Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Akibat Yang Terjadi.
Sarah masih tetap setia menunggu Alina yang masih berurusan di dalam rumah Fathan. Dia cukup gelisah yang juga sangat mengkhawatirkan sahabatnya. Mata Sarah terus melihat ke arah pintu rumah Fathan yang tidak ada tanda-tanda Alina keluar dari sana. Sementara satpam yang berjaga di pos sejak tadi hanya diam saja melihat Sarah yang terus berdiri di dekat pagar rumah.
"Kenapa Alina lama sekali?"
"Dia bertemu dengan, Kak Fathan atau tidak?" Sarah terus aja gelisah memikirkan sahabatnya yang tidak kunjung datang.
"Lepaskan saya!"
"Saya tidak akan pergi sebelum bertemu dengan Kak Fathan. Saya mohon izinkan saya bertemu sekali saja,"
"Kak Fathan tidak mungkin meninggalkan saya,"
"Lepaskan!"
"Lepaskan!"
Sarah yang kaget mendengar suara itu yang ternyata melihat bagaimana Alina diseret oleh dua orang pria yang dipaksa keluar dari rumah dan bahkan diseret paksa mendekati gerbang rumah Fathan.
"Alina..."
Sampai Alina dijatuhkan yang membuat Alina terduduk dan Saras yang langsung menghampiri sahabatnya itu yang melihat kondisi sahabatnya.
"Alina kamu tidak apa-apa? Apa yang terjadi dan kenapa kamu sampai seperti ini?" tanya Saras dengan khawatir yang melihat kedua orang tersebut.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Sarah dengan kesal.
"Jangan pernah datang ke rumah ini lagi!" tegas salah satu pria itu dan langsung berlalu.
"Saya ingin bertemu dengan Fathan. Saya mohon beri saya kesempatan!" teriak Alina yang kembali berdiri dan gerbang langsung ditutup.
"Kak Fathan...!
"Kak Fathan...!" Alina yang terus histeris ingin menemui Fathan namun tidak diberikan kesempatan apapun.
"Alina sudah, kamu tenang dulu," Sarah yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya mencoba untuk menenangkan Alina yang terus saja berteriak histeris.
Dia tidak menyangka jika sahabatnya diperlakukan seperti itu. Dia juga tidak tahu apa yang terjadi dan tidak mungkin juga bertanya pada saat kondisi seperti itu. Mereka juga tidak bisa berlama-lama di rumah itu. Karena mungkin akan semakin bermasalah.
Akhirnya Alina dan Sarah pergi dari kediaman Fathan mereka mengambil tempat untuk beristirahat dengan Sarah yang sekarang mengobati lutut Alina yang tampak terluka akibat goresan aspal di karangan rumah Fathan.
"Jadi, Kak Fathan sudah pindah sekolah dan kamu tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan dia?" tanya Saras yang membuat Alina menganggukkan kepala dan sampai saat ini masih meneteskan air mata dengan dadanya yang terasa sesak.
"Kak, Fathan tidak mengatakan apapun kepadaku dan dia pergi begitu saja," ucap Alina menangis sesenggukan.
"Aku memang berharap terlalu banyak. Tante Margin berkali-kali mengingatkanku untuk menjauhi Kak Fathan dan aku tetap bersikeras yang menjalin hubungan dengannya dan sekarang dia pergi meninggalkan ku dan semua itu terasa begitu sakit," ucap Alina yang menceritakan dengan nafas yang terdengar naik turun begitu sangat sesak sekali.
"Alina kamu harus bersabar, kamu harus tenang dan percayalah semua akan baik-baik saja. Mau kamu menangis darah, mereka tidak akan mengijinkan kamu untuk bertemu dengan Kak Fathan!" ucap Sarah.
"Aku merasa kecewa karena dia pergi begitu saja tanpa berpamitan dan aku tidak tahu apa yang membuat dia pergi meninggalkanku," ucap Alina.
Sarah yang membawa sahabatnya itu ke dalam pelukannya.
"Mungkin kamu dan Fathan tidak ditakdirkan untuk bersama. Alina aku mengerti perasaan kamu. Tetapi seperti apa yang aku katakan tadi mau kamu menangis atau tetap memaksa untuk kembali ke rumah itu dan meminta kepada tante Margin untuk memberikan kamu kesempatan bertemu dengan Fathan. Aku rasa hal itu tidak akan berguna dan kamu lihat saja bagaimana dengan kejamnya dia menyuruh orang-orangnya untuk menyeret kamu keluar dari rumahnya," ucap Sarah.
"Orang-orang seperti kita memang dianggap sebelah mata dengan orang-orang seperti mereka dan kita yang telah tinggi memberikan harapan," Sarah hanya bisa memberikan nasehat kepada sahabatnya itu.
Alina yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang terus menangis dipelukan Sarah. Dia tidak percaya jika nasibnya akan seperti ini dan awalnya dia yang ingin mengakhiri hubungan itu dengan Fathan dan sekarang malah dia yang sudah ditinggalkan.
**
Alina yang berada di dalam kamar yang masih saja menangis dengan membaca surat yang diberikan Margin sebagai titipan terakhir Fathan.
..."Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita berdua. Aku harus fokus pada pekerjaanku dan pendidikan ku Alina. Jadi kita jalani masing-masing hubungan kita dan memang sejak awal hubungan ini sudah salah," Alina terisak yang begitu sangat terluka melihat tulisan itu....
Dia tidak menyangka jika Fathan akan menulis surat seperti itu kepadanya yang padahal sebelumnya Fathan terus saja meyakinkannya akan perasaan cinta Fathan yang besar.
Hiks-hiks-hiks-hiks-hiks
"Kak Fathan...."
"Kenapa pergi begitu saja?"
"Lirih Alina yang terisak memegang dadanya dan bahkan tangannya memegang kalung yang diberikan Fathan kepadanya.
Alina sekarang harus menerima nasib yang sudah ditinggalkan orang yang dia cintai dan bahkan tidak mendapat kesempatan untuk pertemuan terakhir kalinya dan adanya ucapan perpisahan dan hanya tulisan dalam surat yang menjadi perpisahan di antara mereka berdua yang pada akhirnya hubungan itu telah usai.
*****
Beberapa Minggu kemudian.
"Eheggg, Eheggg! Eheggg!
Alina yang berada di kamar mandi yang memakai seragam sekolah yang sejak tadi mual-mual.
"Alina kamu baik-baik saja?" tanya Ratih yang sejak tadi mendengar suara putrinya itu yang terus saja muntah yang membuat Ratih berdiri di depan pintu kamar Alina dan melihat Alina di dalam kamar mandi.
"Iya. Alina baik-baik saja hanya sedikit mual," jawab Alina yang mencuci mulutnya.
"Maag kamu pasti kambuh, kamu jangan sekolah dulu, lebih baik kamu beristirahat," ucap Ratih memberikan saran.
"Tidak apa-apa, Ma. Alina baik-baik saja kok," sahut Alina.
"Kalau diberitahu maka didengarkan. Hari ini jangan sekolah," sahut Andre yang ikut mengambil suara yang pasti sangat khawatir pada adiknya.
Alina diam saja, lalu keluar dari kamar mandi dan menghampiri Ratih yang masih berdiri di depan pintu.
"Kamu jangan memaksakan diri sekolah dengan keadaan seperti ini. Lihat wajah kamu tampak sangat pucat," ucap Ratih.
"Kakak akan panggil Dokter," sahut Andre sembari memakai sepatu yang juga hendak berangkat kuliah.
"Tidak usah, Kak. Alina mau istirahat saja," ucapnya.
"Kamu yakin tidak apa-apa. Jika di panggil Dokter. Maka kondisi kamu akan membaik dan besok bisa kembali sekolah," ucap Ratih.
"Kalau istirahat juga pasti akan membaik," ucapnya yang tetap bersikeras.
"Ya, sudah kalau begitu kamu beristirahat, kamu kembali buka seragam sekolah kamu dan langsung tidur. Nanti Mama buatkan soup untuk kamu agar tubuh kamu jauh lebih fresh," ucap Ratih.
Alina menganggukkan kepala yang berlalu dari hadapan Ratih. Ratih menghela nafas yang hendak menutup pintu kamar putrinya.
Brukkkk.
Belum juga sempat menutup pintu sudah dikejutkan dengan Alina yang tiba-tiba saja pingsan.
"Astagfirullah Alina!" pekik Ratih yang benar-benar sangat terkejut.
"Ada apa, Mah?" hanya Andre menoleh ke belakang.
"Alina pingsan!" sahut Ratih.
Andre yang langsung berdiri dan lari ke kamar adiknya yang benar saja Alina sudah pingsan.
"Alina!" Andre memegang pipi Alina menepuk-nepuk pelan membangunkan sang adik. Namun Alina tidak kunjung bangun.
"Kita sebaiknya bawa ke rumah sakit," ucap Ratih panik.
Andre menganggukkan kepala dan langsung buru-buru menggendong Alina ala bridal style dan mereka buru-buru keluar dari kamar Alina.
Bersambung.....