Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4. PENJELASAN
Rion melepaskan cengkeraman tangannya dari leher gadis di depannya ini saat ia melihat gadis tersebut sudah kesulitan bernapas. Tatapannya tidak melembut sama sekali, masih menatap tidak suka penuh dengan penilaian dari gadis bernama Liliana Larossa ini.
"Katakan tujuanmu sekarang?" tuntut Rion.
Lili berusaha keras mengembalikan ritme napasnya. Lehernya terasa sakit dan panas bekas dari cengkeraman tangan pria tersebut. Satu hal yang ia pikirkan tentang pria di depannya ini, gila.
"Katakan sekarang!" seru Rion yang tak lagi sabar.
"Sebenarnya apa yang Anda maksud? Kenapa tiba-tiba mencekik dan berkata hal tidak masuk akal itu?" tantang Lili. Jelas kalau ia tidak suka dengan sikap dari pria di depannya ini. Bahkan Lili tidak takut untuk menatap garang pria tersebut, terutama setelah apa yang dilakukannya barusan hingga membuat Lili berpikir kalau ia akan mati kekurangan oksigen.
Rion mengambil langkah ke depan, berdiri begitu dekat dengan gadis tersebut. Memberitahu dengan jelas perbedaan tinggi badan antara keduanya yang signifikan. Membuat Rion merasa mengintimidasi karena menatap ke bawah akibat ukuran tinggi sang gadis yang hanya sebatas dadanya saja.
"Kau menggunakan Lucas untuk niat jahat bukan? Mendekatiku atau uangku kali ini? Aku tidak akan percaya kalau kau bilang tidak, karena sejak masuk melewati pintu itu terlihat jelas kalau kau mengenalku dengan baik," desis Rion.
"Anda bahkan belum mendengar penjelasan saya tapi sudah menuduh sembarangan. Mana mungkin saya memanfaatkan bocah menggemaskan itu untuk uang. Lagipula bagaimana mungkin saya tidak mengenal Anda sedangkan Anda adalah atasan saya di perusahaan," jawab Lili yang tidak kalah mengintimidasi dengan pandangan galaknya, walau sebenarnya tidak berhasil sama sekali.
"Atasan?" Rion bingung.
"Perusahaan Lorenzo, saya bekerja di sana sebagai IT Anda sejak setahun lalu," Lili menjawab kebingungan Rion.
"Kau salah satu karyawanku?" Senyum meremehkan terpatri di wajah pria tersebut, tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh gadis di depannya ini.
"Kenapa?" tanya Lili yang heran dengan sikap Rion ini.
"Kau bilang kau salah satu orang IT perusahaan? Orang yang mengatur sistem teknologi dan digital di sana? Bullshit. Jika ingin berbohong pastikan masuk akal. Orang IT perusahaan Lorenzo bukan orang sembarangan, apalagi perempuan penjual tampang sepertimu," cela Rion dengan tawa hina.
Ah, Lili marah sekarang. Ia menatap Rion penuh amarah. Ekspresi gadis itu jelas sekali tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh sang pria. Tangannya mengepal menahan gejolak amarah dalam diri. Ingin sekali memukul pria itu dengan keras sekarang.
"Kau ingin uang? Akan kuberikan sebanyak yang kau mau, tapi pastikan jangan pernah muncul dihadapanku dan anakku lagi," tukas Rion dengan pandangan yang kembali penuh cela.
Geram dengan yang dikatakan oleh Rion. Dengan cepat dan keras Lili mencengkeram kerah baju pria tersebut, menariknya ke depan hingga wajah pria itu sejajar dengan wajah Lili. Murka sudah gadis tersebut, netra cokelatnya memandang Rion dengan sangat dingin.
"Berani sekali kau menilaiku seperti itu, Tuan Rion Lorenzo. Asal kau tahu, kau menemukan Lucas di depan restoran ayahku, duduk kehujanan dan ketakutan. Menurutmu orang waras akan meninggalkan anak kecil seperti itu begitu saja? Aku bahkan tidak tahu apa pun mengenai hubunganmu dan Lucas sebelum aku masuk ke ruangan ini. Kau bisa tanyakan langsung kepada anakmu. Dan perihal pekerjaanku sebagai IT di perusahaanmu, akan kupastikan kau menyesal telah mengatakan hal seperti itu padaku," ucap Lili dengan setiap kata terasa seperti menusuk dan menyeramkan.
Rion bisa melihat kesungguhan dalam raut wajah Lili. Tak menyangka kalau gadis bertubuh jauh lebih kecil darinya itu memiliki keberanian melawan seorang Rion Lorenzo. Ini pertama kalinya dalam hidup Rion ia merasa harga dirinya menghilang dalam beberapa menit.
Lili melepaskan cengkeraman tangannya dari kerah baju Rion. Menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Bisa ia lihat keterkejutan tergambar jelas di wajah pria tersebut, menduga kalau belum ada yang berani melakukan hal sekurang ajar itu padanya selama ini.
"Oke, kurasa aku yang salah di sini," ucap Rion mengalah. Ia bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan benar dan salah, terutama setelah melihat raut wajah Lili barusan. Jelas kalau gadis itu mengatakan kebenaran.
Lili hanya diam menatap Rion dengan tatapan yang belum berubah, masih dingin dan penuh amarah.
"Jadi kau sungguh karyawanku?" tanya Rion, hendak meluruskan masalah yang dibuatnya.
"Hmm," hanya itu yang Lili keluarkan sebagai jawaban.
"Dan kau menemukan Lucas di depan restoran ayahmu kemarin saat hujan lalu memutuskan untuk menjaganya? Kenapa tidak membawanya ke kantor polisi dan melaporkannya agar Lucas bisa kembali ke keluarganya." Rion mencoba untuk mengerti situasi.
"Jika kau melihat bagaimana ketakutannya Lucas kemarin, kau sendiri pun tidak akan tega membawanya ke kantor polisi," jawab Lili.
"Duduklah," suruh Rion, menunjuk sofa di ruangan itu dengan matanya.
Setelah menimbang beberapa saat, Lili menghela napas dan mengukuti ucapan Rion untuk duduk di sofa terdekat.
Rion mengikuti gadis itu untuk duduk di sofa satu dudukan, terus menatap lekat sang gadis. Mencoba membaca pikiran gadis tersebut yagn seketika tidak dapat dibaca oleh Rion. Sepertinya amarah yang disulut oleh pria itu mengakibatkan perubahan signifikan dimana sang gadis memasang tembok tak tertembus.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi jika boleh tahu. Aku mendengar kau tadi menyebut bahwa Lucas diculik?" tanya Lili, telah melunturkan sedikit amarahnya.
"Benar, Lucas diculik kemarin siang saat dia sedang bermain di halaman depan. Sepertinya sudah diincar cukup lama. Lalu Dante memberitahu kalau Lucas kabur dari para penculik itu dan menghilang entah kemana. Aku sudah mencarinya sejak kemarin di sekitaran Baverlly Hill Street, tapi tidak menemukan apa pun," jelas Rion perlahan, masih memerhatikan perubahan ekspresi dan juga gelagat dari Lili.
"Baverlly Hiil? Lucas ada di Diego Street, di depan restoran ayahku. Sepuluh blok dari Baverlly Hill," kata Lili yang jelas kalau tempat yang disebutkan oleh Rion cukup jauh dari tempat dimana restoran ayahnya berada.
"Para penculik itu mengatakan kalau mereka kehilangan Lucas di Baverlly Hill. Damn, mereka berbohong padaku," umpat Rion dengan tangan mengepal memukul tangan sofa.
Pantas saja tidak ada kabar apa pun tentang anak hilang sejak kemarin. Tempat dimana Lucas diberitahukan menghilang tidak sesuai dengan kenyataannya. Dan rasanya tidak mungkin kalau Lucas berjalan sejauh itu dalam keadan hujan sejak pagi. Dan kalau pun memang Lucas berjalan dari Baverlly Hill ke Diego, sudah pasti akan ditemukan oleh orang lain terlebih dahulu. Anak kecil berusia lima tahun berjalan dalam hujan, tentu akan menarik perhatian orang-orang dewasa untuk bertanya bahkan membawanya ke kantor polisi sebagai anak hilang.
Sebuah ketukan di pintu, membuat Lili dan Rion menoleh. Mendapati Dante datang dan berjalan masuk ke dalam setelah mendapatkan anggukan dari Rion kalau ia diperbolehkan masuk.
"Lucas menanyakan Nona Lili terus sejak tadi. Meminta agar Nona Lili segera datang ke kamarnya," kata Dante dengan mata melirik ke arah Lili.
Rion yang mendengar itu melihat ke arah Lili, "Mau ke kamarnya?" tanyanya.
"Jika diizinkan," kata Lili.
Rion berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Lili, meminta agar gadis itu meraihnya dan berjalan bersama menuju ke kamar sang bocah.
Walau sempat ragu Lili akhirnya meraih tangan besar itu dan berdiri di samping sang pria.
Alis Rion bertaut ketika ia menatap gadis di sampingnya. Ia menyuruh Dante untuk duluan, sebelum akhirnya ia menyejajarkan wajahnya dengan wajah sang gadis. Tangan Rion menyentuh kembali leher Lili, kali ini jauh lebih lembut. Hanya jari-jarinya yang menyapi leher tersebut.
Merinding Lili rasakan ketika lehernya di sentuh oleh pria itu tanpa aba-aba, membuat jantung sang gadis seketika berdetak keras saat mendapati betapa dekat wajah pria itu dengan wajahnya. Namun kali ini bisa ia lihat pandangan penuh penyesalan berbayang di manik aquamarine tersebut.
"Maaf. Karena selalu dikelilingi wanita yang ingin mendapatkan uangku bahkan menggunakan Lucas untuk mendekatiku, aku justru menyakitimu seperti ini tanpa mendengar penjelasanmu terlebih dahulu. Padahal kau sudah menyelamatkan Lucas. Sungguh, aku minta maaf, Liliana," ucap Rion tulus. Menyesal sudah karena telah menyakiti penyelamat anak laki-lakinya sekaligus karyawannya.
Lili memang sering mendengar bagaimana para karyawan perempuan selalu memuji ketampanan pimpinan mereka. Tapi ia tidak menyangka kalau ternyata semua pujian itu benar adanya. Bahkan untuk seorang Lili yang hampir tidak pernah tertarik dengan pria karena lebih suka sibuk akan pekerjaan dan aktivitasnya, ia bisa merasa jantungnya seakan mau lepas sekarang. Wajahnya telah bersemu merah muda, membuatnya berpaling dari pria itu untuk menutupi ronanya.
"T-tidak masalah. Kurasa itu karena kau sedang mencemaskan anakmu terutama setelah penculikan," kata Lili salah tingkah.
"Bicara tentang anak, kurasa Lucas akan mengamuk kalau dia harus menunggumu lebih lama. Sebaiknya kita segera ke kamarnya," Rion berkata seraya berjalan terlebih dahulu, membukakan pintu dan memersilahkan Lili untuk jalan duluan.
Lili berjalan sesuai arahan, tak berani melihat ke arah Rion. Berdoa meminta kepada Tuhan untuk mengingatkan agar selamat dari ketertarikan dari seorang Rion Lorenzo. Ia hanya ingin hidup damai jauh dari masalah.