MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 33
Dor
Arkhhh......
KAKEK OWEN.....
OWEN!!!!!
Teriakan Jun dan Sarah menggema di dalam ruangan kala melihat Owen jatuh dengan posisi terlentang menghantam lantai keramik rumah milik Wibhawa.
Wibhawa kembali menembakkan peluru miliknya tepat mengenai perut Owen, bersamaan dengan itu pula, Tris langsung menembak Wibhawa sebanyak 2x. Menembak tangannya dan juga ulu hatinya.
"Owen, sadarlah!!" Sarah duduk di lantai, menjadikan kedua kakinya sebagai alas duduk dengan mengangkat kepala Owen seraya menepuk-nepuk pipinya, agar Owen tetap sadar.
"Kakek Owen , bangun! Kakek harus kuat" Jun menggoyangkan tangan Owen yang sudah lemas tak berdaya. Dengan air mata yang terus mengalir, Jun terus memanggil Owen agar sadar.
Sementara Wibhawa yang terkena tembakan di tolong oleh sang istri yang entah datang dari mana.
"Pa...." panggil Yuri lirih seraya memegang tangan dan bahunya.
"Aku baik-baik saja, Yuri. Bantu aku ke ruang rahasia"
"Bagaimana dengan mereka?" Yuri melirik Owen, Sarah, Jun dan juga Tris.
"Biarkan. Kita harus pergi" Yuri pun mengangguk. Ia membantu Wibhawa pergi dari sana menuju ruang rahasia mereka. Yang mana Wibhawa sengaja membuat ruangan itu agar mereka bisa bersembunyi dan berlindung.
"Nalen, bawa Haneul kemari!" perintah Wibhawa pada bawahannya saat ia sudah berada di ruang rahasia. Saat ini, ia tengah berbaring di atas Bad dengan bawahannya yang mampu dalam bidang medis tengah memeriksanya.
"Baik" Nalen keluar dari ruang rahasia.
Di ruang tengah tempat dimana Owen dan Wibhawa bersiteru, masih nampak Sarah, Owen dan juga Tris disana. Mereka baru akan pergi membawa Owen.
Jun akan ikut dengan mereka, namun Nelan langsung menariknya. "Jangan ikut dengan mereka, Haneul. Appa dan Amma tengah mencari anda" ucap Nalen.
Mendengar suara Nalen, Tris dan Sarah menoleh. Sarah memberi kode pada Tris agar membawa Owen lebih dulu, ia yang akan mengurus Jun.
"Kau tidak bisa membawanya! Jun putraku" ucap Sarah dengan mata yang tajam seraya mengarahkan pistolnya ke Nalen.
Nelan tidak bergeming. Ia juga mengeluarkan pistolnya dari balik celananya dan mengarahkannya ke Sarah.
"Aku mati, kau pun juga mati" ucap Nalen.
Jun melihat itu tentu saja takut. Ia tidak ingin kejadian yang di alami kakek Owen terjadi pula pada Mama Sarah.
Nelan dan Sarah sama-sama menarik pelatuk mereka, namun Jun berteriak meminta keduanya untuk berhenti.
"STOP!!!!"
Sarah dan Nalen menatap Jun.
"Berhenti!!! Jangan tembak-tembak lagi" Jun menatap keduanya bergantian dengan penuh harap.
"Om, jangan tembak Mama. Aku akan ikut sama om untuk bertemu Amma dan Appa, tapi jangan tembak Mama!!" Jun memohon.
"Jun" panggil Sarah pelan. Ia tidak mau jika Jun ikut dengan orang tua kandungnya.
Jun melepaskan genggaman Nalen pada tangannya dan berbalik menghampiri Sarah.
"Mama… Mama pergi saja! Jun akan pergi sama Amma sama Appa. Jun gak mau kalau Mama harus terluka seperti kakek Owen"
"Tidak Jun. Mama gak akan ninggalin kamu di sini. Di sini gak aman. Mereka jahat, nak "
Jun menggeleng pelan. "Enggak, Mama. Amma dan Appa baik kok sama Jun. Mama tenang saja. Lebih baik Mama pergi bersama teman-teman Mama. Jun mohon…Mama harus pergi. Jun gak mau ada yang terluka lagi"
"Bantu Dadda untuk bertemu Bunda" bisik Jun. Setelah itu ia berbalik dan menghampiri Nelan yang sejak tadi hanya diam melihat keduanya.
"Om, suruh teman-teman Om untuk berhenti. Jangan ada tembak-tembak lagi. Aku akan ikut om. Aku mohon…suruh teman-teman Om untuk berhenti !!!" dengan mata berkaca-kaca, Jun memohon pada Nalen.
"Baiklah, om akan menyuruh mereka berhenti. Sekarang…kita temui Appa dan Amma mu" Jun mengangguk mendengarnya.
"Pergilah lebih dulu ke tempat kamu dan Amma tadi. Om akan berbicara dengannya " Nalen melirik Sarah sekilas.
Jun pun patuh. Ia pergi menemui orang tua kandungnya, tapi sebelum itu ia menoleh menatap Sarah dengan tersenyum hangat.
Sarah meneteskan air matanya menatap kepergian Jun. Ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.
"Sesuai yang Haneul katakan, kita hentikan semuanya" ucap Nalen.
"Hanya seperti ini? Sudah banyak yang mati karena pertengkaran ini dan kau mengatakan ini berakhir begitu saja?"
"Terus kau mau apa? mau ini berlanjut dan menggugurkan lebih banyak teman-teman mu? Kau masih ingin membawa Haneul dan juga membawa Wibhawa kembali ke tahanan? Sudahlah, tidak perlu untuk ikut campur urusan keluarga ini. Wibhawa hanya seperti itu pada anaknya sendiri dan hanya terkhusus pada Gama. Wibhawa tidak akan melukai orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya"
"Tarik semua orang-orang mu dan aku tarik semua teman-teman ku" ucap Nalen lagi.
"Baiklah. Kita sepakat " Sarah dan Nalen berjabat tangan, namun saat tangan itu akan terlepas, suara teriakan Jasper mengalihkan keduanya.
"TIDAK SARAH!!!! TIDAK AKAN ADA KATA DAMAI!! SEMUANYA TETAP HARUS ADA BAYARANNYA!!" Jasper Berteriak menggebu-gebu. Sangat terlihat jika dia sedang marah.
"Apa maksud mu Jasper?" Sarah tidak mengerti.
Nalen mundur dan kembali mengangkat pistolnya. Bersamaan dengan itu, teman-teman Nalen muncul tepat di belakangnya dan mengarahkan senjatanya ke Sarah dan Jasper.
"Apa-apaan ini?" Sarah bingung dengan situasi saat ini. Tadi mereka sudah berjanji untuk damai, tapi kenapa di urungkan.
"Mereka menyekap Clara" ucap Jasper.
"Apa?? Bagaimana mungkin ?"
"Tanyakan itu padannya "Jasper menatap Nalen sengit.
Nalen tersenyum miring, lalu tertawa keras. "HAHAHA…. kau memang sangat mudah di bohongi "
"SERANG!!" teriak Nalen.
Jasper dan Sarah berlari untuk bersembunyi menghindari hujaman peluru. Bersamaan dengan itu, anggota-anggota Jasper yang tersisa muncul dan menembak kubu Nalen.
Tidak ada ada adu kekuatan, hanya ada adu peluru. Siapa yang lebih cepat menarik pelatuk dan juga menghindar, itulah yang menang.
Jasper, Hunter, Tris dan Duo'jin tampak sangat membabi buta menembak mereka. Saat mengetahui Clara dalam genggaman mereka dan melihat kondisinya, tidak ada kata maaf yang dapat mereka berikan.
Sarah yang belum tahu kondisi Clara, hanya ikut berperang. Melihat teman-temannya sangat marah, ia yakin kondisi Clara pasti sangat memperihatinkan.
"Cari keberadaan Wibhawa !!" perintah Jasper, setelah semuanya tumbang.
"Aku melihat Jun berjalan ke sisi kanan. Mereka pasti memiliki tempat rahasia" ucap Sarah.
Mereka akan pergi mencari, tapi teriakan Duo'jin mengurungkan niat mereka. "Wibhawa sudah pergi dengan helikopternya "
Mereka semua keluarga dan melihat ke atas. Di mana helikopter baru saja pergi meninggalkan desa Albinen.
"Kita tembak saja" ucap Tris.
"Jangan, ada Jun di sana. Itu akan berbahaya" ucap Sarah.
"Lebih baik kita pergi dari sini. Owen juga dalam keadaan kritis dan butuh penanganan yang intensif, begitupun dengan Clara" ucap Jasper.
.
.
NEXT