Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Balqis duduk di samping ibu nya, sedangkan Faaris entah kemana. Pria itu pergi keluar tadi, tapi sampai sekarang belum kembali. Tapi tak lama terdengar beberapa orang yang bergaduh di luar, Balqis mendekat dan dia melihat beberapa orang sedang membawa kasur yang cukup besar dengan ranjang dorong, dan siapa pelaku nya kalau bukan Faaris.
"Masukkan ranjang itu ke dalam."
"Baik tuan." Jawab mereka yang ternyata adalah anak buah Faaris. Mereka memasukkan kasur dan ranjang nya kedalam ruangan, membuat ruangan itu cukup sempit sekarang.
"Ada apa ini Tuan?" Tanya Balqis.
"Tak ada, hanya kasur untuk mu tidur." Jawab Faaris datar.
"Tapi ini membuat ruangan nya sempit Tuan."
"Tak masalah, kau disini hanya waktu malam hari. Lagi pula kalau ada ranjang tambahan, kita bisa melakukan nya disini, tidak perlu di kamar mandi lagi." Jawab Faaris membuat wajah Balqis memerah, bisa-bisa nya Faaris berkata begitu padahal sedang banyak orang disini.
"Kau selalu merona, Balqis."
Goda Faaris. Menggoda Balqis seperti sebuah hobi baru untuk Faaris sekarang.
Faaris mendekatkan wajah nya, seperti biasa Balqis refleks memejamkan mata nya. Dia kira Faaris akan mencium nya seperti waktu itu, padahal pria itu hanya berbisik.
"Kau tau? Wajah merah mu begitu menggoda." Bisik Faaris.
Blushh..
Wajah Balqis dua kali bertambah merah saat mendengar hembusan nafas hangat pria itu menyapu leher nya, membuat nya merinding.
"Sudah selesai tuan."
"Kalian bisa pergi, aku disini dulu." Jawab Faaris santai, lalu duduk di sofa dengan kaki yang dia angkat.
"Anda tak berniat pulang?"
"Kau mengusirku? Setelah aku membelikan mu kasur untuk tidur?" Tanya Faaris.
"Lalu Tuan disini mau ngapain?" Balik tanya Balqis.
"Menemani mu lah, apalagi."
"Sebaiknya anda pulang, Nyonya Elma pasti membutuhkan anda." Saran Balqis, padahal dia sudah sangat lelah dan ingin segera tidur, tenggelam dalam alam mimpi.
"Kau lelah? Tidur saja, aku akan pulang jika kau sudah tidur." Jawab Faaris.
"Apa saya bisa percaya kalau tuan takkan macam-macam saat saya tidur?"
"Saya tak suka melakukan nya sembunyi-sembunyi, saya lebih suka melakukan nya saat kamu sadar, itu lebih nikmat. Apalagi jika kamu teriak-teriak keenakan, itu membuat ku lebih bernafsu." Jawab Faaris, membuat Balqis memutar mata nya jengah.
Balqis membaringkan tubuh nya di ranjang, menyelimuti tubuh nya dengan selimut yang juga tersedia. Dia terlihat tak nyaman karena Faaris terus memperhatikan nya, dan kenapa juga tiba-tiba dia tak bisa tidur, mata yang tadi nya sudah lelah itu kini mendadak segar kembali.
"Kenapa? Tak bisa tidur, mau di peluk dulu?" Tawar Faaris, tapi Balqis langsung menggelengkan kepala nya.
"Kalau begitu cepatlah tidur. Sudah cukup malam," Balqis mengangguk, tapi sudah satu jam dia belum kunjung bisa tidur, sudah terlentang, miring kanan kiri, menelungkup, tapi tetap saja belum bisa tidur juga. Itu membuat Faaris sangat gemas, dia berjalan mendekati ranjang dan merangkak naik ke atas nya. Memeluk Balqis dari belakang karena saat ini Balqis tidur miring ke kanan.
"Tuan.."
"Diamlah, aku hanya memeluk mu sampai kau tidur. Setelah itu aku akan pulang." Jawab Faaris, Balqis mengangguk dan mencoba tidur. benar saja, pelukan Faaris sangat ampuh dan membuat nya bisa tertidur hanya dalam hitungan menit saja.
Faaris melerai pelukan nya, menaikkan selimut hingga menutupi sampai lengan Balqis, lalu mengecup kening Balqis dan pergi dari ruangan itu, setelah memastikan perempuan itu benar-benar tertidur.
"Selamat tidur Balqis, Have a nice dream."
Faaris pulang ke rumah nya, dia melihat Elma belum tertidur. Dia memang sudah tau kalau Elma sudah sadar lewat kabar dari Monic.
"Malam sayang.."
"Malam, Mas. Darimana saja?" Tanya Elma .
"Mas dari rumah sakit, jengukin Ibu nya Balqis." Jawab Danish jujur.
"Masih belum bangun juga?"
Tanya Elma lagi. Dia cukup penasaran dengan sosok perempuan bernama Balqis itu. Secantik apa orang nya?
"Belum Yang, masih koma. Cuma kemaren ada perkembangan, beliau nangis kata Balqis." Jawab Faaris, dia mengendurkan dasi yang seharian ini terasa mencekik leher nya.
"Mas.."
"Iya sayang, kenapa?" Tanya Faaris, dia sedang melepas kemeja dan celana bahan nya, lalu mengganti nya dengan piyama tidur.
"Apa Mas sudah mendapat pengganti aku?" Tanya Elma , membuat wajah Faaris berubah pucat.
"Kenapa bertanya seperti itu, sayang?"
"Tidak, hanya saja Mas berubah beberapa minggu ini. Apa ada wanita lain yang mengisi hati kamu, mas?" Tanya Elma , membuat Faaris kelimpungan. Tak mungkin dia jujur kalau sudah menduakan cinta Elma kan?
"Tentu tidak, sayang. Hanya kamu, sudahlah ini sudah malam. Cepat tidur," Ucap Faaris, dia berbaring di samping Elma dan memeluk nya.
"Selamat tidur Mas."
"Selamat tidur juga sayang, Have a nice dream." Jawab Faaris, dia mengucapkan kalimat itu dua kali hari ini.
'Aku sudah ikhlas Mas, jika pun
kamu mencintai wanita lain. Bukan nya itu bagus? Nanti kamu takkan merasa terlalu kehilangan kalau aku tiada.' Batin Elma . Dia sudah berjuang semampu nya untuk berjuang hidup, tapi penyakit nya tak mengizinkan dia untuk sembuh seperti nya, malah semakin lama semakin parah.
Elma pun ikut tertidur, dia menggenggam tangan Faaris yang melingkar erat di perut nya. Pelukan yang selalu membuat nya nyaman, dia memang belum siap kehilangan pelukan hangat itu, tapi mau bagaimana lagi? Mengingat kondisi penyakit nya, dia tak yakin bisa bertahan lebih lama lagi.
Pagi harinya, Faaris terbangun. Dia melihat Elma juga sudah terbangun dari tidur nya, Faaris bangkit dan mencium bibir istrinya.
"Selamat pagi sayangku, bagaimana tidur mu? Nyenyak?" Tanya Faaris antusias, wajah nya lebih berbinar daripada biasanya.
"Pagi Mas, tentu saja nyenyak karena kau memeluk ku." Jawab Elma dengan senyum manis nya.
"Besok, Mas ada kerjaan di luar kota selama 3 hari sayang."
"Sama siapa? Balqis?" Tanya Elma .
"Harusnya Iya, tapi karena balqis harus menunggui ibu nya yang sakit, jadi Mas tak bisa membawa nya." Jelas Faaris.
"Lalu bagaimana, Mas?"
"Ya enggak, cuma ngasih tau. Nanti malam aku juga gak pulang kayaknya, mau ke pesta resepsi kolega bisnis."
"Sama Balqis?" Tanya Elma pelan.
"Iya sayang, harus nya aku ajak kamu. Tapi mengingat kondisi mu, aku tak mungkin membawa mu dalam keadaan begini."
"Baiklah Mas, aku sadar benar kondisi ku." Jawab Elma lirih, harus nya dia yang di bawa Faaris menghadiri acara resepsi itu, tapi karena dia lumpuh, Faaris malah membawa sekretaris nya.
"Jangan sedih sayang."
"Tidak Mas, jadi kamu gak pulang 4 hari?" Tanya Elma lagi.
"Nggak dong sayang, besok pagi aku pulang atau ngaret jadi siang, sore nya berangkat."
Jawab Danish.
"Ngaret, memang nya mau ngapain dulu?"
"Ya kamu tau sendiri aku tuh susah bangun kalo weekend." Jawab Faaris, padahal dia ingin puas bersama Riana dulu sebelum pergi ke luar kota.
"Aku lupa Mas."
"Kamu jadi pelupa sayang, ya sudah aku mandi dulu terus ke kantor. Masih ada beberapa yang harus aku kerjakan sebelum di tinggal."
"Iya Mas."
Faaris masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuh nya yang terasa lengket. Tak butuh waktu lama, Faaris sudah selesai dan sedang memakai pakaian nya.
"Yang, menurut mu dasi nya bagus yang polos atau garis-garis?" Tanya Faaris pada sang istri.
"Polos aja Mas, kan jas nya udah garis-garis." Jawab Elma.
"Okey sayang, aku merindukan mu saat memasangkan dasi ku."
"Aku juga merindukan momen-momen bersama mu, Mas. Tapi maafkan aku, karena kondisi ku, kamu kekurangan segalanya."
"Tak apa sayang, fokus saja pada kesembuhan mu." Ucap Faaris.
"Iya Mas. Cepatlah bersiap, nanti kesiangan." Peringat Elma , setelah selesai pun Faaris mencium kening Elma dan segera pergi ke kantor.
Di rumah sakit, Balqis baru selesai mandi. Dia mengusap rambut nya dengan handuk kecil dia memekik kaget saat melihat tamu paling tak di undang. Siapa lagi kalau bukan Vander yang sudah duduk bertumpang kaki di sofa.
"Pagi Balqis.."
"Ngapain kesini?" Tanya Balqis ketus, dia mengambil sisir dan menyisir rambut nya tanpa menghiraukan kehadiran Vander.
"Disini ada ranjang sama kasur disini, padahal kemaren gak ada." Gumam Vander, tapi tak di gubris oleh Balqis dan fokus menghias diri, karena sebentar lagi dia harus berangkat kerja.
Tak lama, pintu terbuka menampilkan Faaris dengan setelan jas rapih dan wajah super datar nya, dia melirik sinis ke arah Vander yang sudah menyambut nya dengan senyuman.
"Selamat pagi Tuan Faaris."
"Pagi Vander, kau pagi-pagi sudah disini. Ada apa dengan Balqis?" Tanya Faaris langsung.
"Hanya ingin bertemu dengan Balqis." Jawab Mike santai.
"Tapi seperti nya Balqis tak mau bertemu dengan mu."
"Tak Masalah, lagi pula aku yang ingin bertemu dengan nya bukan sebaliknya." Jawab Vander.
"Baiklah, terserah kau saja. Balqis, apa ada berkas yang harus kau pelajari di kantor nanti?"
"Berkas? Saya sudah mempelajari semua nya Tuan. Anda bisa ke luar kota dengan tenang, hari ini agenda anda hanya menghadiri meeting." Jawab Balqis. Dia sedang mengoleskan pelembab wajah.
"Apa itu?"
"Ini? Hanya pelembab wajah, agar tidak kering. Sudah lama saya tidak maskeran, jadi wajah saya kasar." Jawab Balqis.
Faaris duduk di samping Vander, sebelah kaki nya dia angkat ke atas.
"Apa kabar tuan Malik , Vander?"
"Ayah baik-baik saja, aku kabur kesini karena jengah. Dia selalu saja ingin menjodohkan aku dengan wanita-wanita anak rekan kerja nya." Jawab Vander, Ya Faaris memang tau kalau Vander adalah anak bungsu Tuan Malik. Berbeda dengan Balqis yang saat ini membulatkan mata nya, tapi dia tak mau menimbrung. Tepat nya tak mau bicara dengan Vander, lebih baik dia bertanya pada Faaris nanti.
"Jangan-jangan kau mengincar Balqis?" Tanya Faaris.
"Kau tau benar bagaimana aku, Faaris."
"Tidak, Balqis milik ku." Jawab Faaris, menegaskan kalau Balqis adalah miliknya. Meski belum ada persetujuan langsung dari perempuan yang dia klaim itu.
"Jangan bercanda bung, kau sudah punya istri kan?"
"Memang nya kenapa kalau aku pria beristri?" Balik tanya Faaris, dia melirik Balqis yang nampak biasa saja dan tak tertarik untuk ikut ke dalam pembicaraan.
"Aku rasa Balqis akan keberatan dengan status mu itu, Tuan Faaris."
"Aku rasa tidak." Jawab Faaris santai, kedua tangan nya bersedekap di dada.
"Kalau ada pria single, kenapa harus memilih pria beristri? Mengambil resiko di labrak istri sah." Celetuk Vander.
"Labrak apanya? Istriku lumpuh, Vander!"
"H-ahh? Lumpuh?"
"Ya istriku lumpuh, sudah 3 tahun belakangan ini dia tak bisa apa-apa."
"Sorry Bung, aku benar-benar tak tau istrimu itu."
"No problem. Tapi bukan berarti aku mengizinkan mu untuk mendekati Balqis, Balqis adalah milikku."
"Terserah kau saja, Tuan Faaris." Pasrah Vander.
"Lalu tunggu apa lagi? Sebaiknya kau pergi dan urus ayah mu itu, lagi pun kehadiran mu sangat tak di harapkan." Celetuk Faaris, membuat Balqis mengulum senyum nya. Dia ingin mengusir pria itu sejak tadi, namun tak berani.
"Huhh baiklah, Tuan bucin saya permisi."
"Sialan pria itu, berani sekali mendekati Balqis ku. Kurang ajar, dia juga memeluk dan mencium gadisku!" Rutuk Faaris, pria itu keluar dan berlari mengejar pria itu. Setelah dekat, Faaris menendang bokong Vander hingga membuat pria itu terjungkal.
"Aawwhhsss, sakitt.. Kenapa kau menendang ku?"
"Itu pelajaran untuk mu, karena kau sudah memeluk dan mencium gadis ku kemarin!"
"Aku sudah di tampar Balqis kemarin, lihat ini? Pipi ku lebam gara-gara tamparan nya!" Vander menunjuk pipi nya yang membiru karena tamparan Balqis kemarin.
"Bagus sekali, baru sebelah kan? Aku tambahkan satu lagi,"
Plak..
Faaris menampar pipi Vander yang sebelah nya lagi, membuat pria itu terhuyung ke samping, saking kuat nya tamparan Faaris.
"Sakitt.."
"Siapa suruh menyentuh gadisku, cepat pergi sebelum aku memukul mu!" Perintah Faaris, membuat Vander beringsut pergi dari depan Faaris.
Faaris mengusap tangan nya yang bekas dia pakai menampar Vander, lalu membenarkan dasi nya dan kembali ke ruangan rawat ibu nya Balqis. Saat masuk, ternyata sudah ada dokter Ilham yang baru saja selesai memeriksa keadaan ibu nya Balqis, bertambah dongkol saja hati Faaris di buat nya.
"Bagaimana keadaan mertua saya, Dok?" Tanya Faaris berbasa-basi. Tapi Dokter Ilham terlihat biasa saja, malah tersenyum ke arah nya.
"Sedikit perkembangan yang baik tuan, semoga saja beliau cepat sadar." Jawab dokter Ilham .
"Baiklah, ayo Balqis kau sudah selesai? Sudah cukup siang untuk berangkat bekerja." Ajak Faaris. Balqis menganggukan kepala nya, lalu meraih tas yang terletak di atas meja.
"Saya permisi Dok, kalau ada apa-apa hubungi saya segera."
"Baik Nona." Jawab dokter itu. Faaris mengulurkan tangan nya dan Balqis langsung menggenggam nya, mereka pergi sambil berpegangan tangan di depan dokter Ilham , membuat pria itu sedikit pesimis. Apa dia bisa bersaing dengan Faaris? Pria sempurna yang notabene nya sudah mengenal Balqis jauh sebelum dia bertemu dan mengagumi Balqis. Tapi nasib tak ada yang tau kan? Terlebih Balqis bilang kalau pria itu sudah memiliki istri.
"Berjuang Ilham , kau bisa! Jangan kalah." Ucap dokter Ilham menyemangati dirinya sendiri.
Dokter itu pergi dari ruangan rawat itu, masih ada beberapa pasien lagi yang harus dia periksa secara intensif.
Balqis duduk nyaman di samping Faaris, pria itu tak kunjung melepaskan genggaman tangan nya malah terasa semakin erat, membuat Balqis kesulitan membuka berkas-berkas di tangan nya.
"Lepaskan sebentar tuan, saya sulit membuka halaman baru." Barulah Faaris melepaskan tangan Balqis, tapi setelah melihat Balqis berhasil membuka lembaran nya, pria itu kembali menggenggam nya.
"Kenapa tuan, apa ada hal yang terjadi?" Tanya Balqis.
"Tidak, tapi besok aku akan pergi. Aku pasti merindukan mu, Balqis."
"Hanya 3 hari tuan, lagi pun seharian ini saya bersama anda sampai malam." Jelas Balqis.
"Ralat, sampai pagi lagi Balqis."
"Aaahh ya, baiklah kalau itu keinginan anda."
"Aku ingin kau ikut juga, tempat itu di kenal dingin. Harus nya kita kesana untuk proses pembuatan Faaris junior."
Celetuk Faaris, membuat Balqis melotot. Faaris junior katanya. Yang benar saja.
"Kenapa ekspresi mu begitu, Balqis?"
"Tidak tuan, saya hanya geli mendengar nya." Jawab Balqis beralasan.
"Geli kenapa? Aku serius, Balqis."
"Geli saja membicarakan hal ini dengan sekretaris, bukan nya dengan istri Tuan. Saya memang bekerja dengan anda, tapi hal semacam itu di luar pekerjaan saya."
"Balqis..."
"Ada apa Tuan?"
"Kau yakin tak mau mengandung anak ku?" Tanya Faaris.
"Saya sudah bilang tuan, selama tuan masih punya istri jangan bicarakan hal semacam ini, tak pantas tuan." Faaris mendengus kesal, lengkap dengan pipi yang menggembung. Membuat Balqis gemas ingin mencubit pipi Faaris, tapi tak berani karena ini sudah masuk jam kerja.
Mobil yang di kendarai Pak Agus berhenti di parkiran, kedua nya segera turun dari mobil dan segera memasuki kantor.
"Selamat pagi, Tuan."
"Ya, pagi." Jawab Faaris datar, sedangkan Balqis hanya mengangguk sambil tersenyum.
Balqis mengekor di belakang Faaris, biasanya dia akan ikut masuk ke ruangan pria itu, tapi kali ini dia memilih langsung ke bilik nya saja. Membuka komputer nya dan segera merekap beberapa laporan keuangan dari divisi keuangan, Faaris mempercayakan semua nya padanya.
"Pagi, Balqis."
"Pagi Putri, baru dateng?"
"Iya, sebel deh di jalan ketemu dokter rese." Jawab Putri dengan ekspresi yang sangat kesal.
"Lah rese kenapa?"
"Dia kan pake motor gede gitu, terus pas jalanan berlubang dia jalan nya kenceng banget, jadi celana gue kecipratan. Kotor deh, mana bau got lagi." Jawab Putri .
"Kalo gak salah aku ada celana ganti sih." Balqis memeriksa laci meja, dan benar saja ada celana kulot yang dia simpan.
"Nih, pake aja dulu dari pada gak nyaman."
"Makasih, btw ngapain nyimpen celana di kantor?" Tanya Putri .
"Buat jaga-jaga aja kalau ada hal tak terduga, ya kayak kamu sekarang."
"Iya, Balqis. Aku juga harus gitu kayaknya, aku pinjem ya nanti aku kembalikan setelah di cuci." Ucap putri .
"Okey, santai aja Put."
"Ibu mu masih belum sadar?" Tanya Putri, Balqis merubah ekspresi nya lalu menggelengkan kepala nya.
"Aku turut sedih Balqis, semoga ibu kamu cepet sembuh ya. Gak kebayang sih aku kalo jadi kamu."
"Berat banget jadi aku Hann, jangan mau. Udah mah punya bos galak plus seenaknya, tapi masih ada enak nya sih, dia royal."
"Iya, dia bos paling royal yang pernah aku temuin." Jawab Putri setuju dengan Balqis.
"Makasih udah rekomendasiin aku ya Put, buat rasa terimakasih nya nanti makan siang aku traktir."
"Wahh makasih, oke deh. Aku harus makan yang banyak, mumpung di traktir." Celetuk nya sambil tertawa, Balqis juga refleks tertawa karena mendengar ucapan sahabat nya itu.
"Aji mumpung ya Put ."
"Hahaha, iya balqis. Jarang-jarang dapet traktiran gitu, kapan lagi." Jawab Putri.
"Ayo kerja, keburu keliatan bos. Ganti dulu celana nya." Ucap Balqis mengingatkan.
putri mengangguk dan pergi ke toilet untuk mengganti celana nya dengan celana milik Balqis.
Balqis memulai pekerjaan nya yang menumpuk, apalagi kepergian Faaris besok, membuat pekerjaan nya begitu mengantri untuk segera di selesaikan saat ini juga. Saking fokus nya, Balqis bahkan tak sadar Faaris memperhatikan nya dari ambang pintu. Dia berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, mata nya menatap Balqis yang bahkan tak sadar dengan kehadiran nya, itu cukup membuat nya kesal.
"Eehemmm..." Faaris berdehem, barulah perempuan itu menoleh tapi hanya sedetik kemudian kembali menatap komputer nya.
"Balqis.." Panggil Faaris kali ini, tapi Balqis hanya menjawab sekenanya tanpa menatap ke arah nya.
"Balqis.." Kali ini Danish memanggil Balqis dengan suara lebih tinggi, membuat perempuan itu langsung menoleh ke arah nya.
"Ada apa tuan?"
"Kamu boleh sibuk bekerja, tapi jangan mengabaikan ku!" Tegas Faaris.
"Iya iya Tuan, saya minta maaf."
"Sudah makan siang?" Tanya Faaris.
"Belum, tapi hari ini saya akan makan siang di kantin sama putri ." Jawab Balqis.
"Saya ikut."
"Tak usah tuan, mungkin makanan di kantin takkan sesuai dengan selera anda."
Tolak Balqis beralasan, padahal dia yang tak mau Faaris ikut.
"Haii balqis, ke kantin yuk." Ajak Putri.
"Ehh pak, selamat siang."
"Siang Putri, mau kemana?" Tanya Faaris.
"Ke kantin sama Balqis Pak." Jawab Putri.
"Saya boleh ikut?" Putri melirik ke arah Balqis yang memberi isyarat pada Putri agar menolak permintaan Danish, tapi dasar Putri entah tidak mengerti atau memang sengaja, dia malah mengiyakan permintaan Faaris. Membuat pria itu tersenyum manis dan mengintil di belakang Balqis dan Putri yang berjalan di depan Faaris.
"Napa sih Balqis? Kusut amat, kayak benang pancing."
"Gapapa, sebel aja." Jawab Balqis singkat.
Tiga orang itu pun sampai di kantin yang penuh dan ramai oleh para pegawai yang sedang menikmati istirahat makan siang mereka. Sontak saja kedatangan Faaris membuat semua nya heboh, jarang-jarang Faaris sang CEO berwajah datar itu menginjakan kaki di kantin.
"Selamat siang Tuan Faaris."
Banyak diantara para karyawan itu yang mencoba mencari perhatian pada Faaris, tapi pria itu nampak acuh dan tak peduli.
Faaris duduk di samping Balqis, dia memesan menu yang sama juga dengan Balqis. Es lemon tea dan bakso. Faaris menggenggam tangan Balqis di bawah meja, dia benar-benar tak tau situasi, apa yang akan di pikirkan oleh pegawai lain kalau sampai melihat hal ini. Bisa-bisa dia jadi bahan gosip satu perusahaan karena mendekati bos nya sendiri yang sudah beristri.
Tak lama, makanan mereka pun datang. Tapi tak sengaja Putri malah menjatuhkan sendok nya, membuat nya harus berjongkok untuk bisa mengambil alat makan nya, tapi yang dia lihat justru pemandangan yang aneh.
Dia melihat Faaris dan Balqis sedang berpegangan tangan di bawah meja.
"Kenapa wajah mu Putri?"
"T-tidak." Jawab Putri, mata nya menatap Faaris dan Balqis bergantian, kira-kira ada hubungan apa Balqis dan Faaris hingga bos nya berani melakukan hal itu di tempat umum seperti ini? Hal ini membuat Putri curiga, apakah hubungan mereka lebih dari sekedar bos dan sekretaris?
****