Menjadi seorang dokter adalah cita-cita dari seorang Hana Aulia. Ia diberkahi wajah yang cantik dan otak cerdas, sehingga ia terima di salah satu Fakultas Kedokteran di salah satu Universitas yang terkenal.Suatu hari ibu Hana sakit dan tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Hana pun mengambil sebuah keputusan yang besar dalam hidup nya, ya dia terpaksa bekerja menjadi ART di sebuah keluarga yang kaya raya demi bisa melanjutkan kuliahnya kembali yang sudah semester akhir.
Aditya Wisnu adalah seorang pemuda tampan yang menganggap pernikahan adalah hal terakhir yang akan terpikir dalam hidupnya.Di usianya yang sudah memasuki 30 tahun belum ada satu wanita pun yang mampu menaklukan hatinya yang dingin, Tapi tidak demikian dengan mamanya yang selalu mendesak ia untuk segera menikah. Selalu berusaha mencarikan istri untuk putra bungsunya itu.
Akankah Hana bisa melanjutkan kuliah nya? apakah Aditya menemukan wanita yang bisa mengubah prinsip hidupnya dan mencairkan hatinya yang dingin?...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 Kencan (Part 1)
Setelah mendapat telpon dari suaminya, Hana terlihat sangat bahagia karena ini untuk pertama kalinya ia di ajak suaminya berpergian. Senyum bahagia tak henti mengembang di bibirnya.
Hana memilih menggunakan dress dengan panjang di bawah lutut dengan lengan panjang berwarna hijau tua. Dress dengan model mengembang di bawa seperti model A,
Depan dress full menggunakan kancing dengan kerah model rajut berwarna putih di lehernya. Dilengkapi dengan tali dipinggangnya yang senada dengan warna bajunya.
Hana memoles wajahnya dengan make up tipis, sehingga terlihat lebih natural. Ia membiarkan rambut panjangnya terurai, kemudian ia menjepit sedikit rambutnya di belakang. Hana terlihat sangat cantik dan anggun dengan pakaian seperti itu. Warna pakaiannya sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Kulit Hana memang sudah cantik dari lahir, apalagi sekarang setelah menikah ia sering di suruh oleh mertuanya ke salon untuk merawat diri. Sebenarnya Hana enggan melakukannya karena menurutnya itu hanya membuang-buang duit. Hana kembali tidak akan berdaya kalau mertuanya sudah memaksa.
Hana memakai anting yang di belikan oleh mertuanya beberapa waktu lalu. Selesai berdandan Hana mematut dirinya di cermin sebentar, kemudian ia melangkah keluar kamar,
Hana berpamitan kepada penghuni rumah karena memang mertuanya belum pulang. Ketika ia sampai di depan rumah ternyata Mang Ujang sudah menunggunya, Hana langsung naik ke mobil.
Mang Ujang mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, beruntung hari ini tidak macet, sekitar dua puluh menit mereka sampai di kantor Aditya.
Hana turun dari mobil, ia takjub begitu melihat Gedung di depannya. Ia tidak menyangkah kantor suaminya begitu besar, indah dan sangat tinggi. Hana sampai tengadah saat melihat keatas. Ternyata suamiku ini benar-benar sangat kaya, bathin Hana.
Hana masih terpaku di depan gedung ia bingung karena ia tidak tahu di mana ruangan suaminya. Hana mengambil HPnya di dalam tas kecilnya untuk menelpon suaminya. Belum sempat ia menyentuh layar HPnya Aldo keluar dari gedung dan berjalan menghampirinya.
" Sore Hana! sapa Aldo ramah.
" Sore juga Aldo, balas Hana tersenyum.
" Ayo ikuti saya, lanjut Aldo.
Hana berjalan di sebelah Aldo, mereka masuk kedalam gedung, Hana menatap sekeliling ruangan, ia memperhatikan hampir setiap sudut ruangan, gedung memang sudah sepi karena karyawan sudah pulang. Mereka berhenti di depan sebuah lift, saat pintu lift terbuka meraka masuk. Tidak lama lift berhenti Hana dan Aldo keluar, mereka melanjutkan langkah menyusuri ruangan yang sangat luas, di sana terdapat beberapa ruangan. Mereka berhenti di depan pintu salah satu ruangan, Aldo mengetuk pintu terlebih dahulu baru ia membuka pintunya.
Aldo mempersilahkan Hana untuk masuk terlebih dahulu, baru ia menyusul di belakang. Hana menatap sekeliling ruangan kerja suaminya sangat luas, di sana ada beberapa rak buku dan sebuah sofa. Pandangan Hana terhenti pada suaminya di balik meja kerjanya yang terlihat sibuk dengan beberapa berkas yang ada di tangannya. Suaminya hanya mengenakan kemeja putihnya karena jasnya sudah ia buka dan di gantung pada kursi kerjanya. Walaupun wajahnya terlihat kelelahan tapi tidak mengurangi ketampanan wajah suaminya.
Melihat istrinya sudah datang Aditya mengalihkan pandangannya dari berkas yang ada di tangannya. Ia menatap istrinya terpana, ia melihat istrinya sangat cantik dalam dress yang dikenakannya.
Aditya bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri istrinya dengan senyuman tipis di bibirnya, dan Hana pun berjalan mendekat dengan tersenyum manis. Sementara Aldo hanya berdiri diam di belakang pintu.
" Selamat datang, ucap Aditya sambil mengecup kening istrinya.
Aldo hanya membuang wajahnya melihat adegan di depan matanya.
"Duduklah sebentar, ucap Aditya sambil membawa istrinya untuk duduk di sofa. Aditya menatap Aldo yang hanya berdiri diam.
" Terima kasih Aldo, sudah mengantar istriku, sekarang kamu boleh pulang, perintah Aditya.
Aldo mengangkat jempolnya dan mengedipkan matanya,
"Oke! Aku pamit dulu ya Han, selamat bersenang-senang ucap Aldo sambil membuka pintu.
" Terima kasih Aldo, ucap Hana.
Aldo hanya tersenyum mendengar ucapan Hana lalu ia menutup pintu. Tinggal Hana dan Aditya dalam ruangan. Hana heran dengan ucapan Aldo tadi, apa maksudnya bersenang-senang bathin Hana.
" Han, kamu duduk dulu, Mas mau mandi, ucap Aditya sambil melangkah menjauh dari sofa.
"Iya Mas, jawab Hana.
Hana melihat Aditya masuk ke sebuah ruangan yang terdapat dalam ruang kerjanya. Sambil menunggu suaminya Hana berjalan ke jendela yang ada di ruangan suaminya. Ia menatap keluar jendela yang mulai gelap, lampu-lampu gedung yang sudah menyala terlihat cantik. Setelah puas memandang Hana kembali duduk di sofa sambil membolak-balik sebuah majalah.
Aditya keluar dengan pakaian yang sudah rapi, ia memakai kemeja hitam dan celana jeans. Kemejanya melekat pas di tubuhnya yang atletis, ia menggulung lengan kemejanya sebatas siku, membuat Aditya terlihat makin seksi.
Ia berjalan menghampiri Hana yang sedang menatapnya, Hana dapat mencium parfum Aditya yang maskulin begitu ia berdiri di depannya.
"Kamu tidak ingin sholat magrib dulu?, tanya Aditya menatap istrinya.
" Aku lagi datang bulan Mas, Jawab Hana malu sambil menundukkan kepalanya, mungkin sekarang wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Aditya mengangkat dagu istrinya, sesaat mereka saling bertatapan, Kalau tidak takut merusak riasan istrinya, Aditya sudah melumat bibir istrinya yang merah itu.
"Ayo kita turun, ajak Aditya sambil menggenggam tangan istrinya.
Hana mengikuti langkah Aditya di sebelahnya, Hana menatap tangannya yang ada dalam genggaman suaminya, ada kehangatan yang mengalir di dalam tubuhnya. Ketika mereka di dalam lift Aditya pun tidak melepaskan genggamannya. Hana hanya tersenyum bahagia mendapat perlakuan manis dari suaminya, karena memang mereka baru pertama kali berjalan bergandengan seperti itu.
Aditya membukakan pintu mobil untuk istrinya baru setelahnya ia masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi. Aditya mulai mengemudikan mobilnya keluar dari gedung. Sepanjang perjalanan mereka lebih banyak diam. Hana sesekali melirik pada suaminya yang sedang mengemudi.
Sekitar lima belas menit perjalanan mobil mereka berhenti di depan Restoran. Aditya dan Hana turun dari mobil, Aditya menggandeng tangan istrinya masuk. Hana hanya terdiam dan sesekali melirik heran pada suaminya. Aditya sebenarnya paham dengan arti lirikan istrinya tapi ia bersikap seolah tidak tahu.
Aditya membawa istrinya ke lantai dua restoran, Hana menatap sekeliling ruangan yang terlihat sangat mewah. Tapi ia tidak melihat satu orang pun tamu yang akan makan seperti mereka. Mereka duduk di salah satu meja yang ada di ruangan itu.
Baru mereka mendudukkan bokongnya seorang pelayan datang mengantarkan makanan untuk mereka. Hana sangat terkejut karena mereka belum memesan makanan. Hana memandang heran pada suaminya, sedangkan yang di tatap hanya bersikap cuek seperti tidak mengetahui apapun. Akhirnya setelah pelayan itu pergi Hana bertanya pada suaminya.
" Mas kita belum memesan apapun, kenapa pelayan sudah mengantarkan makanan?
"Ayo kita makan Mas sudah lapar, jawab Aditya tanpa mempedulikan pertanyaan Hana.
" Mas... kamu belum menjawab pertanyaan ku? tanya Hana sambil menatap suaminya serius.
Aditya menarik napas pelan, dan menatap istrinya,
"Mas sudah booking tempat ini, jawab Aditya akhirnya.
" Jadi hanya kita berdua saja yang akan makan disini? tanya Hana sambil menatap suaminya tidak percaya.
Aditya hanya menganggukan kepalanya.
"Mas... kamu tidak perlu melakukan itu? ucap Hana pelan.
" Kamu tidak menyukai nya? tanya Aditya heran.
Hana menarik napas sejenak.
"Aku sangat senang bisa makan malam seperti ini bersama Mas, tapi aku tidak suka Mas membuang-buang uang untuk menyewa satu ruangan ini, lebih baik mas sumbangkan ke Panti asuhan atau yayasan sosial, jelas Hana sambil memegang tangan suaminya.
" Baiklah, Mas tak akan melakukannya lagi, jawab Aditya sambil tersenyum. "Ayo kita lanjutkan makannya.
Hana menganggukan kepalanya sambil tersenyum, kemudian ia melanjutkan makannya.
Setelah mereka selesai makan Aditya mengajak istrinya singgah ke sebuah Mall yang terkenal di Jakarta. Sampai di Mall Aditya mengajak istrinya masuk ke sebuah toko jam tangan dengan merek yang sangat terkenal,
Aditya melihat-lihat jam tangan sambil melingkarkan tangannya pada pinggang istrinya, Hana hanya menatap kagum melihat jam tangan yang sangat cantik dan mewah yang terpajang.
"Han, kamu suka yang mana?, tanya Aditya tanpa melepaskan rangkulannya.
" Apakah kita akan membelinya? tanya Hana heran.
Aditya terkekeh mendengar pertanyaan istrinya,
" Tentu saja, untuk apa Mas mengajak kamu kesini kalau bukan untuk membelinya, jawab Aditya sambil mempererat rangkulannya.
"Nanti kamu jangan bertanya lagi tentang harga jamnya, Mas tidak ingin kamu pingsan di sini, bisik Aditya sambil tersenyum usil.
Mendengar ucapan Aditya Hana mencubit pinggang suaminya.
.
.
.
.
.
Bersambung