"Kau masih gadis?"
"I-iya, Tuan."
"Bagus. Kita akan membuktikannya. Kalau kau berbohong, kau akan tahu apa akibatnya."
Bab 24
la tersengal-sengal saat Carlton melepaskan diri, tetapi baru beberapa tarikan napas diambil. Pria itu sudah menciumnya lagi, tangan pria itu menyusup masuk ke gaun malamnya dan menemukan dadanya di balik itu tanpa terhalang apa pun. Mulut Carlton turun ke leher Cheries, sementara si gadis bersandar tidak berdaya, pasrah dengan apa yang akan dilakukan Carlton padanya detik itu juga.
"Ini kan yang kau inginkan, Bitch?"
Mata Cheries berkaca-kaca, kepalanya mengangguk-angguk penuh harap. Carlton menggeram, mencengkeram rahangnya dengan satu tangan sebelum ia menggigit pipi wanita itu dalam gigitan gemas. Cheries mengerang penuh gairah sampai tubuhnya bergetar. Pahanya dibuka lebar-lebar, ia mengarahkan tangan Carlton ke lembah di antar kakinya.
"Fuck me please, "desah Cheries dengan suara bergetar penuh hasrat.
Baru saja Carlton mengusapnya, tiba-tiba saja ciuman pria itu terhenti. Cheries seketika ditinggalkan begitu saja, bersandar di jok mobil seperti pelacur yang baru saja dipakai habis-habisan. Carlton menatapnya dengan tatapan dingin, sebelum meraih ponsel yang terus bergetar di sakunya.
"Ya?"
Alis tebal Carlton terangkat, ekspresinya berubah gelap. Tentu saja karena saat itu Carlton baru saja menerima telepon dari James, yang memberitahu kalau dia melihat Tora di sekitar wilayah rumah Ariella, ditambah lagi gadis itu juga terlihat di sekitar panti jompo.
Panti jompo tempat ayahnya berada.
"Apa yang diinginkan gadis itu? Dia gagal mendekatiku dan kini dia menyasar pada ayahku?"
"Dia menemui seorang wanita tua di panti jompo itu, dan dia terlibat pembicaraan dengan Tuan Rutherford. Mereka terlihat saling mengenal
"Mustahil."
James berkata, "Mereka sudah lama sangat akrab."
Mendengar itu, Carlton marah sekali.
Bagaimana bisa ayahnya mengenal Ariella?
Sementara saat Carlton menemuinya, pria itu tidak ingat siapa Carlton.
Pria itu berbicara soal putranya yang berumur 7 tahun, dan hanya itu, ayahnya ingat memiliki anak tetapi tidak ingat nama, wajah dan seperti apa dia.
"Gadis itu! Aku harus tahu apa yang sebenarnya dia inginkan."
Carlton menyimpulkan Ariella akan bertemu Tora.
"Ikuti dia dan awasi!"
"Kami sedang mengawasinya, Tuan. Ariella bergerak sendirian ke rumahnya, dia bahkan tidak menghidupkan lampu."
"Apakah dia akan melakukan transaksi?"
"Kemungkinan besar."
"Aku akan ke sana dan menangkapnya sendiri!"
Setelah sambungan telepon terputus, Carlton mencengkeram setir dan menoleh ke arah Cheries.
"Sayang sekali, Nona. Aku tidak bisa pergi ke ranjangmu malam ini."
Ekspresi tersinggung terlihat jelas di wajah cantik Cheries. Gadis itu langsung meraih tas tangannya, membuka pintu dan keluar sambil menutup pintunya dengan keras.
Carlton tidak menunggu waktu, ia lantas segera membawa mobilnya pergi, dan tahu-tahu saja sudah menemukan dirinya bersama anak buahnya.
"Gadis itu kembali sekitar semenit yang lalu."
"Untuk apa dia kembali?
"Aku rasa dia meninggalkan sesuatu, Tuan. Sebelumnya dia membawa banyak barang-barang."
Dari alat komunikasi, James menerima informasi terbaru soal Ariella.
"Di sana ada beberapa pria, Tuan. Mereka masih berbicara soal hutang itu. Aku rasa Ariella datang ke sini hanya untuk mengambil barang-barang sebelum dia pergi."
"Jadi dia bersih?"
"Tora berada di sekitar sini karena menemui orang lain."
"Bagus, kalau begitu dapatkan Ariella untukku."
"Kita kalah jumlah," kata James.
Carlton meraih pistol di sabuknya.
"Kau pikir aku akan diam saja? Kepung tempat ini, aku yang akan maju ke depan."
Tidak ada yang akan berani membantah keputusan Carlton, karena dia mungkin bos mafia yang selalu dilindungi, tetapi James tahu tuannya adalah seorang profesional.