Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Aylin sama sekali tak menduga jika suaminya benar-benar membantunya memasak.
Ia mengulum senyum melihat tingkah Alvian yang lucu saat menusuk potongan daging satu persatu.
Ketika sedang fokus dan tidak menunjukkan raut wajah yang menjengkelkan, Alvian merupakan laki-laki paling tampan yang pernah ia temui.
"Aylin, kenapa dari tadi kamu senyum-senyum seperti itu?" tanya Alvian sadar jika sejak tadi terus diperhatikan.
"Aku hanya tidak menduga saja jika Mas Alvian mau melakukan pekerjaan ini," jawab Aylin.
"Kamu jangan salah paham, aku melakukan ini karena aku suka makan sate dan agar cepat selesai karena nanti ada sahabatku yang akan datang," sela Alvian.
"Tenang saja, Mas. Aku juga tidak mengharapkan cintamu kok. Jadi apapun yang kamu lakukan tidak akan membuatku salah paham," balas Aylin mulai kesal.
Alvian mengigit bibirnya sendiri, entah kenapa di depan Aylin ia tak ingin terlihat baik. Mungkin karena sudah terlanjur gengsi.
"Tapi jujur saja, kamu pasti bangga kan punya suami sepertiku? Setidaknya lebih tampan dan lebih muda daripada Riko," balas Alvian tak mau kalah.
"Aku akui kamu memang tampan, Mas. Tapi diurutan kedua, dan yang pertama itu tidak akan pernah ada yang bisa mengalahkan," balas Aylin dengan nada mengejek.
"Siapa? Aku ingin melihat setampan apa dia sampai membuatku ada di urutan nomor dua," tanya Alvian sangat penasaran.
"Ada deh, kamu tidak apa-apanya jika dibandingkan dengan dia. Makanya jangan suka membanggakan ketampananmu itu, karena ahklak dan keimanan lah yang bisa membuat aku kagum," jawab Aylin sangat senang bisa balas dendam, sebab selama ini dirinya selalu dibandingkan dengan Riana.
"Ya siapa dia?" tanya Alvian mulai penasaran dan marah.
"Rahasia, dong. Aku saja tidak kepo pada semua pacarmu," jawab Aylin sengaja mengerjai suaminya.
Alvian menahan amarah dan memilih tidak berkomentar, dia fokus lagi mengolesi sate yang tengah di bakarnya sambil mengolesi bumbu.
"Kurang ajar, ternyata Aylin sudah ada orang yang disukai dan ternyata bukan Riko. Jadi selama ini aku salah sasaran. Kira-kira siapa dia? Awas saja kalau sampai berani selingkuh di belakangku. Aku adalah Alvian, akan sangat memalukan jika punya istri malah ditinggal selingkuh," batin Alvian sangat emosi.
Aylin merasa puas sekali, padahal yang sedang ia maksud adalah abinya.
Baginya di dunia ini yang paling tampan adalah seseorang yang paling mencintainya sepenuh hati itu.
Cinta pertama yang tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun.
"Mana bisa Abi dibandingkan dengan Mas Alvian yang menyebalkan," batin Aylin sangat puas.
Cukup lama mereka saling terdiam, sampai Aylin teringat akan sesuatu.
"Mas, tadi Mama dan Papa meminta kita untuk ke rumah mereka besok siang, katanya malamnya ada acara kirim doa untuk Nenek kamu," sela Aylin.
"Iya, tapi setelah kita pulang kerja saja," jawab Alvian ketus.
Aylin kemudian fokus membersihkan dapur, sehingga nanti setelah selesai masak bisa selesai semuanya.
Sedangkan Alvian asyik membakar sambil mengolesi bumbu, sesekali mencicipi daging yang sudah matang.
Tiba-tiba ponsel Alvian berdering, ia mencoba meraih dari sakunya tapi tangannya masih kotor.
"Aylin, tolong ambilkan aku ponselnya," pinta Alvian terpaksa minta bantuan.
"Pasti dari Riana, tidak mau ah," tolak Aylin.
"Bukan," jawab Alvian.
"Seyakin itu? Apakah panggilan dari ayangmu di bedakan nada deringnya?" duga Aylin.
Alvian menyeringai, tidak mengira jika istrinya tahu.
Memang untuk nada dering dari Riana dia bedakan, sebab kekasihnya itu sangat bawel kalau sampai tidak diangkat.
Jadi, saat dia sibuk nada dering yang bukan dari Riana bisa ia abaikan.
"Cepat dong ambilkan!" sergah Alvian tak sabar.
Aylin akhirnya membantu juga, dalam jarak sedekat itu keduanya sama-sama salah tingkah dan grogi.
"Sengaja lama-lama mau menggodaku ya?" gumam Alvian.
"Siapa juga yang mau menggoda, bukannya Mas Alvian yang memaksaku?" pekik Aylin kesal.
"Sebenarnya kalau kamu mau sesekali menggodaku tidak masalah, siapa tahu aku bisa tertarik," canda Alvian.
"Aku yang sama sekali tidak berminat! Kecuali jika kamu adalah sosok suami yang sudah memiliki pendirian, baru aku akan berusaha. Lagian punya pacar di mana-mana kok minta diperjuangkan, sangat tidak layak!" jawab Aylin tegas.
Alvian ingin membalas ucapan Aylin, tapi ia sedang menerima panggilan dari Galih.
[Bro, aku berangkat lebih awal ya? Nanti ada acara kamu harus ikut. Sekalian aku antarkan mobilmu]
[Jangan!]
Alvian langsung buru-buru mengambil ponselnya tanpa mencuci tangan dan pergi dengan panik, tidak peduli tangannya kotor bekas memegang daging kambing.
"Galih? Tapi suaranya mirip perempuan. Dasar playboy, aku sudah tahu kelakuan bobroknya, kenapa angkat telpon saja mesti menghindar dariku? Biasanya dia menelpon Riana juga malah pamer kemesraan. Enak saja nyuruh-nyuruh aku merayu, terus dia akan mengerjaiku dan bilang aku tidak menarik? Huft, aku juga punya harga diri!" batin Aylin sambil melanjutkan pekerjaan suaminya membakar sate.
Tapi tak bisa dipungkiri jika ia sekarang mulai ada rasa sakit saat suaminya itu berhubungan dengan wanita lain, semacam perasaan ingin diperhatikan dan tidak mau diabaikan.
"Astagfirullah, aku ini kenapa sih? Jangan sampai aku tergoda hanya karena fisik tampannya saja. Dia playboy dan tidak punya perasaan, kalau aku sampai jatuh cinta maka hanya akan terus terluka," batin Aylin mengingatkan dirinya sendiri.
***
Alvian kesal sekali melihat ponselnya yang kotor, apalagi dia sangat suka dengan kebersihan.
"Galih sialan, sudah ponselku jadi seperti ini dan dia malah mau mengacaukan segalanya," gumam Alvian kesal.
Sebenarnya apa yang diceritakan ia pada istrinya soal mobil yang tertabrak truk itu hanya cerita karangan.
Ia hanya tidak ingin membiarkan istrinya naik mobil sendiri, sebab ia paham jika para mahasiswa pasti sangat ingin mobil keren seperti itu.
Pastinya mereka akan curi-curi mengambil gambar seperti sebelumnya, bisa-bisa nanti istrinya menjadi incaran para brondong.
Karena ada begitu banyak brondong yang menyukai wanita lebih tua usianya yang penting kaya raya, sedangkan ia tahu jika Aylin pewaris pengusaha sukses dibalik profesinya menjadi dosen.
"Pokoknya aku tidak boleh membiarkan Aylin berangkat dan pulang sendiri naik mobil itu," batin Alvian.
Sejujurnya soal mobil istrinya, ia tidak begitu tertarik. Karena ia sendiri juga bisa membelinya tapi memang tidak minat.
Alvian lalu menghubungi Galih memastikan jangan sampai istrinya tahu kalau mobilnya baik-baik saja.
Bisa-bisa dia akan malu sampai tujuh turunan.
"Siapa yah laki-laki yang dimaksud Aylin itu? Pokoknya aku harus mulai memantau ponsel dan gerak geriknya. Enak saja dia bilang lebih tampan dariku!" gumam Alvian tidak terima.
Alvian kemudian kembali ke dapur lagi, tapi semua sudah selesai dan dapur juga sudah rapi.
Dalam hati Alvian semakin kagum, sebab Aylin memakai gamis, jilbab panjang dan cadar tapi tak membatasi semua aktifitasnya.
"Mas, kalau mau makan duluan sudah aku siapkan di meja makan," ucap Aylin yang baru muncul di belakang.
"Nanti saja, kamu sekarang mau membuat apa?" tanya Alvian.
"Buat pencuci mulut, teman kamu sukanya apa?"
"Ehm, salad buah, " jawab Alvian.
"Itu mah kesukaan Mas Alvian," sindir Aylin menahan tawa.
"Dia juga suka kok," balas Alvian.
"Ya sudah, akan aku buatkan sekarang kalau begitu," jawab Aylin serius.
"Kamu tidak lelah sejak tadi masak? Maksudku kamu ini kan anak orang kaya, pasti biasanya ada pembantu yang melayani semua kebutuhan kamu," tanya Alvian penasaran.
"Kalau orang kaya memangnya harus malas-malasan? Justru yang bisa membuat Abiku kaya karena dia tidak pemalas. Makanya sejak kecil aku di didik untuk menjadi perempuan yang serba bisa," jawab Aylin santai.
************
************
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼