NovelToon NovelToon
PLAY ON

PLAY ON

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tris rahmawati

Auriga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.

Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.

***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Arabella?

Mahendra dan Abel akhirnya tiba di vila setelah menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam dari ibu kota.

Vila ini adalah salah satu properti keluarga yang penuh kenangan, terutama bagi Abel. Saat masih SD, Abel sering menghabiskan waktu di sini bersama Mahendra. Dua vila lainnya di kawasan ini biasanya disewakan, tetapi vila ini yang berlokasi di area yang lebih tenang sering menjadi tempat mereka berlibur, terutama karena Abel menyukai suasana sejuk dan dulu banyak anak-anak kampung di sana yang jadi teman main Abel.

Setelah turun dari mobil, Abel langsung membawa Pretty, kucing peliharaannya, ke halaman. Ia membiarkan Pretty bermain bebas di rumput hijau yang luas, sambil sesekali mengawasi hewan itu dari kejauhan.

Abel tersenyum kecil melihat Pretty melompat-lompat mengejar dedaunan yang jatuh tertiup angin.

Sementara itu, Mahendra berjalan ke arah penjaga vila, seorang pria paruh baya bernama Pak Asno yang sudah bekerja untuk keluarga Mahendra selama bertahun-tahun.

Mereka berjabat tangan hangat, lalu Mahendra mulai menanyakan kabar dan keadaan vila selama beberapa waktu terakhir.

“Gimana, Pak Asno? Semua aman di sini?” tanya Mahendra sambil melirik sekitar.

“Alhamdulillah aman, Pak Mahen. Tapi seminggu lalu ada tamu yang komplen soal listrik di vila yang disewakan. Udah saya cek, kabelnya harus diganti. Laporan sudah saya kirim ke kantor, mungkin perlu teknisi buat benerin,” jawab Pak Asno sambil menggaruk kepalanya.

Mahendra mengangguk sambil memasukkan tangannya ke saku. “Baik, nanti saya urus itu. Kalau vila ini, nggak ada masalah, kan?”

“Nggak ada, Pak. Semua terawat. Saya juga rajin bersihkan biar sewaktu-waktu kalau bapak mau pakai, langsung siap.”

Sementara Mahendra berbincang, Abel masuk ke dalam vila. Ia langsung menuju toilet untuk mencuci tangan dan membasuh wajahnya setelah perjalanan panjang.

Vila itu masih terasa seperti dulu sejuk, dengan suasana damai yang mengingatkannya pada masa kecilnya. Tapi ada sesuatu yang berbeda yaitu kawasan vila itu terasa lebih sunyi, lebih kosong dari yang ia ingat.

Keluar dari toilet, Abel berjalan menuju ruang tamu yang besar, memandang dinding-dinding kayu yang penuh cerita. Ia menghela napas panjang sambil tersenyum kecil. “Ah, udaranya masih sama. Tapi teman-temanku di sini pasti udah pada besar dan nggak di sini lagi mungkin,” gumamnya pelan.

Tak lama kemudian, Mahendra masuk ke vila, menutup pintu di belakangnya. “Arabella, semuanya aman di sini. Masih betah, kan?” tanyanya dengan nada hangat.

“Iya, Pa. Betah banget. Pretty aja betah main di luar,” jawab Abel sambil menunjuk ke arah jendela, di mana Pretty tampak masih asyik mengejar daun-daun di halaman.

Mahendra tersenyum lega. “Baguslah. Sebentar lagi teman Papa, akan datang ke sini. Papa mau tunjukin vila ini ke dia katanya dia tertarik mau beli yang di blok sana. Tolong siapin belanja kita ya, nggak enak kan ada tamu nggak di hidangin apa-apa."

Abel mengangguk sambil tersenyum. “Oke, Pa. Aku lihat Pretty dulu, siapa tahu dia lari ke Vila orang lain.”

Sambil berjalan keluar, Abel berpikir teman papa yang mana? Bukan Auriga kan?

Sambil melangkah keluar, Abel berpikir dengan penuh tanda tanya, “Teman Papa yang mana, ya? Jangan-jangan... bukan ah pasti bukan dia.” Hatinya berdesir, tak bisa menahan spekulasi yang perlahan mengusik pikirannya.

Auriga.

Nama itu membuat napas Abel terasa sedikit berat. Yang Abel tahu Auriga lebih suka tinggal di luar Indonesia, tapi bagaimana jika benar itu dia? Dan bagaimana jika dia membelikan Vila itu untuk Sahara dan anaknya?

Abel menelan ludah. Rasanya getir membayangkan hal itu. “Kalau benar untuk Sahara, artinya dia membelikan vila ini untuk mereka, melanjutkan hubungan yang tidak seharusnya lagi ada,” pikirnya, mencoba menahan rasa sedih yang tak terhindarkan. Namun, apa yang bisa ia perbuat? Perasaan seseorang tak bisa diatur.

Namun, betapa bodohnya ya, bodoh sekali—jika Auriga memilih mencintai wanita yang sudah bersuami dan memiliki anak. Abel tak habis pikir. “Apa yang membuat dia begitu tergila-gila pada Sahara?” pikirnya, mencoba mencari jawaban di benaknya sendiri.

Abel tahu, Sahara tentu jauh lebih sempurna. Wanita dewasa, cantik, anggun, dan punya kehidupan yang mungkin terasa menarik bagi Auriga tidak seperti dia yang hanya bocah kecil yang baru selesai SMA dan belum jadi apa-apa.

Tapi Abel tidak mau larut dalam rasa rendah diri. Tidak lagi.

Abel menarik napas panjang. Ia bertekad untuk menjadi lebih baik meriah masa depan setinggi mungkin, tapi kali ini bukan untuk Auriga atau siapa pun. Ia ingin melakukannya untuk dirinya sendiri. Ia ingin menjadi versi terbaik dirinya bukan untuk membuktikan sesuatu pada siapa pun, tapi untuk dirinya.

“Aku pastikan, nanti akulah yang akan dikejar-kejar. Tidak lagi bodoh mengejar seseorang yang jelas tidak melihatku,” gumamnya pelan dengan semangat yang membara di dadanya. Abel tersenyum kecil sambil melangkah menuju dalam Villa membiarkan Pretty yang masih bermain di halaman, membiarkan angin vila yang sejuk menenangkan pikirannya.

Beberapa saat kemudian.

Di dalam vila, Abel sibuk mengemasi belanjaan yang ia dan papanya bawa tadi. Beberapa stok minuman dan makanan ia masukkan ke lemari pendingin. Vila ini tidak memiliki pembantu tetap, hanya ada jika ada acara khusus papa, barulah membawanya dari rumah, sebab tempat itu juga tidka di tinggali sudah lama sekali.

Lagipula, ada tamu yang akan datang. Tidak mungkin papanya membiarkan tamunya tanpa persiapan apapun dan tanpa suguhan.

Suasana vila itu tenang, hanya ada bunyi langkah Abel yang sesekali terdengar. Namun, kesibukan kecilnya terhenti ketika telepon vila yang terletak di dekat ruang makan tiba-tiba berbunyi. Abel mengangkatnya tanpa berpikir panjang.

“Ya, halo?” tanyanya.

“Mbak Abel, ini kucingnya lepas ke depan. Masuk ke mobil tamu bapak dan nggak mau keluar. Temannya bapak malah hampir dicakar, waktu coba keluarin dari mobil,” kata suara satpam di ujung telepon.

Abel menahan tawa kecil. Pretty memang sedang rewel beberapa hari ini. Kucing yang sudah ia rawat sejak kecil itu semakin tua dan gampang berubah suasana hati.

“Oh iya, Pak. Aku keluar sekarang. Jangan sampai kucing aku lari jauh, ya.”

“Siap, Non.”

Abel meletakkan gagang telepon dan langsung melangkah menuju pintu belakang. Namun, ketika ia keluar dan melihat sosok pria yang berdiri di dekat mobil itu, tubuh Abel mendadak mematung.

Auriga.

Pria itu berdiri di sana, mengenakan kemeja kasual, menatap ke arah mobilnya dengan wajah setengah kesal. Tapi tatapan Auriga segera berubah menjadi kaget ketika ia melihat kucing yang ia coba tangani berlari ke arah seseorang di depan Vila.

Abel mendadak merasa sesak. Jadi benar, teman papanya yang datang adalah Auriga. Jadi benar, dia datang untuk membeli vila ini. Apa mungkin vila yang pernah ia kenang sebagai tempat masa kecilnya akan menjadi milik pria itu untuk kekasihnya?

Sambil menahan napas, Abel memanggil Pretty. Kucing itu langsung berlari ke arahnya, seolah tahu Abel sedang marah karena ulah nakalnya.

Abel memeluk Pretty erat, menunduk sejenak untuk menyembunyikan wajahnya yang bingung.

Auriga, di sisi lain, masih berdiri terpaku. Ia memandang Abel, tapi dalam pikirannya, ia melihat sesuatu yang lebih membingungkan. Sosok gadis muda itu dengan rambutnya yang tergerai, wajah polosnya, dan berusaha mengambil kucingnya.

Ana?

Auriga merasakan jantungnya berdetak kencang. Apakah dia sudah tidak waras? Apakah pencariannya akan Ana membuat pikirannya mulai memproyeksikan wajah Ana itu ke siapa pun yang dia temui?

Tidak Tapi, gadis ini... dia tampak bukan Ana. Gaya bicaranya, cara berpakaiannya, bahkan sikapnya jelas bukan Ana.

“Itu Mbak Abel,” ujar satpam yang berdiri di dekatnya, membuat Auriga tersadar.

"Pretty,” ujar Abel sambil mengusap kucingnya yang mengeong pelan. “Kenapa kamu malah masuk ke mobil orang, uuh nakal ih?”

Langkah Auriga terhenti di tengah pekarangan vila Mahendra. Di depannya, seorang gadis sedang menggendong seekor kucing berbulu putih di depan vila.

Rambutnya yang panjang tergerai, matanya besar dengan sorot yang begitu familiar. Ana? Ulangnya. Jantungnya berdebar kencang, antara terkejut dan bingung.

Ia melangkah perlahan, mendekati gadis itu untuk memastikan bahwa ini bukan halusinasi. Semakin dekat langkahnya, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang berbeda. Gadis itu mengenakan kaos oversize dan celana denim pendek, tampak muda dan ceria, jauh berbeda dari Ana yang selalu tampil anggun, dewasa, dan sedikit acuh.

“Arabella, kamu sudah selesai?” suara Mahendra terdengar memanggil dari dalam, membuat gadis itu menoleh.

“Udah pa!” jawabnya dengan senyum lebar, kemudian kembali menggendong kucingnya dengan hati-hati.

Arabella?

Nama itu menggema di dalam kepala Auriga. Tentu saja, ini bukan Ana. Ini anak Mahendra. Namun, bagaimana mungkin wajah mereka begitu mirip? Mata itu, bentuk rahangnya, senyum kecil yang tak sengaja muncul saat ia berbicara dengan kucingnya, semuanya mengingatkan Auriga pada Ana.

Gadis itu mendekat, seolah menyadari tatapan Auriga yang penuh kebingungannya. “Om Auriga, ya? Papa bilang om akan datang,” katanya dengan suara ringan dan ramah. Tidak ada tatapan penuh tanya seperti yang dulu pernah Ana berikan.

Andai Auriga tahu dia sedang berusaha sekuat tenaga membuat dirinya terlihat tidak bereaksi apa-apa.

Auriga tersenyum canggung, berusaha menenangkan detakan aneh di dadanya. “Iya, Arabella atau Abel, kan? Senang akhirnya bertemu.”

“Iya om, Papa di dalam.” Arabella mengangguk, memperbaiki posisi kucing di gendongannya. “Pretty lagi rewel, jadi aku bawa keluar. Maaf kalau tadi dia nggak sengaja ganggu, Om.”

Auriga menggeleng cepat. “Nggak, nggak sama sekali.”

Tapi dalam hatinya, kegelisahan terus bergemuruh. Apa dia sudah gila? Apakah ia mulai melihat Ana dalam sosok orang lain?

"Om? Maaf...papa manggil om. Itu!" Tunjuk Abel sang papa di pintu Villa yang memanggil Auriga tapi Auriga tidak mendengarkan itu dia masih tercengang dengan segalanya.

"Oh iya terimakasih, Ana... ah maksudnya Arabella..." Jawabannya gugup menggaruk dahinya berjalan pergi meninggalkan gadis itu.

***

Sebelum berangkat ke Vila. Auriga seperti biasanya dia mampir ke minimarket mencari sesuatu untuk di perjalan, bisa-bisanya di sana dia bahkan terfokus pada deretan Lolipop di meja kasir, seakan punya kenangan akan itu.

Auriga merasa aneh setelah perginya Ana, dia seolah kehilangan tanggung jawab yang sebenarnya sudah membuat dia terbiasa. Obat Ana bahkan masih ada beberapa buah di dashboardnya, benda-benda itu ketinggalan di sana.

1
Herlinawati Ana
mau diapain Kapasnya Om wkwkwk
Herlinawati Ana
kekuatan besar didalamnya adalah Cinta....
Herlinawati Ana
nungguin bom waktu aja kpan semua trungkap dan.... semua kebingungan,kerunyaman, kerumitan hanya ada 1 Alasan dari semua itu karena rasa CINTA Abel yg amat sangat besar utkmu Auriga 😍
Laily
duhh.. akankah auriga membenci arabellah, setelh terungkap semua

next akak tris 🙏
💪💪
Yeni ning
Auriga curiganya kemana”…
Padahal masalah sepele “Cintq…
Huhuhu jadi ga sabar up kak 🥰🥰
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
simple sih om Au alasan Arabella begitu, karna dia suka sama dirimu 🤣🤣
Sabarina_Dewi
om ganteng mau ngapain ya
serem
timakasi tris rahma 😘
Nanysetyarsi24 Nanyse24
aq dukung kdk tris 👍🥳
Nanysetyarsi24 Nanyse24
masuk.ke petualangan Abel 🤩
likerain_1308
duh...ikutan deg2an... gimana kalo sampe ketahuan, klo ana adl arabella...🤦‍♀️....makasih up nya mb tris 😍🙏
Ayu: krya ka tris ga pernah gagal, huhu.. sllu bikin deg2an.

semangat up nya ka tris😘
total 1 replies
siska oktaviana
ayo Om cari tau terus...
🌜melody 🌛
pastilah bel ,ga munkin auriga diam aja pasti nyari tau dia
Naaaaa
lanjuuttt kk
Abi 123
ih.... jadi mellow
Indah Wirdianingsih
abel pura2 hilang ingatan
Abi 123
makin seru kak..... gara2 obat tidur jdi bisa deket2 ma om ganteng
Indah Wirdianingsih
lanjut kak tris, om riga penasaran sama si abel
Suwastika
hayo loh bel....
km ketauan....
Ummu Jihad Elmoro
pisahin sementara mereka, Kak Tris, biar makin klepek2 merindu tuh si babang riga.. hihi
Laili Untari
nah pikiran om semrawut🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!