Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#33. Perjalanan Mengesankan Bersama Mertua••
#33
Dhera membuang nafasnya, sementara jantungnya berpacu cepat, karena sudah beberapa bulan ia tak mengendarai mobil. Apalagi kini ia membawa pasien, satu hal yang belum pernah ia lakukan.
Mobil bergerak perlahan meninggalkan tempat parkir butik, seolah-olah Dhera tengah melakukan pemanasan. Dan segera setelah mobil berada di lintasan jalan raya …
Tangan, kaki, serta semua inderanya tiba-tiba mampu berkoordinasi dengan baik, pada awalnya kecepatan mobil naik secara bertahap, dan mommy Bella bahkan masih sempat bergurau sambil memainkan gawainya.
“Paman, Masih bisa bertahan?” tanya Dhera.
“Hmm, tapi Paman jadi tak enak, karena Kamu yang kini jadi sopir untuk Paman.” Paman Eric menjawab dengan perasaan tak enak, karena seharusnya dialah yang menjadi sopir untuk kedua majikannya. Namun rasa mual yang mendera, membuatnya takut kehilangan konsentrasi kala mengemudi.
“Paman tenang saja, justru Aku merasa seperti kembali pada pekerjaan lamaku, dan rasanya ini sangat menyenangkan … ” Binar-binar bahagia menghiasi wajah Dhera kala mengatakannya, ia tak berbohong ketika mengatakan ini kegiatan yang cukup menyenangkan. Karena memang Dhera sangat suka mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
“Hueek!” Tiba-tiba suara itu keluar dari mulut paman Eric, membuat Dhera dan mommy Bella sedikit panik.
“Eric! Kamu mau muntah?” tanya mommy Bella. Tangannya mencari-cari sesuatu di dalam laci dashboard, barangkali ada kantong plastik cadangan, atau apa saja agar muntahan paman Eric tak mengotori mobil.
Di tengah pencarian tersebut, tiba-tiba mommy Bella merasa tubuhnya ditarik ke belakang dengan kekuatan penuh, bahkan rasanya ia sedang melayang di udara, bukannya duduk di kursi.
Rupanya Dhera mulai menaikkan laju kecepatan mobilnya, karena kini ia mulai terbiasa kembali. “Sabar Paman, tak sampai 15 menit Kita akan tiba di Rumah Sakit.”
Mommy Bella terbelalak, jarak Rumah Sakit dengan lokasi mereka saat ini, membutuhkan waktu sekitar 45 menit, dan jika dengan ambulance, mungkin bisa dipangkas jadi 30 menit.
Tapi Dhera mengatakan hanya butuh waktu 15 menit?
Mereka sedang naik mobil, atau naik pesawat jet? 🤣
Tepat ketika mereka memasuki jalanan khusus lajur cepat, Dhera menginjak pedal gas semakin dalam. Semula Mommy Bella melihat speedometer di angka 150 km/jam, namun seketika wajahnya pucat, ketika angkanya tiba tiba berganti menjadi 200 km/jam, dan terus menanjak naik hingga melebihi batas kecepatan pengemudi normal.
Aliran darahnya berdesir hebat melebihi desiran ketika kali pertama daddy Andre mencium bibirnya.
“Dheraaaaa … Mommy … masih … ingin … berumur … panjaaaaaaang!” teriakan mommy Bella seketika menggema di dalam mobil.
Namun lihatlah, wajah Dhera bahkan masih terlihat santai seolah-olah itu bukan apa-apa, padahal kedua penumpang yang lain sudah merasa seperti hendak berpindah alam. 🤣
“Aaaaaand … Aku rasa menantumu hendak mengantarku pergi lebih cepaaaaaaat!” mommy Bella terus menceracau tak karuan, demi membunuh ketakutannya. Bahkan ponsel yang sejak tadi ia genggam entah kini berada dimana, mungkin sudah terjatuh entah dimana.
Kedua tangannya yang basah menggenggam erat pegangan yang berada di atas kepala, mulutnya terus komat-kamit merapalkan doa agar perjalanan mereka benar-benar mendapat perlindungan dari Tuhan.
Sementara mommy Bella terus berteriak, paman Eric hanya bisa memejamkan kedua matanya, ia tak bisa melakukan apa-apa akibat rasa mual hebat yang kini ia rasakan. Namun itu semua tak sebanding dengan ketegangan yang kini sedang ia hadapi untuk pertama kalinya. Baru kali ini paman Eric menaiki mobil dengan kecepatan tinggi, dan ia tak bisa melarang, atau sekedar menasehati pengemudinya, karena dirinya pun butuh segera bertemu dokter.
Dan sesuai janjinya, setelah melalui jalanan dengan kecepatan tak masuk akal, bahkan tak jarang Dhera memanfaatkan celah sempit diantara dua mobil yang bergerak dari arah berlawanan. Dan tak terhitung berapa banyak mobil yang membunyikan klakson, di belakang mereka. Namun Dhera tak peduli, ia harus cepat, agar paman Eric bisa segera mendapatkan pertolongan.
Akhirnya mobil yang Dhera kemudikan berhenti di depan Emergency Room.
Seolah lupa dengan kondisinya yang sedang hamil, Dhera langsung keluar dari mobil, setelah menarik tuas hand rem. Wanita itu membawa kursi roda beserta seorang petugas medis yang mengawalnya di belakang.
Selain itu, Dhera juga memberi penjelasan seperlunya, agar petugas bisa mengambil tindakan cepat untuk keselamatan paman Eric.
Setelah paman Eric berada di tangan yang tepat, Dhera kembali ke mobil, ia baru teringat mommy Bella yang masih berada di dalam mobil seorang diri.
“Mom …” sapa Dhera setelah membuka pintu mobil.
Wajah mommy Bella masih pucat, rasanya sekujur tubuhnya masih gemetar, belum percaya dengan apa yang baru saja ia alami. Benar-benar tepat 15 menit mereka tiba di Rumah Sakit, wajah Dhera terlihat biasa-biasa saja, padahal ruhnya nyaris berpisah dari raganya.
“Mom.” Sekali lagi Dhera mencoba menyadarkan ibu mertuanya dari lamunan. “Mommy terkejut, ya? m-maafkan Aku," cicit Dhera sedikit tergagap.
Mommy Bella menoleh menatap wajah Dhera yang kini sendu, jelas sekali bahwa menantunya merasa amat bersalah. “Kamu baik-baik saja? Bagaimana kandunganmu, apakah cucu Mommy selamat?” Alih-alih mengkhawatirkan dirinya, mommy Bella justru menanyakan keadaan menantu dan cucunya.
Dhera semakin merasa bersalah, “Aku … baik-baik saja, Mom.”
Dhera memapah mommy Bella menjauh dari mobil, tak lama kemudian ia melihat bayangan kakak iparnya melintas, “Kak!”
Dean menoleh, ia berjalan cepat mendekati Dhera dan juga mommy Bella, mendadak wajahnya cemas karena tanpa ada kabar apa-apa mommy Bella dan adik iparnya tiba-tiba berada di Emergency Room.
“Apakah terjadi sesuatu? Mommy kenapa?” tanya Dean panik, karena didukung dengan kondisi mommy Bella yang wajahnya masih pucat dengan tangan gemetar.
“Tidak, Kami tak apa-apa, Kak. Kami hanya mengantar paman Eric yang tiba-tiba mengeluh mual dan pusing,” jawab Dhera.
“Baiklah, Aku akan bertanya bagaimana keadaan Paman Eric.” Dean berlalu pergi, ia mencari informasi terkini mengenai paman Eric.
“Air … Mommy ingin minum.”
“Baiklah, Mommy tunggu di sini, Aku akan membelinya.” Dhera melangkah cepat menuju cafe, seolah tak kenal lelah, bahkan lupa dengan kondisinya sendiri yang sedang hamil.
Setelah mendapatkan apa yang ia perlukan, Dhera pun kembali menghampiri ibu mertuanya. Di sana sudah ada Dean yang sepertinya sedang mendengarkan mommy Bella bercerita.
“Mom, ini minum dulu.” Dhera membuka segel kemasan air mineral yang baru saja ia beli dari cafe.
“Terima kasih,” ucap mommy Bella.
“Tolong temani Mommy sebentar, Aku akan menghubungi Daddy dan Danesh, mmm juga Bibi Manda.” Tak perlu menunggu Dhera mengangguk, Dean segera berjalan menjauh.
•••
Sementara itu.
Danesh yang sedang memantau pekerjaan di proyek, merasa terkejut, karena tiba-tiba Dean menghubunginya.
“Ada apa?”
“Kamu di mana?”
“Aku di proyek bersama Daddy. Kenapa?”
“Entah Aku harus mengatakan dari mana, tapi istrimu nyaris membuat Mommy terkena serangan jantung,” ujar Dean dengan suara lirih, “Dia mengendarai mobil dengan kecepatan berapa? Hingga dari Jewelry Star ke Rumah Sakit, hanya butuh waktu 15 menit.”
Danesh menghentikan langkah kakinya, Danesh tak heran dengan informasi tersebut, karena Dhera memang seg^ila itu jika sudah berada di depan kemudi. Tapi mommy Bella, Danesh tak bisa membayangkan bagaimana kondisi mommynya saat ini. “Bagaimana keadaan Mommy?”
“Kamu lebih mencemaskan keadaan Mommy? Daripada Istrimu yang sedang hamil?” tanya Dean terkejut.
“Dhera mengemudi seperti itu, sudah biasa, bahkan Aku tak khawatir, justru yang Aku khawatirkan adalah penumpang lain yang berada di mobil.”
😰
Jawaban yang sungguh diluar dugaan. “Pantas saja berjodoh, ternyata Kalian memang seperti cermin dan puzzle yang saling melengkapi.” Dean menggumam.
•••
Mom, yang sabar ya ... 🤣
Paling mulutnya yang rame macam petasan
Kamu msh cinta Dhesi kan...? Ayo benjuang lagi....
Cemungutz Qomar....😂😂😂😂😂
Alhamdulillah,,akhirnya Bu Rita sadar juga...
Eh....siapa gerangan yg diruangan dokter Gadisha...?
Tenang saja Qomar atawa Marco Bu Rita kan gak tahu kalau kamu polisi yg hebat , anak buahnya kapten Danesh??🤔😇😇