Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Baru
Setelah pertemuan dengan Sandra. Di sebuah grup WhatsApp, teman-teman Langit sedang berbincang santai, tetapi topik berubah menjadi usaha mereka untuk membantu Langit melupakan masa lalunya. Mereka mengusulkan ide kencan buta.
"Ngit, gue punya teman cewek yang cantik, cerdas, dan single. Kenapa lo nggak coba kenalan? Lumayan buat refreshing pikiran." tawar Leo
"Thanks, Leo, tapi gue nggak tertarik buat kencan sekarang." balas Langit.
"Ngit, lo harus coba. Lo nggak bisa terus-terusan stuck di tempat yang sama. Lo butuh ruang untuk lihat ke depan." ucap Raffi.
"Iya, Ngit. Gue udah atur semuanya. Dia seru, lo pasti bakal enjoy. Nggak ada salahnya nyoba, kan?" jelas Leo
Langit membaca percakapan itu dengan sedikit ragu. Setelah beberapa saat berpikir, ia akhirnya mengetik balasan.
"Oke, gue coba. Tapi kalau gue nggak cocok, jangan salahin gue." jawab Langit.
"Yes! Gue janji, lo nggak bakal nyesel." janji Leo
Percakapan itu berakhir dengan teman-teman Langit merasa lega karena ia akhirnya mau mencoba kencan buta. Mereka semua berharap Langit bisa menemukan kebahagiaan yang baru.
Keesokan harinya, setelah kembali dari honeymoon, Damar mengajak Sandra untuk bertemu dengan teman-temannya di sebuah kafe. Suasana ramai dengan suara obrolan dan tawa. Sandra duduk di samping Damar, merasa sedikit canggung karena tidak begitu akrab dengan teman-teman suaminya. Damar, di sisi lain, terlihat santai dan percaya diri.
"Bro, akhirnya gue bisa balik nongkrong lagi setelah seminggu penuh di Bali. Tapi serius, itu honeymoon paling gila yang pernah gue bayangin." goda salah satu Teman Damar.
"Ya iyalah, lo baru nikah, Mar. Honeymoon pasti spesial, dong. Jadi ceritain, apa aja yang lo lakuin di sana?" sambung yang lainnya.
"Well, di sana tuh kita bener-bener nikmatin semua. Mulai dari makan seafood di tepi pantai, main di wahana air, sampai liat sunset tiap hari. Gue nggak nyangka Bali bisa sebagus itu, bro." Jelas Damar.
"Wah, pasti tiap hari romantis, ya. Tapi jujur aja, Mar. Ada momen ‘panas’, kan?" tanya yang lainnya.
Sandra yang sedang meminum jusnya langsung tersedak sedikit, lalu mencoba menenangkan diri. Ia merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini.
"Ya jelas, lah. Namanya juga honeymoon. Nggak mungkin cuma jalan-jalan doang, kan? Hahaha!" jawab Damar
Semua teman-temannya tertawa, sementara Sandra hanya tersenyum tipis, jelas merasa canggung. Namun, topik itu malah semakin berkembang.
"Wah, so sweet banget. Terus gimana, Sandra? Lo enjoy nggak di sana? Damar nggak bikin lo capek kan, hahahaha." tanya Dimas.
"Iya, seru kok. Bali memang indah. Kita banyak eksplor tempat-tempat yang bagus." jawab Sandra.
"Aduh, jawabannya terlalu umum, Sandra. Kita nggak ngomongin tempatnya, kita ngomongin... ya, lo tahulah. Bagian romantisnya." desak Raka, salah satu teman Damar.
Sandra menunduk, menggenggam gelas jusnya lebih erat. Damar menyadari kecanggungan Sandra, tetapi ia tetap membiarkan percakapan itu berlangsung, bahkan menambahkan sendiri.
"Udah, Rak. Jangan bikin Sandra malu. Tapi gue kasih bocoran deh—honeymoon gue dan Sandra lebih dari sekadar romantis. Hahaha!" jawab Damar.
"Damar mah kayaknya romantis banget kalau sama Sandra. Eh, gue liat story kalian. Itu foto kalian pake masker wajah di hotel, bikin ngakak!" timpal lainnya.
"Ah, itu lucu banget. Gue pikir kita bakal keliatan keren, tapi malah kayak panda dan kelinci hahaha. Tapi ya, kita enjoy aja." jelas Damar.
Di seberang meja tempat mereka berkumpul ada sosok perempuan yang sedang menunggu seseorang. Ya itu Kayla, teman Leo yang ingin bertemu dengan Langit. Lalu tak berselang lama, Langit datang, ia merasa sedikit canggung, tetapi berusaha untuk tetap tenang.
"Hai, lo pasti Langit. Gue Kayla. Leo banyak cerita soal lo." Kayla membuka pembicaraan.
"Hai, Kayla. Iya, gue Langit. Maaf kalau gue kelihatan agak kaku, ini pertama kalinya gue ikut yang kayak gini." jelas Langit.
"Nggak apa-apa. Sama kok, gue juga baru pertama kali." timpal Kayla.
Percakapan mereka berjalan perlahan, tetapi mulai terasa nyaman. Kayla ternyata adalah perempuan yang cerdas dan humoris, sehingga Langit mulai merasa lebih santai. Mereka berbincang tentang banyak hal—dari pekerjaan hingga hobi mereka. Namun, suasana ini berubah ketika Langit menyadari keberadaan orang yang tak terduga di kafe itu.
Di meja lain, Sandra sedang duduk bersama teman-temannya, termasuk teman-teman Damar. Mereka sedang mengobrol santai ketika salah satu teman Damar melihat Langit duduk bersama Kayla di sudut kafe.
"Eh, itu kan Langit. Dia lagi duduk sama cewek, tuh!" ucap Dimas.
Sandra, yang sedang menyeruput jusnya, terdiam sejenak ketika mendengar nama Langit. Ia menoleh perlahan dan melihat Langit berbincang santai dengan Kayla. Tatapannya sedikit melunak, tetapi ia segera mengalihkan pandangannya untuk menghindari perhatian.
"Sandra, lo harus bersyukur, deh. Lo punya Arman, yang sekarang udah sukses dan jadi calon ayah. Lihat tuh Langit, udah move on. Dia bahkan udah punya cewek lain sekarang." sindir Raka.
Sandra menatap temannya dengan raut wajah bingung, tetapi memilih diam. Sementara itu, Langit yang menyadari keberadaan mereka, mencoba tetap tenang meskipun suasana mulai terasa tidak nyaman. Kayla melihat perubahan ekspresi Langit dan mencoba mencairkan suasana.
"Lo nggak apa-apa? Kayaknya lo tiba-tiba jadi tegang." tanya Kayla.
"Nggak apa-apa. Gue cuma nggak nyangka ketemu orang yang gue kenal di sini." jawab Langit.
Langit berusaha melanjutkan percakapannya dengan Kayla, tetapi teman-teman Damar terus memandang mereka dengan tatapan penuh sindiran. Salah satu dari mereka bahkan berbicara cukup keras sehingga Langit dan Kayla bisa mendengarnya.
"Langit bener-bener cepet move on, ya. Baru beberapa bulan lalu gue lihat dia kayak galau, sekarang udah punya pasangan baru." sindir salah satu teman Damar.
Langit tetap diam, mencoba mengabaikan komentar itu. Sandra, yang merasa tidak nyaman dengan situasi ini, akhirnya berbicara kepada teman-temannya.
"Udah, cukup. Nggak usah ngomongin hal yang nggak perlu." larang Sandra.
Teman-teman Damar terdiam sejenak, tetapi masih saling melirik dengan senyuman kecil.
Suasana di kafe semakin tidak nyaman bagi Langit setelah komentar sinis dari teman-teman Damar. Ia tidak ingin membuat Kayla merasa canggung, apalagi meninggalkan kesan buruk pada pertemuan pertama mereka. Dengan cepat, Langit memutuskan untuk berpindah tempat.
"Kayla, gimana kalau kita pindah ke kafe lain? Di sini terlalu ramai, gue pikir kita bisa ngobrol lebih santai di tempat lain." tawar Langit.
"Ide bagus. Gue juga nggak nyaman kalau suasananya kayak gini." jawab Kayla
Langit berdiri dan dengan sopan membantu Kayla berdiri dari kursinya. Ketika mereka hendak keluar, Langit dengan refleks menggandeng tangan Kayla untuk membimbingnya melewati kerumunan. Tanpa disadari, Sandra yang masih duduk di meja bersama teman-temannya memperhatikan momen itu. Matanya tertuju pada tangan Langit yang menggenggam tangan Kayla.
"Lo lihat itu, San? Langit udah move on beneran. Dia bahkan udah nyaman banget sama cewek barunya." Raka memperkeruh situasi
"Kayaknya bener kata gue. Lo harus bersyukur punya Arman. Lihat tuh Langit, dia udah lupa sama lo." sambung Raka.
Sandra, yang awalnya terdiam, memilih untuk tidak bereaksi. Namun, komentar teman-temannya semakin membuat suasana tidak nyaman.
"Udah, nggak usah ngomongin Langit lagi. Ini hidupnya, biarin dia bahagia." ucap Sandra.
Namun, saat Damar tiba dari toilet, teman-temannya langsung memanfaatkan situasi untuk memprovokasi.
"Mar, lo tahu nggak? Langit barusan pergi sama cewek. Dia kelihatan udah punya pasangan baru. Sandra harusnya lebih lega sekarang, kan?" sindir Dimas
"Bagus kalau dia udah move on. Gue nggak pernah khawatir soal itu. Dari awal gue udah menang. Sekarang gue dan Sandra yang bakal hidup bahagia." jawab Damar.
Damar menatap Sandra dengan tatapan puas, seolah ingin memastikan bahwa Sandra tidak lagi berpikir tentang Langit. Namun, Sandra hanya menunduk, merasa canggung dengan situasi ini. Damar melihat kesempatan untuk meyakinkan Sandra bahwa Langit benar-benar telah melupakannya. Dengan tatapan puas, ia berbicara kepada teman-temannya dengan nada penuh kemenangan.
"Gue seneng kalau Langit udah bisa lanjut. Itu artinya dia sadar bahwa nggak ada gunanya terus nunggu sesuatu yang nggak mungkin." ucap Damar
"Sandra, kamu lihat sendiri kan? Langit udah jalan sama cewek lain. Ini bukti kalau dia udah nggak peduli sama kamu lagi. Jadi kamu nggak perlu ragu soal kita. Aku yang ada buat kamu sekarang." Damar sedang berusaha mencuci otak Sandra.
Sandra hanya diam, merasa situasi ini semakin tidak nyaman. Meskipun ia tidak ingin mengakui, ada perasaan aneh di hatinya saat melihat Langit pergi bersama Kayla. Namun, ia memilih untuk mengabaikan perasaan itu dan mencoba menunjukkan sikap netral di depan Damar.
"Aku nggak pernah ragu soal kita, Mas. Kamu tahu itu." timpal Sandra.
Damar tersenyum puas, merasa bahwa rencananya berhasil. Sementara itu, teman-temannya terus membicarakan Langit dan Kayla, memastikan bahwa cerita tentang pertemuan itu akan menjadi bahan gosip di lingkaran mereka.
Sementara itu, Langit dan Kayla sudah tiba di kafe lain yang lebih tenang. Kayla duduk dengan nyaman, berusaha mencairkan suasana yang sebelumnya tegang. Langit, meskipun masih terlihat sedikit terpengaruh oleh kejadian di kafe sebelumnya, mencoba tetap ramah.
"Langit, lo nggak perlu merasa nggak enak soal tadi. Gue ngerti kok. Kadang ada momen yang nggak terduga." ucap Kayla.
"Thanks, Kayla. Gue cuma nggak mau bikin lo nggak nyaman. Harusnya gue lebih siap untuk situasi kayak tadi." balas Langit.
"Gue malah salut lo tetap tenang. Lo tipe orang yang nggak gampang marah, ya?" kagum Kayla.
Percakapan mereka mulai mengalir lebih lancar. Langit merasa sedikit lega bisa berbincang dengan Kayla tanpa gangguan. Kayla, dengan sifatnya yang santai, berhasil membuat Langit lebih rileks dan bahkan sedikit tertawa dengan lelucon kecilnya.
Misal.
"Aw, rasanya nyeri sekali. Walaupun ini bukan yang pertama kali, tetap saja rasanya sakit. Dia terlalu kasar di atas ranjang," ucap Sandra bla bla bla.
mmpir juga ke ceritaku yg "Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen"
tolong mampir lah ke beberapa novel aku
misal nya istri kecil tuan mafia