NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:48M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan

Baik Embun maupun Aby belum dapat mengurai rasa malu dari kejadian mendadak barusan. Ayah dan bunda pasti menyangka yang bukan-bukan tentang mereka berdua. Terlebih mereka menyadari wajah ayah yang mendadak merah dan langsung keluar kamar. Sementara bunda yang jahil memilih tinggal sebentar dan menggoda keduanya. 

Setelah kepergian sang bunda dan pintu kamar tertutup rapat, Aby melirik Embun yang duduk di ranjang dengan berpangku tangan. Kepalanya menunduk. Aby yakin Embun sedang berusaha menutupi rona merah di wajahnya. 

"Maaf, aku nggak bermaksud mengagetkan kamu. Aku cuma mau pindahin kamu ke kasur." Aby menjelaskan lebih dulu, sebelum Embun berpikir yang tidak-tidak. "Aku udah bangunin kamu beberapa kali tapi kamu nggak bangun, jadi aku gendong," jelasnya lagi ketika Embun masih diam. 

Pria itu lantas mendekat dan duduk di tepi ranjang, membuat Embun menggeser posisi sedikit menjauh. Aby yang menyadari reaksi Embun pun mengerti, bahwa wanita yang baru pagi tadi menyandang status sebagai istrinya itu masih marah dengan kejadian di restoran. Akhirnya, Aby menarik sebuah kursi tunggal dan duduk di sana. 

"Aku mau bicara sebentar. Boleh?" Ia menatap Embun yang tampak enggan membalas tatapannya. 

"Mau bicara apa?" sahut Embun singkat, meraih bantal dan meletakkan di pangkuannya. 

Nada bicara Embun yang dingin dan datar membuat Aby merinding. Untuk beberapa saat, Aby terdiam dengan mata tertuju ke lantai, seolah sedang memikirkan pilihan kata yang tepat untuk diutarakan. Jangan sampai apa yang terucap dari bibirnya membuat Embun salah paham. 

"Bagaimana kalau kita buat kesepakatan," tawarnya kemudian. 

Dahi Embun terlihat mengkerut saat mendengar kata kesepakatan. Ia lalu menatap sang suami. "Kesepakatan apa?" tanyanya. 

"Mulai malam ini kita akan tidur sekamar. Tapi kamu tenang aja, aku janji nggak akan ngapa-ngapain kamu." 

Sudut bibir Embun terangkat tipis. Tatapannya sungguh sinis. "Kenapa? Kamu ngapain-ngapain aku juga nggak apa-apa. Itu kan hak kamu." 

Pipi Aby seketika memerah mendengar ucapan Embun. Memang benar, sebagai seorang suami, ia memiliki hak mutlak atas diri Embun. Tetapi, Aby tak ingin memanfaatkan statusnya. 

"Embun ... mulai sekarang kamu akan tidur di ranjang dan aku di sofa. Kamu tenang saja, sampai kita bercerai aku nggak akan menyentuh kamu. Nggak akan ada kontak fisik di antara kita, jadi kamu akan tetap utuh sebagai seorang gadis," terang Aby. 

"Jadi kamu pikir dengan berjanji nggak akan menyentuh aku, maka aku akan senang?" 

Tubuh Aby kembali meremang kala melihat Embun menarik napas dalam. Pria itu seperti kehilangan kata-kata. Hingga akhirnya yang terucap hanya kata, "Maaf. Setidaknya dengan begitu kamu bisa melanjutkan hidup yang lebih baik setelah kita berpisah nanti. Aku juga nggak mau seperti ini." 

"Baik, kalau itu sudah menjadi keputusan kamu." Embun akhirnya setuju. Ia pikir tidak ada gunanya berlama-lama berdebat dengan aby. Toh, hasilnya akan tetap sama saja. Aby tetap akan menceraikan dirinya demi melanjutkan hubungannya dengan Vania. Dan Embun sadar, sesuatu yang dipaksakan tidak akan menuai hasil yang baik. 

"Tapi bunda itu kepo. Kalau besok bunda tanya sama kamu, bilang aja kita udah malam pertama. Kamu ngerti, kan?" 

"Kamu minta aku berbohong, Mas?" 

Lagi-lagi sorot mata tajam Embun membuat Aby bergidik. "Bukan begitu, Embun," jawabnya ragu. "Kamu 'kan tahu masalah Kak Galang sudah cukup membuat ayah sama bunda stres. Aku nggak mau menambah beban pikiran mereka. Apa lagi, belakangan ini kondisi kesehatan ayah agak menurun." 

"Jadi kamu menjatuhkan seluruh beban keluarga kamu di pundakku, begitu 'kan maksudnya?" 

Aby tak tahu lagi harus berkata apa. Setiap kalimat yang ia ucapkan langsung dibalas Embun dengan telak. "Aku benar-benar minta maaf. Aku juga nggak mau menyakiti siapapun. Kamu, aku dan Vania hanya korban dari pelarian Kak Galang." 

"Ya sudah, terserah kamu saja," ucap Embun pada akhirnya, yang menciptakan sedikit kelegaan bagi Aby. 

"Terima kasih, Embun." 

Embun menganggukkan kepala pelan. Meski ribuan jarum terasa menghunus jantung. Meski rasanya  ingin berteriak atau bahkan menjerit untuk melampiaskan rasa  kecewa dan sakit yang teramat. Tetapi, harus kepada siapa? Ia sendirian. 

Aby meraba saku belakang celana dan mengeluarkan dompet miliknya. Sebuah kartu ATM ia keluarkan dari sana dan ia berikan kepada Embun. "Ini untuk kamu. Pin-nya 721988. Aku akan transfer setiap bulan untuk keperluan kamu." 

Embun bergeming, membuat Aby meletakkan kartu ATM ke tepi ranjang. "Sudah malam, kamu istirahat," ujarnya, Lalu segera beranjak menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di sana dengan posisi membelakangi. 

Embun menatap nanar punggung tegap telanj@ng suaminya. Terdiam beberapa saat, kemudian menarik selimut dan ikut berbaring. 

 Baru beberapa menit mata Aby terpejam, suara deringan ponsel sudah kembali terdengar. Tangannya terulur meraba sofa tempatnya tadi meletakkan benda pipih itu. Matanya menyipit menatap layar ponsel. Ada panggilan Video dari Vania. 

"Iya, Van ...," jawab Aby dengan suara serak dan mata sayu. 

"Sayang, kamu sudah tidur?" tanyanya. 

"Hemm ... apa sih kamu malam-malam video call?" 

"Aku cuma mau memastikan kamu nggak tidur sama Embun." 

"Ya ampun, segitunya kamu, Van."

Aby menghembuskan napas kasar. Ia membalikkan tubuhnya menghadap ke ranjang dan mengganti kamera depan ke belakang. Sehingga Vania dapat melihat Embun yang sedang terbaring seorang diri dalam balutan selimut tebal, dengan posisi yang juga membelakangi Aby. 

"Sudah puas?" tanya Aby setelah menunjukkan bahwa dirinya tidur di sofa dan Embun tidur di kasur. 

Vania tersenyum senang. "Ya udah ganti lagi kameranya ke depan. Aku mau lihat muka kamu." 

Aby benar-benar dibuat kerepotan dengan tingkah pacarnya itu. Dalam keadaan menahan kantuk, ia membuka mata dan menekan simbol kamera pada layar ponsel. Vania dapat melihat wajah kekasihnya yang tampak sangat lelah. Aby bahkan terlihat enggan membuka mata. 

"Kok kamu tidur nggak pakai baju?" tanya Vania.

"Gerah, Van! Aku 'kan memang nggak pernah pakai baju kalau tidur." 

"Memang di kamar kamu nggak ada AC?"

"Ya ada, tapi tetap aja aku gerah."

"Tapi sekarang beda, Aby! Di kamar kamu akan selalu ada Embun. Pokoknya aku mau kamu pakai baju," ujar Vania menekan. 

"Apaan sih kamu, Van! Segini jauhnya posisi aku sama Embun. Aku juga tidur di sofa, kok." 

"Tapi, Aby ...." 

"Udah ah, Van. Aku malas!" Aby mulai kehilangan kesabaran.

"Ya udah," potong Vania cepat, ketika mendengar nada kesal Aby. "Tapi kamu harus tetap ingat sama aku." 

"Iya iya .. sudah ya, aku ngantuk." 

"Iya, Sayang. Selamat tidur." 

"Hemm ...." 

Panggilan terputus. Aby meletakkan kembali ponsel ke sofa dan memejamkan mata. Tanpa sepengetahuan Aby, Embun sejak tadi belum tidur dan mendengar pembicaraan mereka.

Cairan bening pun mengalir di ujung mata, kartu ATM pemberian Aby ia remas hingga patah menjadi dua bagian.  

...........

1
Lita Pujiastuti
sok kaya sih tuh oma... pake nolak Embun...
Lita Pujiastuti
Mungkin memang sesekali oma diberi pembelajaran...
Lita Pujiastuti
Dewa ngelus dada lagi ya, Thor.. 🤭
Lita Pujiastuti
cinta sebenarnya gk pandang fisik.. cantik atau tdk. ganteng atau tidak, yg bisa merasakan hati. .klo sdh klik... yg oke lah... bungkus ... 😁
Lita Pujiastuti
Ealah ada² aja istilahnya, Thor .... 😄
Lita Pujiastuti
Tuh kan .. bener...
Lita Pujiastuti
Hamidun...
Lita Pujiastuti
Nenek aja sok ngatur² cucu... sebesar apa sih ngasih warisan... shg berani ngatur² rmh tangga cucu....
Lita Pujiastuti
jangan² Embun hamidun nih ..
Lita Pujiastuti
Yg penting suami sayang dan suport istri. org kain gk suka mah. .. abaikan aja. ..
Lita Pujiastuti
Sabar By. .😄
Lita Pujiastuti
apa May Day punya dokter Allan?
Lita Pujiastuti
terbuka, terus terang keadaan yg sesungguhnya... beban pikiran akan ringan
Lita Pujiastuti
Ribet amat, Sis. hidupmu ..
Lita Pujiastuti
Menyebalkan... tp klo sampai Aby dipecat.. kasus penganiayaan lanjut kan... lalu sebarkan berita jg bhw Aby dipecat krn tdk mau diajak damai ken istri nya dianiaya...
Lita Pujiastuti
Aq gk terima itu main gampar aja... maaf sj gk cukup ..
Lita Pujiastuti
Woooo.... salah alamat buk.... yg ibu cari pasti Siska... bukan Embun.... lihat dulu alamat rumah dg benar .. main gampar aja... 😠
Lita Pujiastuti
se simpel itu kan, Mbun. Kejujuran itu penting, walaupun bisa saja dapat resiko terburuk
Lita Pujiastuti
Tuh kan... tinggal bilang aja, jujur ..
sendainya hal terburuk pun yg terjadi, ya hrs siap. Drpd ditutup²i lama² tahu juga.. itu lebih menyakitkan ..
Lita Pujiastuti
Tinggak bilang alasannya saja kok ribet banget to, Mbun ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!