Segalanya yang telah ia hasilkan dengan susah payah dan kerja keras. lenyap begitu saja. kerja keras dan masa muda yang ia tinggalkan dalam menghasilkan, harus berakhir sia-sia karena orang serakah.borang yang berada di dekatnya dan orang yang ia percayai, malah mengkhianatinya dan mengambil semua hasil jerih payahnya.
Ia pun mulai membentuk sebuah tim untuk menjalankan rencana. dan mengajak beberapa orang yang dipilihnya untuk menjalankan dengan menjanjikan beberapa hal pada mereka. Setelah itu, mengambil paksa harta yng dikumpulkan nya dari mereka.
"Aku akan mengambil semuanya dari mereka, tanpa menyisakan sedikitpun!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vandelist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Selamat membaca
Kerinduan akan seseorang yang sangat berharga. Memang sangat sulit untuk di bendung, meskipun itu hanya sesaat. Terkadang kerinduan akan seseorang itu selalu sulit terucap dari mulut dikarenakan gengsi dan ego.
Namun terkadang, kerinduan diri pada seseorang itu selalu berujung penyesalan ketika seseorang itu telah tiada. Kerinduan diri yang selalu sulit untuk terucap dan sulit untuk mengungkap di saat diri selalu merasa masih sakit akan beberapa hal. Dan hal itu sering terjadi padanya.
Setiap saat, setiap waktu, setiap menit, setiap detik. Kerinduannya pada seseorang yang begitu berharga dengan masa lalunya, selalu menderanya setiap waktu. Walaupun tak menampik ia sering menghilangkan kerinduan itu, tapi nyatanya rindu itu selalu ingin dibayar tuntas dengan bertemu seseorang itu.
Sungguh sulit baginya jika ingin bertemu dengan seseorang itu setelah sekian tahun tidak pernah bertemu. Dikarenakan ada beberapa hal, membuatnya tak bisa bertemu dengan seseorang itu.
Seseorang berharga dalam kehidupannya dulu, dan selalu ia ingat dengan perlakukan baik orang itu ketika ia mengalami kesusahan dari orang yang mengaku keluarganya. Seseorang yang sangat ia hormati selain nenek Amita. Selaku orang yang merubahnya menjadi pribadi baik.
Seseorang yang sangat ia inginkan untuk bertemu sekali saja seumur hidup setelah ia pergi dari tempat kelahirannya. Seseorang yang pernah merawatnya ketika ia baru saja lahir di dunia, setelah semua yang mengaku sebagai keluarganya tidak ingin menganggapnya ada.
“Non Erica,”ucap seorang wanita tua yang tangannya menyentuh wajahnya.
Wanita tua itu, tidak pernah berubah. Hanya kulitnya serta rambutnya yang berbeda ketika terakhir kali bertemu.
“Mbok Nah,”ucapnya yang tak bisa menahan derai air matanya.
Wanita yang dipanggilnya meraih tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Air mata yang jatuh membasahi di pundak keduanya. Kerinduan yang selalu tertahankan sebab jarak mereka jauh.
Kini, keduanya bisa bertemu dengan kerinduan dari masing-masing yang terlampiaskan. Tak ada perbedaan di antara keduanya, meskipun dari segi sosial sangat berbeda, tapi itu bukan halangan bagi keduanya dalam berbagi kerinduan. Status sosial yang pernah disandangnya. Dulu.
“Non Erica apa kabar? Non Erica baik-baik saja kan selama di rumah? Mereka masih menyakitinya non Erica ya? Mereka masih suka mukulin non Erica ya? Mereka_”tanya mbok Nah bertubi-tubi.
“Mbok,”sela Erica dengan suara tenangnya. “Saya nggak apa-apa mbok, mereka udah nggak mukulin lagi kok mbok tenang saja jika mereka ngelakuin itu aku bakalan ngelawan kok.”
“Memangnya non Erica nggak dipukuli kalau melawan?”tanya mbok dengan khawatir.
“Enggak kok mbok, mereka semua sudah mati. Jadinya mereka nggak akan bisa mukulin aku,”jelas Erica.
“Ceritanya panjang mbok, sekarang yang penting kita bisa bertemu setelah semua yang terjadi pada kita. “
Mbok Nah tersenyum ke arah Erica, senyuman tulus dan rindu yang selalu ditampilkan ketika bertatap muka dengannya, benar-benar hal yang selalu dinantikannya. Wanita tua itu yang selalu menjadi tamengnya ketika dirinya mengalami pelampiasan dari kedua orang tuanya serta cacian dari orang-orang yang membencinya.
Mereka masih bergandengan tangan ketika masuk ke dalam rumah. Mbok Nah memperlakukannya dengan baik ketika ia pertama kali ke sini. Makanan yang dibuatnya benar-benar ia rindukan setelah sekian lama tidak memakan buatan tangan wanita tua itu.
Sementara Fyneen yang membawa Erica kemari, mengikuti langkah kedua wanita itu. Keinginannya dalam mempertemukan mereka, akhirnya tercapai. Pencarian yang selalu berujung buntu sebab pengkhianatan yang dilakukan oleh orang kepercayaannya. Membuat Fyneen sekarang merasa harus berhati-hati untuk melakukan sesuatu.
“Selama ini mbok tinggal di sini non setelah dipecat. Mbok buka warung kecil-kecilan di rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Gaji mbok yang terakhir kali mbok gunakan untuk membiayai hutang waktu bekerja di rumah non dulu, sisanya ya buat buka warung kecil ini,”ungkap mbok Nah.
“Tunggu, mbok punya hutang di rumah itu? Hutang apa mbok?”tanya Erica.
“Mbok juga nggak tahu hutang apa, waktu itu adik non Erica bilang mbok harus melunasi hutang sebelum pergi. Waktu mbok tanya hutang apa ada non Ranum nggak dijawab. Waktu itu mbok nggak tahu apa-apa tentang hutang itu, jadinya mbok langsung kasih saja. Soalnya mbok harus cepat-cepat pergi dari sana karena tatapan penjaga yang dibawa non Ranum.”
Cerita mbok Nah benar-benar membuatnya terkejut. Ranum adiknya tak pernah disangka akan melakukan pemerasan seperti in dengan berkedok hutang. Semua hal memang akan berubah ketika berhubungan dengan harta. Terutama sifat kemanusiaan.
μμ
“Lo yakin mbak dengan peralatan ini?”
“Yakin,”jawabnya dengan dengan semangat.
Beberapa orang yang ada di sana menghela napasnya setelah melihat peralatan di depannya. Peralatan sederhana yang digunakan sebagai benteng pertahanan nantinya ketika memulai pengintaian. Yang di mana mereka semua tidak ada yang bisa melakukan jurus-jurus pertahanan diri.
Dan Sabia memanfaatkan beberapa alat sederhana yang dibelinya untuk digunakan oleh mereka nanti.
Galuh yang melihat alat-alat alat itu hanya menggelengkan kepalanya. Teman anggota tim-nya ini sangat pandai dalam memutar otak.
Sementara Aurel, mengambil salah satu alat yang dibuat oleh Sabia itu. Menatapnya dengan lamat, memutarnya untuk melihat keseluruhan alat ini. Dan mengcium-nya untuk merasakan cairan baunya.
“Ini… cairan apa?”tanya Aurel pada Sabia.
“Itu cairan untuk membuat mata musuh menjadi merah,”jawab Sabia. “Cairan itu terbuat dari bubuk lada yang dicampur bubuk cabe, gunanya tentu untuk membuat musuh kalah melalui matanya. Kalau semisal kamu semprotkan ke mata orang jahat, pasti nantinya kamu akan memiliki kesempatan untuk melarikan diri.”
“Kalau ini?”tanya Galuh dengan mengangkat sebuah alat.
“Kalau itu alat setrum, melumpuhkan lawan tanpa harus mengeluarkan otot berlebih dalam melawannya,”jawab Sabia.
“Kalau yang ini, ini buat apa mbak?”tanya Harni dengan mengangkat salah satu alat berbentuk tali.
“Buat mecut orang tentunya,”jawab Sabia sembari memakan tempe goreng buatan Harni.
“Lo dapet alat-alat kayak gini di mana mbak? Kok bisa sih dapet hal-hal yang kayak gini. Dan lagi kayaknya beberapa alat di sini ada yang langka deh,”ujar Galuh yang ikut duduk di samping Sabia.
“Memang, beberapa alat yang ada di sini punyaku sendiri. Sebagian lagi aku beli dari toko barang antik yang ada di ujung jalan gede ini. Di situ kan banyak penjual barang antik, terutama keris kecil yang sedang dipegang oleh Harni. Kalau cairan yang dipegang Aurel tadi, itu aku buat sendiri. Ilmunya dari film yang baru aja ku tonton,”jawab Sabia.
Mendengar hal itu Aurel hanya menggelengkan kepalanya dengan kelakuan Sabia. Wanita polos tapi cerdik pikirnya.
Ia hanya heran dengan pemikiran aneh wanita itu. Benar-benar diluar dugaan dan bisa-bisanya terpikirkan untuk membuat cairan perlindungan diri yang dapat ilmu dari sebuah film. Yang di mana terkadang hal yang ada di film tidak seharusnya di tiru.
“Besok kita atur strategi untuk pengintaian ya!”
narasi nya panjang banget thor.. salut/Rose/
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩