"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendarahan.
Tidak ingin lebih lama lagi berada di ruangan Rasya, Thalia lantas menanyakan keperluan pria itu memintanya datang.
"Apa kau tidak ingin mengambil cuti???." siapa sangka pria itu akan membahas tentang hal itu padanya.
Thalia masih diam saja.
"Jika dalam waktu dekat ini kau ingin mengambil cuti maka pihak perusahaan akan memberi izin. ini bukan hanya berlaku untukmu, tetapi bagi semua pegawai. sebagai pimpinan baru di perusahaan ini, saya akan memberikan kebijakan baru. semua pegawai diperbolehkan mengambil cuti maksimal tiga bulan sebelum melahirkan, dan kau termasuk dalam kategori itu." terang Rasya yang tidak ingin memancing kecurigaan dihati Thalia. ia ingin ibu dari calon anaknya itu bisa lebih nyaman dengan beristirahat di rumah, itu sebabnya Rasya membahas tentang cuti pada Thalia.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Thalia yang tadinya pusing memikirkan alasan untuk mendapatkan izin cuti akhirnya bisa bernapas lega.
"Bukan hanya itu, perusahaan juga akan memberikan pelayanan rumah sakit dengan Fasilitas terbaik di kota ini, dan untuk biayanya semua akan ditanggung oleh perusahaan." sambung Rasya.
"Terima kasih untuk kebaikan anda, pak."
"Tidak perlu berterima kasih karena itu sudah menjadi tanggung jawab saya."
"Maksudnya, tanggung jawab saya sebagai pimpinan perusahaan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi pegawai selama bergabung di perusahaan ini." Rasya sengaja meralat kalimatnya agar tidak memancing kecurigaan Thalia. Untuk sementara waktu biarlah Thalia berpikir ia tidak mengetahui kebenaran tentang bayi mereka, dengan begitu ia tidak akan kehilangan Thalia untuk kedua kalinya, begitu pikir Rasya.
Merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas, Thalia lantas pamit kembali ke meja kerjanya.
*
Keesokan harinya.
Thalia yang ingin menikmati hari pertamanya cuti justru terganggu dengan suara ketukan pintu. Thalia duduk, menegakkan tubuhnya. "Apa Riri tidak bekerja hari ini????." Thalia berpikir jika tamu yang datang pasti Riri, mengingat wanita itu lah satu-satunya sahabatnya.
Thalia beranjak, hendak membukakan pintu untuk tamu yang datang.
"Ceklek."
Thalia sungguh terkejut melihat siapa tamu yang datang pagi ini, ternyata bukan Riri.
"Mama..."
Thalia sontak memperbaiki posisi bajunya ketika pandangan ibu tertuju pada perut buncitnya.
"Beraninya kamu kabur dari keluarga Sanjaya dan mengandung bayi sia-lan ini.".
Deg.
Bukannya ungkapan rindu yang didengarkannya melainkan kalimat yang begitu menyakitkan dan mampu membuat kedua bola mata Thalia berkaca-kaca.
"Mama tidak berhak berkata seperti itu pada bayiku."
"Ternyata anak sialan ini sudah membuatmu berani membantah mama." tidak terima dengan sikap Thalia padanya, dengan kasarnya ibu menarik tangan Thalia menuju mobilnya.
"Lepas mah....sakit....." bukannya merasa iba dengan rintihan putrinya, ibu justru melanjutkan aksinya memaksa Thalia berjalan ke arah mobilnya. Sedangkan Thalia tetap bersikeras menolak hingga tak sengaja tubuh terpental ke lantai paving.
"Akh......" Thalia memegangi perutnya.
"Thalia ....." salah seorang Tetangga kosan Thalia yang baru saja melihat kejadian itu sontak berlari menghampiri Thalia. "Astaga....kamu berdarah, Thalia." wanita yang usianya berkisar tiga tahun di atas Thalia tersebut seketika panik melihat darah yang mengalir hingga di betis Thalia.
"Bayiku...." Thalia mulai tergugu dalam tangisnya.
"Kau harus tetap tenang, Thalia, aku akan membawamu ke rumah sakit!!."
Ibu yang kini berubah panik, pergi begitu saja meninggalkan Thalia dengan kondisi yang begitu memprihatinkan.
*
Tubuh Riri sampai bergetar hebat setelah menerima telepon dari salah seorang tetangga kosan Thalia.
"Di mana Thalia sekarang?????."
"Di rumah sakit XXX."
"Tolong temani Thalia sampai aku tiba di sana!!!."
"Ada apa dengan, Thalia???." beberapa saat yang lalu Rasya melintas di depan ruangan Riri, dan secara tidak sengaja ia mendengar Riri sedang mengobrol di telepon dan wanita itu menyebut nama istrinya.
"Thalia dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan, pak." Riri berpikir tidak ada alasan untuk menutupi kejadian yang menimpa sahabatnya itu dari Rasya, mengingat pria itu merupakan bos mereka. Hal itu sekaligus dijadikan Riri sebagai bentuk permintaan izinnya untuk meninggalkan perusahaan di jam kerja seperti saat ini.
"Pendarahan????." Rasya tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya. "Ikut dengan saya, kita berangkat bersama!!." tanpa mencurigai apapun, Riri menerima tawaran Rasya dan mereka pun bertolak menuju rumah sakit.
Rasya mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata dan itu mulai mengundang keanehan di hati Riri. mengapa bosnya terlihat begitu cemas. Namun begitu, Riri berusaha berpikir positif, mungkin sikap Rasya saat ini merupakan bentuk kepeduliannya terhadap pegawainya.
Setibanya di rumah sakit, Riri segera berlalu dengan langkah cepat menuju ruang IGD, begitu pula dengan Rasya.
"Bagaimana kondisi, Thalia???." Riri bertanya pada tetangga kosan yang mengantarkan Thalia ke rumah sakit.
"Thalia ada di dalam, dokter sedang menanganinya."
Tak lama berselang, seorang dokter keluar dari ruang tindakan IGD.
Riri menghampiri dokter, begitu pula dengan Rasya yang ikut menyusul langkah Riri, menghampiri dokter yang menangani Thalia. "Bagaimana kondisi sahabat saya, dok???." terlihat jelas jika Riri begitu mengkhawatirkan kondisi Thalia.
"Untuk saat ini dugaan kami pasien mengalami syok hingga mengalami pendarahan yang cukup hebat. dan untuk memberikan tindakan lanjutan kami harus membicarakan hal ini terlebih dahulu pada suami pasien."
"Lakukan yang terbaik untuk menyelamatkan anak dan istri saya, dokter!!!."
Riri sampai mengucek telinganya, memastikan apakah ia salah dengar atau tidak.
"Apa anda suami pasien???." dokter memastikan dan Rasya membenarkannya, dan hal itu mampu membuat sekujur tubuh Riri membeku. pengakuan bosnya tersebut sungguh mengejutkan Riri.
Sepeninggalan Rasya menuju ruangan dokter, barulah Riri tersadar. "Apa aku sedang bermimpi???." bergumam lirih. "Akh...." rasa sakit pada lengannya akibat cubitan kecil dari jemari lentiknya sendiri meyakinkan Riri jika ia tidak sedang bermimpi, ini nyata.
Kenyataan yang ada masih sulit diterima oleh akal sehat Riri, ternyata pria yang selama ini disembunyikan identitasnya oleh Thalia tak lain adalah Rasya Putra Sanjaya, pimpinan perusahaan tempat mereka bekerja.
"Jadi ayah dari bayi yang ada di dalam kandungan Thalia adalah pak Rasya..." dengan wajah syoknya, Riri bergumam sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut memikirkan semua itu.
Di ruangan dokter.
"Saat ini Istri anda mengalami pendarahan yang cukup hebat, dan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya kami sarankan untuk segera melakukan tindakan Caesar pada istri anda, pak. Terlebih menurut beberapa hasil pemeriksaan kami, istri anda pernah mengidap kanker rahim sebelumnya. Untuk mencegah penyakit tersebut kembali akibat pendarahan hebat, sebaiknya tindakan Caesar secepatnya dilakukan!!!."
Deg
"Kanker rahim????." tubuh Rasya melemah seketika. Rasya terkejut mendengar penjelasan dokter, ternyata istrinya itu telah banyak melewati ujian berat dalam hidupnya.
"Sepertinya istri anda adalah wanita yang sangat baik, pak, sehingga Tuhan memberikan Mukjizat pada beliau untuk sembuh dari penyakitnya dan juga bisa secepat ini di karuniai seorang bayi." sebagai tenaga medis tentunya dokter tahu betul jika seseorang yang pernah mengidap penyakit tersebut akan sedikit kesulitan untuk mendapatkan keturunan, tetapi jika semua itu sudah menjadi kehendak Tuhan maka tidak seorang pun yang mampu memprediksikan, termasuk Dokter sekalipun.
kamu sih Rasya...bangunin macam tidur...auto di aummin...😆😆😆😆
semoga ringan dan gak belat belit 😍😍😍
Jangan dibuat berbelit-belit ya thorrr
Terima kasih sudah menulis cerita ini 😍😍
lha slm jdi istrimu sja... km sia2kan... km perlakukan dgn bgitu buruknya...
makasih udah up lagi kk...
semoga sering2 update lagi ya kk🤗🙏🏻
ayo deh baby kamu rewel sepanjang malam,biar papa mu bisa tidur dengan mama mu...
udah bolak balik di intip...😅