik-baik agar tidak ternoda oleh Zaki bahkan laki-laki lain manapun.
Malam itu Ali dan Mika pun tidur dengan nyenyak ditemani hujan deras hingga pagi.
Mereka tidak menyadari jika ponsel masing-masing telah banyak sekali panggilan telpon dan pesan masuk yang belum sempat mereka baca.
Pagi ini Mika bangun lebih awal. Ia mendapati Ali berbaring disampingnya dengan menggunakan selimut yang sama.
Tangan Ali pun masih tampak melingkar dipinggang rampingnya itu.
Ia mengingat kejadian semalam apa yang telah Ali perbuat dengannya, dengan mengecup b*birnya. Mika menoleh ke arah Ali yang masih tertidur pulas. Dengan segera ia mengguncang-guncangkan tubuh besar Ali.
“Bang, Bang, Bang Ali bangun.” Mika mengguncangkan tubuh Ali dengan pelan.
Ali mengerjapkan matanya yang tampak masih mengantuk. Tak luput ia mengucak matanya.
“Kenapa Mika, jam berapa ini?” sahutnya dengan suara yang masih berat.
“Jam tujuh.”
“Yah kesiangan sholat subuh.” Pekik Ali dengan panik.
“Mandi dulu.”
“Hehehe semalam kita ngapain yah, Mik?” tanya Ali tampak tidak berdosa.
Mika memutar kedua bola matanya dan menarik nafas panjangnya.
“Tahu deh. Cukup sekali ya, Bang. Aku nggak mau lagi.” Mika tampak sedih dan menyesali perbuatannya semalam.
Ali menatap lekat mata Mika.
“Lho, kenapa Mika? Kamu marah ya? Maaf ya, sayang. Aku khilaf.” Ali memohon maaf pada Mika yang tengah duduk di bibir kasur.
Tak ada jawaban dari Mika. Mika segera berdiri dan meraih ponsel yang dari kemarin siang ia letakkan di atas meja kamar nya.
Tampak ia memperhatikan layar ponselnya. Ia membalasi pesan satu persatu. Dari Mamanya, dari Alexa, dari Zaki dan dari beberapa temannya.
Mika tampak mengarahkan ponselnya ke telinganya, ia sedang menelpon seseorang.
“Iya, aku baru bangun, kamu sudah pulang Dinas?” tanya Mika pada seseorang di seberang.
Ali memperhatikan Mika sedari tadi. Pulang Dinas? Pasti itu Zaki?
Mika segera berjalan menjauhi Ali yang masih saja berbaring di Kasur.
Mika terus berjalan kearah balkon kamarnya. Terlihat Mika tampak asyik teleponan dengan Zaki.
Ali bersungut kesal melihatnya. Ia segera beranjak dari kasur dan pergi keluar dari kamar Mika.
Segera ia memasuki kamarnya. Ia mencari dimana ia meletakkan ponselnya. Ia telah lupa bahwa ponselnya masih berada di meja dekat TV saat ia asyik menonton film.
“Ah s*al.” Umpatnya seraya menuruni anak tangga. Segera ia meraih ponselnya dan menuju kulkas untuk mengambil segelas air putih untuk melepaskan dahaganya.
Segera ia berjalan kembali menuju kamarnya, ia melewati kamar Mika dan memperhatikan Mika ternyata masih sama melakukan panggilan dengan Zaki.
Ali melengos memasuki kamarnya dan membanting pintu kamar dengan cukup keras hingga mengalihkan pandangan Mika untuk menoleh kearah kamar Ali.
Tak lama kemudian Mika memutuskan panggilannya dengan Zaki.
Ia berjalan kembali ke kamar dan segera mandi untuk membersihkan tubuhnya dari perbuatan semalam.
Begitu juga Ali yang telah mandi untuk mensucikan kembali tubuhnya dari perbuatan yang sangat kurang terpuji.
*
Mika tampak kelaparan. Ia segera berjalan kearah dapur dan mencoba memasak bahan yang ada di kulkas.
Namun untuk bahan-bahan yang ada di kulkas adalah bahan makanan yang sangat lama untuk diolahnya.
Mika berdecih tanda malas untuk memasak bahan makanan itu. Karena ia sudah sangat lapar. Seharian kemarin ia belum sempat makan. Setelah ia mengantar orang tuanya dari Bandara ia hanya makan sedikit dan ia melanjutkan ke kamar setelah itu nonton film bersama Ali dan menikmati moment yang sangat menguras tenaga dan pikiran hingga dini hari.
Makanya kenapa ia sangat lapar sekali, perutnya sudah keroncongan sedari tadi.
Ia pun mengambil mie instan berikut telur ayam yang sudah tersusun rapi di rak kitchen set milik Dian.
Tak butuh waktu lama untuk Mika memasak mie instan beserta telur ayam bulat seperti pipinya yang chubby. Ia segera duduk di meja makan yang dekat dengan dapur itu.
Saat ia akan menyuapnya turunlah Ali dari kamar dan menuju dapur karena ia juga sangat lapar.
“Enak banget sudah makan saja. Bagi dong, Mik. Aku juga lapar.” Suara Ali membuyarkan semangat Mika untuk melahap mie instan yang sudah melambai-lambai untuk dinikmati itu.
Kedua bola mata Mika memutar, tak ada jawaban apa-apa dari mulut Mika. Ia segera membuang pandangan nya terhadap Ali.
Ali mengernyitkan dahinya yang mendapati gelagat Mika seperti itu menjadi tanda tanya ada apa dengan Mika pagi ini.
Apakah dia marah dengan Ali?
Mika menggeser tubuhnya menuju sofa depan TV. Ia segera menyalakan remote TV dan menonton acara TV seraya menikmati semangkuk mie instan berkuah yang sangat panas dan pedas itu. Tentunya akan terasa segar dinikmati.
Ali hanya menatap pergerakan tubuh Mika yang rupanya selalu menghindar darinya. Membuat Ali semakin bertanya-tanya ada apakah gerangan.
“Mika, kamu kenapa sih? Menghindar dari aku begitu?” Ali berucap sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas bening yang sedang ia pegang ditangannya.
Mika pun tetap tidak ada respon sama sekali, ia malah asyik menonton TV dan sesekali menyuapkan mie instan itu kedalam mulutnya.
Melihat Mika tidak ada reaksinya Ali segera menghampiri Mika yang sedang duduk di sofa didepan TV.
Ia segera mengambil remote TV dan memencet tombol off serta menarik mangkuk yang sedang berada dalam pegangan Mika. Membuat Mika menoleh dengan kasar dan matanya melotot dengan sangat tidak suka itu.
Mika mendengus kesal. Ali berdiri tegak di depan Mika. Memandang dengan kekesalan karena dirinya telah merasa tidak dihiraukan oleh Mika sepupu kesayangannya itu.
“Kamu kenapa ambil mie aku?” Mika tampak kesal. Memandang Ali dengan mengerucutkan mulutnya.
“Kamu yang kenapa? Kenapa menghindar dari aku, salah aku apa? Apa karena gara-gara semalam? Sampai-sampai sekarang kamu diam sama aku bahkan nggak merespon sedikitpun yang aku ucap sejak tadi?” Ali menahan sesak didadanya. Ucapnya sedikit meninggi membuat Mika semakin terheran karena baru kali ini Ali bersikap sedikit kasar seperti itu.
Mika terdiam dan menunduk, ia bingung ingin menjawab apa. Dalam hatinya ia memang teramat kesal kepada Ali yang telah mencium dan berbuat yang kurang baik untuk nya. Membuat mental Mika sedikit terguncang, karena selama ini Mika selalu menjaga aset yang ia miliki itu dari sentuhan para lelaki manapun.
“Kenapa nggak dijawab?” pertanyaan Ali kembali meninggi.
“Memang dengan kamu diam begini menyelesaikan masalah? Aku sendiri pun nggak tahu dimana letak kesalahanku! Karena semalam? Iya, Mika karena semalam?” kembali Ali membentak Mika dengan nada tinggi.
Mika yang tadi nya ingin cuek ke Ali dan sekarang dibuat ketakutan hingga mengakibatkan tubuhnya gemetaran.
“Lagi pula aku kan nggak sampai berbuat sejauh itu, Mika. Masih tahap normal dan nggak akan merusak keper*wanan kamu!” Ali lagi-lagi memberondongi pertanyaan kepada Mika. Ia meletakkan mangkuk mie yang masih ia pegang dengan sedikit hentakan di meja.
Mata Mika semakin panas, tak terbendung lagi air matanya pun jatuh ke lantai. Ia tak dapat berbicara sepatah katapun. Dadanya sesak. Baru kali ini Ali melukai hatinya.
Dengan cepat Mika berlari kekamarnya, ia menaiki anak tangga dengan sangat cepat.
Sekejap ia membanting pintu kamar dan menguncinya dari dalam.
Melihat Mika menangis dan pergi dari hadapannya, Ali menjadi merasa bersalah. Ia semakin bingung dan tidak tau harus berbuat apa.
“Yassalam, apa yang sudah aku perbuat ke Mika, pasti Mika terluka oleh ucapanku.” Ali langsung duduk dan menepuk dahinya dengan sangat keras.
Dengan perasaan menyesal Ali hanya bisa berdiam diri.
“Kenapa aku sampai kelepasan seperti ini, dia pasti sangat shock.” Gumam nya kembali.
*
Didalam kamar Mika menangis dengan sangat histeris. Ia sangat terpukul oleh ucapan Ali.
Tidak menyadari jika Ali bisa sekasar itu kepadanya. Dadanya semakin sesak. Ia segera berkemas mempersiapkan diri untuk segera pulang ke Asrama.
Iya, ia ingin pulang ke asrama sendiri tanpa bantuan Ali. Ia bisa menggunakan ojek online.
Melihat tas sudah ia rapikan dari kemarin, ia hanya membutuhkan mengganti pakaian yang ada pada tubuhnya.
Kebetulan ia sudah mandi hanya merapikan riasannya saja.
Harusnya ia pulang nanti jam satu siang, namun dengan kondisi yang seperti ini Mika memutuskan untuk segera pulang ke asrama walau masih jam sepuluh pagi.
Tentu nanti akan menjadi pertanyaan kembali untuk Ali mengapa Mika berbuat seperti itu.
Ia pun tidak akan menghiraukan nya. Karena ia cukup terluka atas apa yang telah Ali perbuat dengannya.
Ia segera memesan ojek online mobil. Dengan cepat Mika sudah turun dari kamarnya menuju ruang tamu dengan membawa beberapa tas.
Ali yang sedang duduk di sofa, sangat berpikir keras akan kesalahannya itu seketika menoleh dengan terkejut melihat Mika sudah membawa beberapa tas dan tampaknya Mika akan pergi dari rumah.
Ali melotot membuka lebar-lebar matanya. Ia tampak semakin kacau.
“Mika, Mika kamu mau kemana, Mika? Kamu mau pulang ke Asrama ya? Aku antar ya! Tunggu aku siap-siap dulu.” Ali mendekat dan mencegah kepergian Mika.
Kelopak mata Mika tampak sembab dan sedikit membengkak. Namun Mika tetap tidak menghiraukan perkataan Ali, air matanya semakin deras.
Ali menarik tangan Mika hingga beberapa tas yang ia bawa jatuh ke lantai.
“Please Mika, jangan seperti ini, aku minta maaf aku mengaku salah. Maafkan aku.” Ali memelas dan memohon ampun. Sambil mengatupkan kedua telapak tangannya.
Mika hanya melirik sinis dengan mata sembabnya, tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Mika.
Ia masih sesenggukan seperti anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya. Sungguh kasihan.
Ali mendekat dan segera memeluk gadis kecil itu. Mika awalnya memberontak namun Ali berhasil menahan berontakan pergerakan Mika.
Setelah Mika jatuh dipelukan Ali yang begitu hangat dan nyaman, Mika pun semakin kencang menangisnya. Belum pernah selama ini mendapat perlakuan kasar oleh Ali.
“Ssstttt… sudah ya, jangan menangis lagi. Aku minta maaf, aku sudah salah sama kamu.” Ucap Ali sambil mengusap lembut pucuk kepala dan punggung Mika.
Tak ada penolakan kembali dari Mika saat ia sedang berada dalam pelukan Ali. Tubuh besar Ali mampu mencakup seluruh tubuh Mika dengan sangat erat. Mika merasakan kenyamanannya kembali. Pelukan yang sangat nyaman dan hangat.
Ali terus memohon ampun pada Mika yang rupanya belum ingin mengeluarkan sepatah katapun. Ia tetap terdiam dengan tangisannya.
Seketika mereka dikejutkan oleh suara klakson mobil yang sudah bertengger didepan rumah.
Ali membuka pintu utama dan melihat kearah luar, ia melihat sebuah mobil berwarna hitam sudah terparkir di depan gerbang rumahnya.
“Kamu pesan ojek online?”