Arra sangat tahu bahwa pernikahannya dengan Erzan Harold hanyalah sebuah kontrak pernikahan.
Untuk mendapatkan kehidupannya kembali, dia meninggalkan putrinya yang baru lahir dan mengganti wajah serta identitasnya.
Arra kira hubungan mereka berakhir malam itu, namun siapa sangka tuan muda Harold terus mencarinya.
Mampukah Erzan menemukan Arra? bukan hanya demi Eleanor anak mereka, tapi juga dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FLW BAB 14 - Tertawa Sendiri
Di dalam kamar Eleanor.
Erzan terus menggendong sang anak meski dia sendiri belum memakai baju. Masih dengan dadanya yang polos dia menenangkan anaknya.
"Maaf Tuan, anda bisa memberikan baby El jika ingin memakai baju dulu," ucap Hera, dia memberanikan diri untuk buka suara.
"Tidak perlu, aku akan menunggu matahari terbit dan setelahnya berjemur dengan Eleanor." jawab Erzan dingin, saat mengatakan itu Bahkan dia tidak menatap kepada Hera dan Anya yang berdiri di belakangnya.
"Dan satu lagi, aku membayar kalian mahal bukan untuk membuat anakku menangis. Jadi beranikanlah diri kalian untuk melawan siapa pun yang mendekati anakku, termasuk dengan kedua orang tuaku."
"Baik Tuan," jawab Hera dan Anya bersamaan.
Setelahnya mereka berdua keluar, memberikan waktu dan tempat untuk ayah dan anak ini.
Erzan terus menatap Eleanor, semakin dia tatap semakin membuatnya ingat akan Arra.
Di awal kehamilan, Arra ingin menggugurkan El. Dia terpaksa menggunakan ancaman untuk menghentikan aksi nekad wanita itu, wanita yang sudah dia nikahi secara diam-diam.
Erzan bahkan terus membentak Arra agar membuat wanita itu patuh.
Namun hingga 4 bulan mereka bersama, Arra masih saja selalu membantah. Arra menolak makanan apapun. Tak jarang membuat Arra jadi sakit sendiri.
Erzan sangat marah, akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah dan menyerahkan penanganan Arra pada semua pembantunya.
Semenjak dia pergi, Arra malah jadi mau makan. Arra juga jadi sering berjalan keliling rumah, tidak selalu mengurung diri di kamar seperti saat dia tinggal bersama Arra.
Melihat perubahan baik pada Arra, akhirnya Erzan memutuskan untuk tidak pulang.
Dia hanya terus mengawasi Arra dari kejauhan.
Selama 5 bulan itu mereka tidak pernah bertemu sekalipun, hingga akhirnya Arra melahirkan.
Namun setelah bayi mereka lahir, Arra malah pergi meninggalkan dia dan Eleanor.
Erzan termenung, sampai akhirnya sebuah suara alarm membuyarkan lamunannya. Alarm itu adalah tanda bahwa baby Eleanor harus segera dijemur dibawah hangatnya matahari pagi.
Erzan melepaskan bedong yang melilit Eleanor, lalu membawa sang anak untuk keluar. Membuka pintu balkon kamar dan langsung bertemu dengan cahaya matahari.
"Hem, bukankah ini sangat hangat El, terasa sangat nyaman bukan?," ucap Erzan, sesuatu hal yang selalu dia lakukan jika dekat dengan sang anak, yaitu mengajaknya untuk bicara.
Erzan ingin Eleanor tahu, bahwa dia akan selalu ada. Tidak ingin membuat anaknya merasa kesepian setelah kepergian Arra.
Dilihatnya sang anak yang menggeliat, juga berulang kali mengerjabkan mata seperti kesilauan, padahal Erzan tidak menghadapkannya langsung pada matahari.
"Apa mau pakai kaca mata? tapi daddy rasa tidak perlu. Ini tidak akan lama El, hanya 10 menit," ucap Erzan lagi.
"Setelah ini minum susu lagi dan tidur lah, bangun-bangun sudah besar, hahahaha." Erzan tertawa sendiri. Mencoba bahagia meski hatinya tengah merasa gundah.
Rasanya kebahagiaan ini tidak lengkap jika tanpa Arra. Erzan bahkan merasa, jika Eleanor begitu merindukan ibunya.
"El, mommy mu pergi karena marah pada Daddy, bukan karena tidak menginginkan mu. Ingat itu ya?"
Eleanor diam saja, malah sekarang Eleanor seperti mau tidur. Cahaya hangat ini benar-benar membuat Eleanor merasa nyaman, seperti pelukan seorang ibu.
Sementara Erzan kembaki melamun, ketika sebuah nama terbesit di dalam otaknya.
Austin.
Mengingat itu Erzan sangat yakin, jika Arra pasti akan menemui kakaknya.