Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Waalaikumsalam dek , kakak bisa bicara dengan Annisa ?"
"Annisa sedang ngaji sore kak , apa mendesak ? jika tidak, mungkin nanti adek telepon lagi pas Annisa selesai mengaji dan menghafal "
"baiklah kalau begitu dek, kita tunggu Annisa selesai belajar, terimakasih yah ,maaf mengganggu ,kak Andi tunggu telepon nya yah "
Andi menutup telepon nya , Anton dan Mirna saling melihat satu sama lain ,karena mereka mendengar sesuatu yang aneh.
"adek?"
tanya Anton kepada Andi, Andi menghela nafas, memang ada yang belum Andi beritahu kepada anak - anak nya.
"tadi itu tante kalian ,adik kandung mendiang mama kalian , Halimah namanya, beliau mengajar di pesantren tempat Annisa mondok"
Anton dan Mirna kembali saling bertatap wajah bingung , dari kecil Anton telah mengenal seluruh keluarga dari pihak mendiang Risma , tapi Anton belum pernah mendengar nama Halimah.
"Annisa tahu gak pa?"
Andi megelengkan kepala nya.
"tante kamu orang nya sangat tertutup , dahulu dia pernah punya trauma dengan laki - laki yang batal menikahinya ,jadi sampai sekarang , tante kalian tak ingin bertemu laki - laki manapun , dia dimasukan ke pondok pesantren oleh nenek kalian dulu saat dia gagal menikah, namun karena dia pintar dan sangat taat, akhir nya dia bisa jadi penanggung jawab santriwati dan mengajar disana"
Andi mulai menceritakan tentang Ustadzah Halimah yang ternyata adalah adik kandung dari mendiang Risma.
"jadi selama ini, papa sudah merencanakan untuk masukin Annisa ke pesantren tempat tante mengajar?"
Kali ini Mirna yang bertanya.
"tidak , buk Mirah yang memberitahu perihal pesantren dan ini murni sebuah kebetulan , papa baru tahu saat papa akan mendaftarkan Annisa lewat telepon, bahkan saat papa mengantar Annisa tante kamu berpura - pura tak mengenal papa ,agar Annisa tak mengetahui kebenaran nya"
Anton dan Mirna sedikit bingung dengan kepribadian Ustadzah Halimah, setelah mendengar cerita dari Andi mereka kini paham ,kenapa mereka belum bertemu dengan Ustadzah Halimah.
Ustadzah Halimah hanya pernah satu kali datang ke kediaman Andi di Jakarta ,yaitu saat mendiang Mirna meninggal 15 tahun yang lalu,sejak itu Ustadzah Halimah tak pernah datang ataupun menelepon ,ia benar - benar menutup diri dari dunia luar dan fokus mengajar di pesantren yang ada di Jawa Timur, ia bahkan tak menyangka, secara kebetulan Andi mendaftarkan Annisa di pondok pesantren itu.
..
..
"Annisa , ikut saya sebentar yah ,ada telepon dari Jakarta"
Annisa yang mendengar perintah dari Ustadzah Halimah langsung mengikuti nya dengan semangat karena ada telepon dari keluarganya.
"Ini , papa kamu sedang menunggu telepon dari kamu "
Ustadzah Halimah memberikan Annisa telepon yang sudah ia sambungkan kepada Andi.
"Assalamu'alaikum papa !"
Annisa semangat saat Andi telah mengangkat panggilan telepon nya.
"Wa'alaikumsalam, Annisa , minggu depan tepat di hari minggu kamu pulang dulu beberapa hari , papa nanti bakal minta izin kepada pengurus pesantren"
Annisa mengernyitkan kening nya , karena ia diminta untuk pulang.
"ada apa pa?"
"Aris akan menikah , sudahlah yang penting kamu pulang dulu , berikan telepon nya kepada Halimah ,dan kamu kembali belajar ,jangan nakal disana"
"emm baik pa , Annisa pamit dadah pa"
Annisa memberikan telepon yang masih tersambung kepada Ustadzah Halimah sesuai permintaan Andi, Annisa pamit untuk kembali ke kamar nya , dalam hati Annisa ,ia bertanya - tanya ,kenapa kakak nya mendadak akan menikah minggu depan ,padahal jelas - jelas Aris belum menyelesaikan kuliah nya, namun Annisa yang masih polos tak punya pikiran macam - macam.
"baiklah kak , kami akan memberi Annisa izin selama 4 hari , Annisa harus kembali di hari kamis ,semoga pernikahan Aris berjalan dengan lancar dan menjadi keluarga yang sakinah ,mawaddah ,warahmah , maaf adek tak bisa hadir"
"dek ,anak - anak sudah kakak beritahu , saat ini Anton sudah mempunyai istri dan tengah mengandung anak pertama mereka , apa kamu tak merindukan mereka? sudah 15 tahun kamu tak pernah datang ,kakak pengen di moment pernikahan Aris ini ,kamu datang kesini "
Ustadzah Halimah terdiam , mendengar permintaan dari Andi yang menginginkan kehadiran nya di pernikahan Aris nanti.
"Insya Allah ,nanti adek akan pikirkan dulu yah kak "
Ustadzah Halimah mengakhiri percakapan nya dengan Andi , ia bukan nya tak rindu , namun Ustadzah Halimah masih memiliki trauma yang sangat dalam , ditambah , itu adalah pesta pernikahan ,salah satu hal yang membuat Halimah trauma sampai sekarang adalah sebuah pernikahan.
Dulu saat remaja , Halimah sama sekali tak tertarik untuk belajar ilmu agama , Halimah memiliki pacar yang sangat ia sayangi , hubungan mereka kian serius ,kala sang pacar melamar Halimah tepat setelah mereka lulus SMA.
Saat persiapan pernikahan Halimah telah rampung , Halimah justru memergoki pacar nya yang selingkuh dengan teman nya sendiri.
Sejak saat itu kejiwaan Halimah terganggu, keluarga nya sudah berulang kali menenangkan Halimah , keluarga nya memang merasa malu dan mengalami banyak kerugian akibat gagal nya pernikahan Halimah,namun keluarga Halimah tak mempermasalahkan itu mereka justru bersyukur karena pacar Halimah kepergok selingkuh sebelum mereka menikah.
Halimah yang merasa hancur meminta pergi ke tempat yang tenang ,agar ia tak terlalu sering melihat atau di dekati laki - laki ,dan pada akhir nya keluarga nya mengirim Halimah mondok di pesantren, Halimah sudah beberapa kali pindah pondok pesantren sampai akhir nya ia dipercaya untuk mengajar di pesantren ini.
Halimah menggelengkan kepalanya ,lantas membuka buku materi pelajaran yang akan ia ajarkan kepada santriwati nanti , untuk mengalihkan pikiran nya yang kembali memikirkan trauma di masa lalu.
..
"ada apa Ca ?"
Wirda menyambut Annisa yang baru saja masuk ke kamar dengan sebuah pertanyaan.
"ada sesuatu kah? kamu kok kelihatan sedih?"
Pertanyaan dari Maulida membuat semua yang ada di kamar beranjak dari kegiatan mereka dan menghampiri Annisa penasaran.
"hus ! aku gak sedih loh , cuman bingung aja , aku di suruh pulang hari minggu nanti "
Annisa memberitahukan perihal kepulangan nya.
"m- maksud kamu , papa kamu gak jadi masukin kamu ke pesantren dan nyuruh kamu pulang lagi?"
Wirda bertanya dengan nada bicara nya yang terdengar sedih ,karena ia sudah sangat nyaman bersama Annisa di sini.
"gak gitu ,aku pulang dulu beberapa hari , kakak aku mau nikah"
Jawab Annisa seraya tersenyum , Annisa gemas dengan kekhawatiran teman nya ,yang takut di tinggalkan Annisa.
"kaget aku"
Ningsih mengelus dadanya ,ia pun sama dengan yang lain ,menyangka Annisa akan pulang dan tak akan kembali lagi, namun ningsih lega karena Annisa hanya akan pulang beberapa hari.
"terus kamu bingung kenapa? bukan nya kamu harus nya senang kakak kamu mau menikah?"
Maulida bertanya , kebingungan apa yang Annisa maksud.
"aku bingung kakak menikah nya mendadak banget ,aku juga gak tau dia mau nikah sama siapa ,aku gak tahu pacar kakak yang mana soalnya kakak aku banyak cewek nya dulu, terus kakak aku juga masih kuliah , dia pernah papa nasehati untuk menyelesaikan pendidikan, lalu bekerja sebelum menikah , tapi dia malah bakal nikah hari Senin nanti"
Annisa menjelaskan panjang lebar tentang Aris dengan polosnya, Maulida dan Wirda mengerti permasalahan apa yang sedang dihadapi keluarga Annisa ,namun mereka tak mau suudzon, dan tetap mengatakan hal baik kepada Annisa yang terlihat belum mengerti apa - apa.
"kakak kamu pasti cape Ca kuliah tiap hari, jadi dia nyari istri buat nemenin dan bantuin dia ,lagian papa kamu kan kaya raya, jadi bisa tetap dapat uang sebelum kakak kamu bekerja"
Maulida sebenarnya bingung harus merespon seperti apa ,dia bicara dengan sedikit belepotan mencari kata - kata untuk menenangkan Annisa.
"ah iya juga yah ! "
Namun tak disangka , Annisa justru mengerti dengan perkataan Maulida , dan berhenti memikirkan pernikahan Aris yang mendadak , Maulida diberikan acungan jempol oleh Ningsih, Arina dan Wirda untuk mengapresiasi kata - kata nya.
"Yaudah aku mau mandi dulu yah, gerah banget "
Annisa mengambil peralatan mandi nya dan pergi ke kamar mandi.
"calon istri kakak nya Annisa pasti sudah begitu kan?"
Wirda mulai bergosip.
"iya soalnya mendadak , Ica aja sampe bingung karena gak tahu apa - apa "
Arina juga ikut menggosipkan Aris yang bahkan belum mereka kenal.
"huss ! jangan suudzon ah gak baik , nambah - nambah dosa aja ,kasihan Annisa kalau dengar kalian bergosip"
Mereka cengengesan setelah ditegur oleh Maulida yang tak ingin suudzon kepada kakak Annisa.