Dibesarkan dalam sebuah organisasi rahasia, membuat dua orang gadis dan dua orang pemuda tumbuh menjadi pembunuh berdarah dingin, masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda.
Chu Haitang adalah seorang dokter ajaib, dia menguasai berbagai macam pengobatan modern maupun tradisional.
Bao Yunceng adalah seorang ahli penempaan senjata, dia sangat lihai dalam membuat berbagai macam benda yang mematikan.
Liu Jinhong adalah seorang ahli strategi sekaligus ahli pedang, jurus-jurusnya terlihat sangat lembut, namun mematikan.
Rong Siyue adalah seorang ahli menundukkan binatang, dia sangat pandai dalam mata-mata dan menyusup.
Keempat orang tersebut dipertemukan pada saat berusia 5 tahun, mereka hidup sebagai saudara dan saling melindungi satu sama lain. Bekerja di bawah naungan seorang tuan yang misterius sekaligus kejam, membuat mental dan pemikirannya berbeda.
Bagaimana jika keempat orang tersebut mengalami perpindahan waktu? Masih bisakah mereka menjadi saudara yang rukun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANAK ANGKAT KELUARGA CHU
Chu Rong melambaikan tangan ke arah Chu Haitang dan Liu Jinhong, "Datang dan makan, ikan bakarnya telah masak,"
Chu Haitang mengangguk, dia bergegas mendekat ke arah anggota keluarganya. Liu Jinhong mengikuti dari belakang, menatap satu persatu wajah anggota keluarga Chu kemudian melengkungkan senyuman tipis. "Salam paman, bibi, nenek, adik!"
Semua orang tersenyum riang, Pei Yuwen memberikan mangkuk kosong untuknya, "Kau bisa mengambilnya sendiri, ada sup dan ikan bakar. Makanlah!"
Liu Jinhong menganggukkan kepala, dia menerima mangkuk itu dengan penuh semangat. "Terima kasih bibi,"
"Ya... Sama-sama. Makanlah!" Pei Yuwen mengambil beberapa potong daging, kemudian memberikannya pada Liu Jinhong.
"Makanlah yang banyak, semua orang bahagia hari ini." ucap Lao Shi, Liu Jinhong mengangguk.
Di masa lalu, dia hidup dalam organisasi dan bekerja keras untuk bisa makan, orang tua kandungnya membuang dia di panti asuhan, bahkan sampai dirinya berusia 5 tahun, kedua orang itu tidak pernah mengunjunginya sekalipun.
Chu Haitang menyadari perubahan suasana hati Liu Jinhong, dia segera menghiburnya, "Kau bisa menganggap anggota keluargaku sebagai keluargamu sendiri, jangan merasa sungkan. Kami bersahabat."
Pei Yuwen merasakan sesuatu yang rumit, sepertinya pemuda ini tidak pernah mendapatkan kasih sayang sedikitpun dari keluarganya, sehingga kehangatan yang ditunjukkan oleh keluarga Chu, membuat dia merasa tidak nyaman.
"Ayo makan!" ucapnya, dia tidak ingin mengatakan kata-kata penghiburan, takut akan menyinggung perasaan pemuda asing di depannya.
"Nenek, ayah, ibu, aku ingin mengajak Jinhong untuk bergabung dengan keluarga kita, dia sahabatku, kami sudah seperti saudara sendiri." ucap Chu Haitang.
Liu Jinhong menghentikan gerakan tangannya, dia melirik ke arah para penatua dari keluarga Chu, jantungnya berdetak cepat, takut jika mereka menolak.
"Ayah hanya memiliki satu orang anak laki-laki, tidak ada salahnya jika mengadopsi anak laki-laki lain. Tidak perlu merasa canggung, panggil aku ayah. Mulai hari ini, kau adalah putra keduaku." ucap Chu Rong, dia menyadari bahwa usia Liu Jinhong lebih muda dari Chu Wentian.
"Ya, dari pada mengurus cucu bau itu, nenek lebih suka memiliki cucu laki-laki yang tampan seperti Jinhong." ucap Lao Shi.
Batuk!
Liu Jinhong hampir saja tersedak, setelah mendengar ucapan wanita tua itu, dia melirik ke arah Chu Wentian untuk melihat reaksinya, namun pemuda itu hanya menyipitkan mata ke arahnya.
"Jangan berpikir untuk merebut perhatian mereka dariku, kau harus menyebutku kakak mulai sekarang," ucap Chu Wentian, dia menunjukkan senyuman mengejek.
Liu Jinhong terdiam, di kehidupan pertamanya, dia adalah saudara laki-laki tertua, namun kali ini dia harus menyebut seseorang sebagai kakak.
Chu Haitang menunjukkan senyuman main-main, dia melirik ke arah Chu Wentian. "Kakak tertua, berhati-hatilah! Jinhong seorang ahli pedang yang sangat hebat, dia murid pertama dari dewa tua."
Chu Wentian menatapnya dengan acuh tak acuh, "Sekalipun dia murid dari dewa tua, memasuki keluarga Chu kami, dia adalah adik kecil dan harus memanggilku kakak. Aku saudara laki-laki tertua sekarang!"
Liu Jinhong terdiam, namun tak lama kemudian dia menangkupkan tangannya, "Kakak tertua!"
Chu Wentian bersenandung, dia sangat puas dengan sebutan ini. "Sangat manis! Hahaha... Mulai saat ini, kau adalah adik laki-lakiku."
Liu Jinhong mengangguk, dia tidak ingin membuat masalah, lagi pula mereka baru saja bertemu satu sama lain. Dia cukup bersyukur, karena keluarga Chu bersedia menerimanya.
"Cepat habiskan makanannya, nanti keburu dingin. Kita harus bergegas!" ucap Lao Shi.
Semua anggota keluarga tidak ada yang berani menyela, mereka mulai membenamkan kepalanya dan makan dengan cepat. Setelah kenyang, mereka segera berbenah, kemudian satu persatu masuk ke dalam kereta.
"Jinhong, naiklah! Kau bisa duduk dengan kami," ucap Lao Shi. Liu Jinhong terdiam sejenak, merasa tidak enak hati dengan Chu Rong dan Chu Wentian.
"Masuklah! Kami akan bergantian untuk membawa kereta kuda," ucap Chu Rong, Liu Jinhong akhirnya menurut, dia segera masuk ke gerbong kereta dan duduk di samping Lao Shi.
Kereta kembali melaju dengan kecepatan sedang, semua anggota keluarga mengobrol dengan santai. Namun tiba-tiba saja mata Liu Jinhong menyipit, ujung telinganya bergerak-gerak.
"Ayah! Hentikan kereta kudanya!" ucap Liu Jinhong. Chu Rong terlihat kaget, dia segera menarik tali kekang kudanya.
"Ada apa?" semua orang terlihat sangat heran dengan perubahan pemuda itu, hanya Chu Haitang yang sudah terbiasa, dia mulai mempersiapkan panah lengan.
"Ayah, kakak laki-laki, masuklah ke dalam gerbong kereta! Biarkan Jinhong yang melanjutkan!" ucap Chu Haitang, ucapannya terdengar sangat tegas.
"Biarkan Jinhong beristirahat, ayah dan kakak laki-laki masih bisa melakukannya." ucap Chu Rong, namun Liu Jinhong segera menyela.
"Ayah, ada penyergapan di depan, 20 orang pria berpakaian hitam, mereka bersembunyi di balik pepohonan dan berniat untuk merampok."
Chu Rong dan Chu Wentian terlihat sangat kaget, hanya ada tiga orang laki-laki dalam keluarga mereka. Untuk berhadapan dengan para perampok, merupakan hal yang sangat sulit dilakukan.
Chu Haitang dan Liu Jinhong segera turun dari kereta, keduanya mendesak Chu Rong dan Chu Wentian untuk segera masuk ke gerbong. "Jangan khawatir, kedua serigala besar itu bisa melindungi kalian. Ayah, kakak, cepatlah naik!"
Chu Rong menatap putri dan putra angkatnya itu dengan rumit, dia ingin menolak, namun sadar bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk bertempur. Sejak kecil dia hanya tahu cara berburu, namun tidak pernah sekalipun menggunakan kemampuannya untuk berperang dengan orang lain.
Akhirnya mereka masuk ke dalam gerbong kereta, Chu Haitang dan Liu Jinhong duduk di depan mengendalikan kuda itu dengan tenang.
"Arah jam 3, membusur 2 titik ke kiri!"
"Arah jam 10, renggangkan serangan dalam 10 cm!"
"Arah jam 1, 3 orang. Bidik sedikit lebih atas!"
"Arah jam 11, gunakan jarum yang lebih tipis!"
Semua orang yang duduk di dalam gerbong kereta mendengarkan instruksi yang diberikan oleh pemuda itu, Liu Jinhong memiliki ketajaman panca indera yang tidak sama dengan orang lain, dia bahkan mengetahui persembunyian musuh dengan sangat jelas.
Chu Haitang bergerak cepat, mengatur posisi panah lengannya dengan presisi, dia membidiknya sesuai arahan. Dalam sekejap, terdengar beberapa kali suara benda jatuh, membuat orang-orang yang berada di dalam gerbong kereta menggigil ketakutan.
"Arah depan, bersiaplah untuk penyergapan. 12 orang perampok bersenjata!" ucap Liu Jinhong, dia segera memberikan kendali kereta pada Chu Haitang, sementara dirinya mengeluarkan sebilah pedang dari ruang penyimpanan, kemudian melompat dan langsung berhadapan dengan orang-orang itu.
Trang...
Trang...
Trang...
Suara pedang berbenturan, membuat siapa pun yang mendengarnya merasa ngilu. Seluruh anggota keluarga Chu menahan nafas mereka dengan susah payah.
"Jinhong! Di belakangmu!" teriak Chu Haitang, dia melemparkan sebilah belati dari balik pakaiannya dan langsung menancap di punggung perampok itu.
Bruk!