NovelToon NovelToon
Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka

Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: ATPM_Writer

Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.

"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair

"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt

Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?

Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Bendungan air mata yang hampir merembes keluar itu berhasil terselamatkan berkat tindakan yang diambil oleh Michael.

Kini sudah sepuluh menit berlalu, hanya ada keheningan yang memeluk suasana di dalam mobil. Agnes sudah dapat menghirup udara segar namun tsunami masih melanda batinnya. Michael sungguh diam walau pikirannya membutuhkan lusinan jawaban dari Agnes. Satu yang pasti, Dia tidak mau gegabah. Dia menghormati Agnes yang memilih untuk bersikap seperti ini.

“Maaf, Kau tau letak Gua Maria di jalan Anggrek ?” Tutur Agnes lembut memecahkan keheningan. Matanya tidak terangkat, hanya menunduk melihat kedua tangan yang tengah terkatub di pangkuan.

“Aku tau. Gua Maria itu jarang di kunjungi orang, yakin mau ke sana ?” Michael memastikan.

“Um..” Agnes berdehem sambil sekali mengangguk.

Usai mendapat jawaban, Michael melajukan mobilnya ke tempat yang Agnes minta. Sembari menikmati keheningan yang kembali memeluk Mereka berdua.

...***...

Pukul lima sore, mobil Michael berhenti usai tiba di Gua Maria.

Saat melihat tembok yang mengelilingi Gua dari dalam mobil, mata Agnes kembali memanas.

Buru-buru Dia melepaskan sabuk pengaman dan bertutur dengan lembut, “Terimakasih atas tumpangannya.” Dan tak lupa sambil sedikit menunduk.

Agnes sudah turun dari mobil dan melajukan langkahnya.

Gua Maria yang di bangun di Area Anggrek ini cukup besar, perlu jalan 100 meter ke dalam usai memasuki gerbang baru menemui Gua yang di bangun dengan memanfaatkan Gua asli yang ditata indah dengan menumbuhkan tanaman-tanaman cantik.

Patung yang di ukir dengan hati-hati itu diletakkan di dalam Gua. Saat melihat, perlu menengadah karena Gua yang dipakai pada dasarnya cukup tinggi dari daratan. Terdapat banyak sekali lilin-lilin yang sudah mengeras usai mencair ataupun yang masih utuh lantaran tidak terbakar habis. Tersedia pula tempat duduk yang terbuat dari Batang pohon yang di poles agar bisa di duduki tanpa harus mengubah bentuk awalnya. Berjajar rapi sebanyak 20 buah.

Agnes sudah sampai di tempat yang selalu Dia datangi saat tak tau lagi mau kemana. Tempat Dia menuangkan segala yang di pendamnya seorang diri. Rumah ternyaman pertama dan untuk selama nya bagi Agnes, 'Gua Maria'.

Tenaga nya sudah habis. Tak bisa lagi membuatnya berjalan agar bisa terduduk di tempat yang disediakan. Kaki yang sudah tidak bisa menahan tumpuan, membuatnya terduduk lemas di atas rerumputan hijau.

“Haahhh..”

Helaan nafas itu ditemani dengan liquid bening yang meledak-ledak keluar dari matanya.

Walau penglihatannya di tutupi air, Agnes masih dapat dengan jelas melihat patung yang berdiri dengan polesan senyum manis di dalam Gua. Tubuhnya semakin bergetar karena menahan luapan kesedihan seorang diri.

Dengan suara lirih, Agnes mengeluarkan isi pikirannya,

“Ughh, Bunda.. Orang lain saja se khawatir itu.. Hah.. Hahh.. Tapi Mereka.. yang merupakan keluargaku... Aaaa...” Tangannya meremas dada yang mulai terasa sesak. Agnes kesulitan untuk bernafas. Namun Dia sudah terbiasa menikmati rasa sakit karena menangis. Lagi, Dia mengangkat penglihatan ke arah atas.

“...Tolong, jangan buat Aku membenci Mereka. Seperti yang tertulis, tolong tebalkan kesabaranku. Bunda, Aku tidak meminta lebih... Ugh, untuk bernafas diruangan yang sama dengan Mereka saja sungguh menyesakkan...”

“...Bunda.. Bunda Maria, Mereka.. Mereka— Aaaahhhhh...” Tangis nya semakin pecah.

Tidak ada cerita yang disuarakan. Agnes percaya dengan sungguh bahwa isi hatinya lebih di ketahui oleh Sang Bunda Maria. Tangisnya selalu seperti ini saat berada di Gua Maria ini. Menangis sampai menciptakan rasa sakit yang menusuk dada. Sudah di remas sekuat tenaga pun rasa sakit nya tetap tak berkurang.

Lima langkah di belakang Agnes, berdirilah Michael yang mendengar semuanya tanpa bersuara.

Dia menengadah, memandangi patung yang tersenyum lembut di dalam Gua yang tengah mengirim isyarat dalam keheningan.

Michael Menanggapi Isyarat yang terkirim ke benaknya untuk menyaksikan wanita yang tampak sangat tangguh selama ini, nyatanya sangat rapuh. Rapuh sekali sampai-sampai akan tumbang saat tertiup hembusan nafas manusia.

Michael memangkas jarak antara dirinya dan Agnes, tentu tanpa bunyi. Blazer yang Dia pakai di tanggalkan dan dengan hati-hati meletakkannya dikedua bahu Agnes.

“!” Agnes terkejut.

Dengan gesit Dia melihat sosok yang saat ini tengah berlutut di sebelah Kirinya. Atensi Mereka bertemu. Tatapan Michael melembut, sungguh menenangkan. Namun tatapan itu tidak membuat Agnes merasa lebih baik, Dia justru merasa semakin kacau.

Dengan bibir yang sudah bergetar, Agnes mengeluarkan permohonan yang dianggapnya sungguh menyedihkan. “..Kumohon, Berbalik. Ughh, Hanya patung itu, hanya Entitas yang tidak berasal dari Bumi saja yang boleh melihat penampilan ini.. Kumohon Michael,” tuturnya dengan nada yang tidak seimbang. Dengan nada suara yang berantakan sambil meremas kaos yang di pakai Michael sampai kusut.

Dengan tangan panjang dan berototnya, Michael membawa Agnes masuk dalam rengkuhan. Membiarkan dada lapang nya menjadi tumpuan untuk Agnes saat ini.

Agnes membelalakkan mata di dalam rengkuhan Michael sambil memberontak ingin dilepas, namun percuma. Apalah arti pemberontakan tanpa tenaga di hadapan Ciptaan yang dikaruniai kekuatan otot ?

“Ssstt, Tenanglah...” Tutur Michael masih dalam posisi yang sama. “...Kau bebas untuk menangis. Kau bebas untuk berekspresi. Kau bebas melakukan apa saja di dalam pelukan Ku.” Tuntasnya lembut.

Netra nya bergetar usai mendengar Michael. Ke dua tangan yang di pakai untuk lepas dari pelukan, kini meremas kaos Michael dengan erat.

Agnes tenggelamkan wajahnya dan menikmati pelukan yang datang di saat seperti ini. Tangis nya kembali pecah usai terjeda beberapa menit. Michael adalah orang ke enam yang memeluknya saat kacau.

Ironisnya, Dari keenam orang yang memeluk Agnes saat kacau, tidak ada satupun keluarga kandung Agnes yang termasuk di dalam nya. Dengan begitu, bagaimana mungkin tangis nya tidak semakin menjadi-jadi ?

“Haah... Hahh... Arrghhh....” Tubuh Agnes bergetar-getar didalam rengkuhan hangat Michael. Secara perlahan Dia mengusap punggung Agnes, berharap bantuan kecilnya ini dapat membuatnya merasa lebih baik.

Suara tangis yang beralun di gendang telinga itu sungguh menyayat hati . Michael memperbaiki sorot matanya, menengok ke arah patung yang saat ini menyaksikan Dia yang sedang memeluk Agnes dalam keheningan.

Dalam keadaan itu, Michael melantunkan doa. Melantunkan permohonan dengan kesadaran penuh di dalam batinnya.

“Maaf....Ku hapuskan keyakinan konyol yang membuatku menjauhi diri dari Kalian. Dengan kesadaran penuh, Ku pinta pada Mu, ijinkan wanita ini sembuh dari luka yang Dia alami. Apapun trauma masa lalu yang memeluknya, bantu Dia agar sembuh. Jika pertemuan Ku dan Dia bukan sebuah kebetulan semata, Ku mohon buat kehadiranku berguna untuknya. Kehadiran yang bisa mengobati pilu yang Dia rasa...”

“...Dengan tak tahu malu, setelah menjauhi diri selama sepuluh tahun, Aku kembali dan langsung dengan permohonan. Maaf atas kemunafikan ini. Maaf atas kebodohan yang enggan untuk pergi. Maaf atas sikap kurang ajar ini. Tapi Bunda Maria, Wanita ini yang membuatku kembali mengarahkan hati pada Kalian. Dia membuatku kembali percaya pada Kalian. Tolong... Tolong ijinkan Aku menjadi perantara untuk menyembuhkan lukanya.”

Sore itu, Dua kejadian terjadi di depan Gua Maria. Iman yang kembali hidup usai padam setelah sepuluh tahun lamanya, beserta derai air mata dan rintihan kesedihan Agnes lantaran fisik dan Psikisnya di keroyok habis-habisan oleh lingkungan yang di sebut ‘Keluarga’.

Mentari yang dalam proses berpulang pada peraduannya, menjadi saksi bisu kejadian kala itu sambil menorehkan warna cantik di Cakrawala.

...***...

Terimakasih yang masih Stay ya. Jangan lupa like dan Komen Darling~♡

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!