Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
Tok..
Tok...
"Masuk.."
"Kamu kenapa?" tanya Roy.
"Tidak apa-apa, kak," jawab Zia tersenyum.
"Jangan bohong sama kakak, sedari kemarin, kamu tidak masuk kantor," kata Roy.
"Kamu tidak menganggap kakak sebagai kakak kamu?" ucap Roy lagi.
"Kak Roy sama kak Rey, kakak terbaik aku," kata Zia memeluk Roy.
"Terus kamu kenapa, ngurung diri di kamar?" tanya Roy.
"Kak Arka menyatakan perasaannya," jawab Zia.
"Lalu?" tanya Roy.
"Waktunya tidak tepat, aku belum menyembuhkan rasa trauma aku, kak," jawab Zia.
"Kamu tidak akan sembuh, kalo kamu tidak berusaha," kata Roy.
"Hanya saja, aku masih trauma dengan hubunganku dengan Rangga, aku tidak mau mencintai orang yang salah lagi, kak," ucap Zia.
"Sekarang kakak tanya, kamu mencintai Arka tidak?" tanya Roy.
"Aku tidak tau, tapi aku selalu tenang saat di dekat kak Arka, bahkan ketika aku tidak bisa mengendalikan diri, kak Arka bisa mengendalikan aku," jawab Zia.
"Itu bukan cinta lagi, tapi secara tidak kamu sadari, perasaan kamu menerima Arka," jawab Roy.
"Maksud kakak bagaimana?" tanya Zia.
"Kamu butuh sosok seperti Arka, mendinginkan ketika kamu kepanasan, menenangkan saat kamu tidak bisa tenang," jawab Roy.
"Kakak tahu kamu juga mencintai Arka, kakak melihat bahasa tubuhmu, saat kamu didekat Arka, hanya saja kamu masih tidak percaya diri," lanjut Roy.
"Aku takut, dimanfaatkan lagi, kak," ucap Zia.
"Buka mata kamu, tidak semua laki-laki sama kaya mantan suami kamu, dia laki-laki brengsek, yang tidak tahu diri," kata Roy.
"Jangan menghukum perasaanmu, dengan tidak menerima orang yang mencintai kamu, temui Arka, katakan padanya kalo kamu juga sangat mencintainya," lanjut Roy.
"Akan aku pikirkan nanti, kak," jawab Zia tersenyum.
"Kakak percaya denganmu, kamu tidak akan melakukan hal bodoh," ucap Roy.
Zia mengangguk.
"Kakak kesini mau ngasih tahu kamu, kakak akan menikah dengan Dinda, lima hari lagi," ucap Roy.
"Kakak serius?" tanya Zia.
"Iya kakak serius, ayah dengan bunda sedang sibuk menyiapkan semuanya," kata Roy.
"Kenapa gak ngasih tau aku dari kemarin," ucap Zia kesal.
"Kamu juga tidak keluar kamar, kemarin Arka kesini, menanyakan kamu," kata Roy.
"Kak..." ucap Zia, menatap Roy.
"Setelah kakak menikah, kakak akan tetap sayangkan sama aku," kata Zia, menatap Roy.
Roy tersenyum menatap adik perempuannya, yang selama ini sudah ia jaga.
"Rasa sayang kakak sama kamu akan tetap sama, dan akan semakin bertambah, meskipun kakak menikah," jawab Roy.
Zia memeluk Roy..
"Sudah, temui Arka sana, pasti dia sedang cemas memikirkan kamu," kata Roy.
"Aku mau kebawah dulu, mau masak," jawab Zia.
Lalu Zia keluar dari kamarnya, karena ia memutuskan akan membawa masakannya sendiri, untuk Arka.
"Sibuk amat, mau kemana sih," sahut Rey.
"Kepo!" jawab Zia.
"Ya'ampun tega banget," ucap Rey.
Zia tertawa melihat kakanya.
"Mau menemui Arka, ya," tebak Rey.
"Bukan!" jawab Zia.
"Jujur aja, iya kan," goda Rey.
"Kak ih.." kata Zia malu.
"Kamu sudah tahu, pernikahan kak Roy?" tanya Rey.
"Tau kak, tadi kakak mengatakannya padaku," jawab Zia.
"Harus bawa pasangan ya, jangan sendiri," ucap Zia.
"Lihat saja, kakak akan membawa pasangan, jangan kaget," jawab Rey.
"Jadi penasaran," ujar Zia.
"Gosong tuh masakan kamu!" kata Rey.
"Cie cie..." Zia menggoda sang kakak.
"Kak Rey punya pacar," teriak Zia.
"Zia..." kata Rey, menatap Zia.
Zia hanya tertawa melihat ekspresi Rey.
"Sudah ah, aku mau pergi dulu," ucap Zia.
"Hati-hati di jalan, Zia," kata Rey.
"Iya kak," teriak Zia.
Zia masuk kedalam mobilnya, ia berniat akan ka kantornya Arka, karena Zia merasa bersalah, sudah marah dengan Arka.
"Semoga kak Arka suka dengan masakan aku," ucap Zia tersenyum.
Mobil Zia keluar dari garasi, ia memutuskan membawa mobilnya sendiri.
"Semoga Arka tidak akan melukai Zia," kata Roy, menatap kepergian Zia.
•
•
Tap..
Tap..
Langkah kaki Zia memasukan ruangan Arka, dengan langkah gontai..
Namun tak sengaja Zia melihat dan mendengar suara wanita di ruangan Arka.
"Siapa dia?" gumam Zia.
Saat Zia masuk kedalam ruangan Arka, betapa kagetnya ia melihat Arka dengan seorang wanita sedang bermesraan, dengan posisi Arka dibawah tubuh wanita itu..
Brak..
Zia menjatuhkan barang bawaannya.
"Ah maaf, mengganggu kalian," ucap Zia.
"Lain kali kalo sedang berduaan, pintunya kunci," lanjut Zia.
"Kia, tunggu!" Arka mengejar Zia.
"Kia, kamu salah paham," ucap Arka.
"Lepaskan aku!" ucap Zia, menatap tajam.
"Dengarkan aku dulu! Kamu salah paham, ini tidak seperti yang kamu lihat," kata Arka, mencoba menjelaskan.
"Lalu seperti apa? Seperti yang tidak aku lihat, begitu maksud kamu?" jawab Zia.
"Semua yang kamu lihat tidak benar!" ucap Arka.
"Lepaskan aku!" ucap Zia.
"Arka, lepaskan saja wanita itu, lagian dia sepertinya tidak mencintai kamu.."
"Diam jalang! Karena dirimu, dia jadi salah paham," bentak Arka.
"Arka, kamu tidak cocok dengannya, bukannya dia adiknya Roy?" ucap nya.
"Berarti dia seorang janda, ya?" lanjut nya lagi.
"Kenalkan, aku Resti, kekasih Arka.."
"Kekasih, jadi selama ini, kamu punya kekasih.." kata Zia menatap Arka.
"Memangnya kamu tidak tahu?" sahut Resti.
"Aku benar-benar tidak menyangka, ternyata kamu juga sama menjijikannya," ucap Zia.
"Jangan percaya dengan ucapan dia, dia bohong!" jawab Arka.
"Mau bicara apa lagi, hah! Semua sudah jelas," kata Zia, ia menahan air matanya, agar tidak jatuh.
"Dia hanya wanita murahan! Kamu jangan percaya dengan ucapannya," ucap Arka.
"Mulai detik ini, jangan pernah temui aku, aku sangat membenci kamu!" ujar Zia, menatap tajam kepada Arka.
"Kia, jangan katakan itu, aku sangat mencintai kamu!," ucap Arka.
Zia tersenyum sinis.
"Sayangnya, aku sudah tidak percaya dengan ucapanmu," jawab Zia.
Zia melepaskan tangan Arka.
Lalu Zia berlari ke luar, menghindari Arka.
"Kia..." teriak Arka.
"Lepaskan aku!" ucap Zia.
"Tidak! Sebelum kamu mendengar penjelasan dari aku, aku tidak akan melepaskan kamu!" jawab Arka menatap Zia.
"Aku mohon kak, lepaskan aku, aku tidak akan menganggu kalian." Zia memohon kepada Arka, dengan wajah yang sudah di basahi air matanya.
"Jangan menangis!" kata Arka.
"Resti bukan pacar aku, tadi dia tiba-tiba langsung masuk kedalam ruangan aku, saat aku mengusir dia, aku di dorong kearah kursi, ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan!" lanjut Arka, ia menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
Zia menyusut air matanya, lalu tersenyum.
"Aku baru sadar, kalo aku bukan siapa-siapa kamu, jadi aku tidak berhak marah, apalagi meminta penjelasan dengan kamu," ucap Zia.
"Jangan katakan itu, Kia," kata Arka, menggelengkan kepala.
"Lepaskan aku, aku tidak akan menganggu kak Arka lagi," ucap Zia.
***