"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya ingin Jimmy
Bali....
Laura menutup toko bunganya saat sudah menjelang sore, tokonya hanya buka pagi sampai jam 5 sore saja. Kehamilannya yang semakin besar membuat Laura tidak ingin ambil resiko, biar bagaimanapun bayinya adalah keluarganya satu-satunya yang akan ia miliki.
"Lia kamu tidak mau ikut denganku?" Laura berdiri di belakang Amalia yang masih mengunci pintu.
"Ngak mbak, malam nanti ada acara dirumah." Katanya sambil mengecek pintunya sudah benar-benar terkunci.
"Acara apa? kamu mau menikah?"tatapan Laura memicing menatap gadis didepanya.
Amalia terkekeh lebar, "Bisa di gorok aku sama kak Arman kalau berani nikah muda." Katanya sambil mengulurkan kunci.
"Emm, aku tidak begitu mengerti Amalia. Tapi kalau boleh aku mau ikut apa boleh?" Laura tampak ingin banyak tahu kehidupan orang-orang disini. Budayanya mungkin tidak begitu jauh namun ada adat yang mungkin Laura belum ketahui.
"Boleh dong, nanti aku kenalin sama ibu ku." Amalia tersenyum senang.
"Yasudah, kita pulang dulu kerumah nanti kita berangkat bersama." Amalia mengangguk dan ikut Laura pulang ke rumah.
Setelah membuka toko bunga, Laura membeli rumah sederhana yang tidak besar dan tidak kecil, namun begitu nyaman untuknya tinggali, Laura juga menyuruh orang untuk datang membersihkan rumahnya dua hari sekali, agar dirinya tidak terlalu lelah, karena takut terjadi sesuatu dengan kandungannya.
Setelah bersiap Laura pergi menuju rumah Amalia, keduanya menaiki kendaraan Amalia yang pulang pergi naik motor. angin sore membuat Laura begitu senang, ia tidak pernah merasakan suasana seperti ini, setelah pulang kerja Laura menghabiskan waktu di rumah saja.
"Nanti aku pinjamkan pasmina ya Mbak, ngak papa kan." Amalia memakirkan motornya di samping rumah.
"Ngak papa, lagi pula aku yang mau ikut kamu." Laura tersenyum.
Amalia bilang, jika dirumahnya ada acara kirim doa wafatnya sang ayah, dan kelurga Amalia adalah kelurga muslim berbeda dengan Laura yang memang pendatang dari luar negeri.
"Iya deh. Ayo Mbak masuk aku kenalin ke ibu dan kak Arman." Amalia menggandeng tangan Laura mengajaknya masuk.
"Assalamualaikum wahai ibundaku yang paling cantik!"
Suara lempeng Amalia berhasil membuat seseorang keluar dari dalam dan melihat adiknya yang sedang tersenyum lebar.
"Kalau pulang bisa ngak salam aja gak usah lebay..!" Ketus seorang pria yang menatap sebal adiknya itu.
"Wahai kak Arman Maulana yang paling tampan dan rupawan, jawab salam dulu baru ngomel!"
Pria bernama Arman itu mendelikkan matanya, hingga tatapannya mengarah pada sosok yang berdiri di belakang adiknya tanpa bisa terlihat jelas.
"Siapa yang kamu bawa Lia?" Tanya Arman sambil bersedakep dada.
"Ehh lupa kalau bawa mbak bos, hehe." Amalia menggeser tubuhnya, dan terlihatlah sosok wanita cantik dengan perut yang sedikit besar.
"Mbak Laura, Bos yang sering aku ceritain."
Laura terseyum, dengan kepala menunduk sedikit.
"Mbak itu kakak ku yang galak, makanya ngak ada yang mau sama dia." Bisik Amalia namun masih bisa didengar Arman dengan jelas.
"Ck, kamu memang adik durhaka Lia." Kesal Arman yang malah membuat Amalia tertawa.
"Selamat sore, maaf aku yang ingin ikut Amalia." Tutur Laura.
"Hm, silahkan. Lia kakak mau ke warung, ibu masih keluar sebentar." Kata Arman sambil berlalu pergi lewat pintu samping.
"Kakak ku emang begitu mbak, gak mau akrab sama orang," Amalia mengajak Laura masuk kedalam.
"Kenapa?" tanya Laura yang kepo.
"Ngak tahu, kayak alergi aja gitu sama perempuan, makannya ngak pernah dengar kak Arman punya cewek."
Laura hanya mengangguk, ia duduk di kursi meja makan di mana banyak kue yang masih di wadah.
"Ini mau di susun di mana Lia?" tanya Laura sambil menatap beberapa kue yang belum pernah ia lihat apalagi merasakan cita rasanya.
"Nanti aja mbak, nunggu ibu paling lagi tempat pak ustad!" Seru Amalia dari dalam kamar.
"Lia mbak boleh minta ngak? Kayaknya mbak kepengen makan." Laura mengusap sudut bibirnya yang basah karena menginginkan kue didepanya itu.
"Ambil mbak, ngak ada yang larang!"
Tangan Laura terulur pada kue yang berbetuk unik, seperti piring bulat dan bergerigi, di tengahnya seperti terdapat fla yang baunya menggugah selera.
"Itu namanya pie susu, cemilan khas di sini!"
Suara bariton di belakang membuat Laura tersentak, hampir saja menjatuhkan pie susu yang ia ambil.
"Em, maaf aku tiba-tiba menginginkan kue ini." Cicit Laura.
Arman berjalan mendekat, megambil sebuah piring dan meletakkannya di atas meja.
"Makan saja, katanya wanita hamil suka ngidam dan menginginkan makanan yang dilihat." Arman menyodorkan piring yang sudah ia isi dengan beberapa pie diatasnya pada Laura.
"Ini saja, tidak perlu banyak." Laura menolak.
"Nanti bayi mu ngences,"
"Eleeh modus!"
Suara Amalia di ambang pintu membuat Arman mendengus kesal. Laura hanya bisa menatap keduanya dengan kening berkerut.
*
*
"Aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini Celine,"
"Aku hanya butuh bukti didepan mataku, jika kau salah maka tidak akan ada ampun untuk mu Andrew!" Lirik Celine sinis.
Pria bernama Andrew hanya bisa terkekeh, tangannya merangkul bahu Celine dengan senyumnya yang menawan.
"Aku tidak mungkin memberikan informasi palsu, lagi pula aku tidak ingin lama-lama memendam rindu," Andrew mendekatkan wajahnya pada wajah Celine.
"Tugas mu belum selesai, aku tidak ingin melihat bayi itu lahir jika benar dia hamil anak Jimmy." Celine mendorong dada bidang Andrew yang hampir menciumnya.
Andrew mendesahh kasar, wajahnya masam.
"Memangnya apa yang kau harapkan? Biarkan saja wanita itu hamil dan melahirkan Jimmy tidak mungkin mencarinya bukan?"
Celine menatap tajam Andrew, "Kau bodoh! Jika bayi itu lahir maka aku akan kehilangan Jimmy, aku tidak mau Jimmy meninggalkanku dan memilih wanita ******* yang bisa melahirkan anaknya itu!" Kesal Celine dengan tatapan mata yang berkilat marah.
"Ayolah Celine, aku bisa menerima mu tanpa melihat kekurangan mu." Andrew menangkup wajah Celine menatapnya dengan penuh rasa.
"Sayangnya kamu bukan Jimmy Andrew, aku hanya ingin Jimmy yang berada di sisiku!!"
*
*
Weekkk, sepertinya Entun eror, karya lainya Udah update tapi gak bisa tampil, moon maaf bukannya gak update, tapi emang Entunnya yang eror 🤧