Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Andini datang
Purnama duduk di kursi nya dengan keadaan pintu terbuka lebar seolah memang ada yang sedang dia tunggu kedatangan nya, mata tidak lepas menatap pintu dan sama sekali tidak berkedip walau sekali pun karena sekarang dia sudah memakai mata ular yang berwarna merah pekat seperti darah yang sangat segar sekali.
Ini memang mata asli dia karena mata ular seperti ini, Purnama yakin bahwa sosok yang bangkit itu akan datang untuk menemui nya. entah dengan maksud minta tolong atau minta untuk Purnama jangan mencampuri urusan nya, dia mati melahirkan dengan cara sadis sehingga sudah pasti arwah nya akan sangat jahat sekali pada orang orang meski yang tidak bersalah sekali pun.
"Ku mohon datang lah temui aku, jangan buat aku yang mengejar mu!" harap Purnama sejak tadi.
Masalah nya dia takut bila Andini langsung bertindak sendiri dan gegabah pula, yang membuat santet bukan lah orang sembarangan sehingga nanti bila di datangi malah takut nya arwah Andini yang akan musnah di buat pelaku.
Keadaan rumah sudah sangat sepi karena memang cuma Purnama sebagai manusia yang tidak datang kerumah Andini, kalau member nya tentu saja ada dan mereka sudah di kasih kode agar diam untuk sementara. bila berani macam macam, sudah pasti akan habis di amuk oleh Purnama.
Hingga pada akhir nya yang di tunggu pun datang berupa gumpalan asap berwarna hitam, Purnama masih memperhatikan dan juga merasakan energi dari arwah nya Andini. memang manusia yang mati karena di santet arwah nya sangat lah jahat, sebab mereka tidak terima dengan kematian yang mendadak saja datang nya
"Aku menunggu mu cukup lama!" Purnama menatap Andini yang penampilan nya sangat rusak.
Perut bolong besar hingga menampakan seluruh organ, sedangkan mata menyala berwarna merah pekat. satu hal yang sangat mencolok dari hadir nya Andini, bekas telapak kaki nya meninggal kan ceceran darah segar seolah darah nya menggenang banyak dari bekas luka bagian perut.
"Purnama, aku kesakitan di buat oleh orang itu!" Andini berkata dengan suara serak.
"Kau tau siapa orang tersebut?" tanya Purnama menahan bau bangkai yang sangat menusuk hidung.
"Oleh sebab itu aku datang untuk menemui mu." jawab Andini.
"Aku sudah takut bahwa kau akan mencari nya sendiri dan balas dendam sendiri lada dia, untung lah kau datang." Purnama mendesak lega.
"Tapi aku datang untuk memohon padamu agar memberi ku izin, aku tidak ingin kau mencari siapa pembunuh ku! biar lah aku sendiri yang mencari, dan aku sendiri yang akan bertanya langsung pada dia." ucap Andini dengan tangan gemeletak seolah mau patah.
"Jangan, Andini! diam lah dalam agensi ku, aku yang akan mencari nya untuk mu." cegah Purnama.
"Tolong biar kan aku, Purnama!" Andini memohon serius.
Bahkan dengan gerakan yang sangat cepat, tiba tiba saja dia sudah bersujud di bawah kaki Purnama. agar Ratu ular membiarkan diri nya mencari sendiri siapa yang sudah membuat santet, Andini tidak akan puas bila Purnama yang mencari kan orang tersebut.
"Aku mohon padamu, biarkan aku mencari nya dan menangani dia dengan tangan ku sendiri." hiba Andini memegang kaki Purnama.
"Tapi kau tidak akan fokus, Andini! bisa saja kau membunuh orang lain, nanti akan susah untuk membuat mu jadi arwah suci." cemas Purnama kebingungan.
Andini sudah menangis pilu karena dia sungguh memohon agar Purnama memberikan izin untuk dia mencari orang yang sudah membuat santet, pokok nya dia ingin mencati sendiri dan menangani nya sendiri. walau tidak mustahil juga nanti Purnama akan membantu, tapi untuk sekarang dia ingin bekerja sendiri.
"Akan ku izin kan, asal kan kau mau di temani oleh salah satu member ku." tegas Purnama.
"Benarkah? aku boleh membalas kan dendam ku sendiri!" Andini girang mendengar nya.
"Tapi lebih baik bila kau bertapa saja dulu di goa ambar, nanti kau akan memperkuat ilmu agar bisa mengalahkan dia!" nasihat Purnama.
"Itu akan memakan waktu yang sangat lama, bisakah kau membantu ku memberi satu ilmu?" pinta Andini pula.
"Kau melonjak!" geram Purnama membuat Andini agak tersurut mundur.
"Hanya kau yang bisa menolong ku, maka nya saat bangkit aku langsung datang menemui mu di sini." lirih Andini.
Wuuussssh.
Braaaak, Braaaak.
Tubuh yang sudah hancur itu terbanting menghantam lantai dua kali hingga Andini pun menggerang kesakitan, bantingan Purnama sama sekali tidak ada yang menahan. sengaja pula setan satu ini di banting dulu agar Purnama tau sekuat apa dia, bila sudah begitu maka yakin lah dia untuk memberikan ilmu tersebut.
"Ikut aku!" Purnama langsung mengajak kedalam ruangan ghaib nya.
"Eeeghhhk!" Andini menggeliat menahan sakit pinggang.
Ruangan yang di masuki sangat beragam barang nya, mulai dari buku yang berjejer rapi dan sudah pasti bahwa itu buku tentang alam ghaib. lalu ada juga toples yang beriak anek ragam batu warna warni, Andini terpana melihat deretan toples yang memancarkan cahaya itu.
"Duduk di atas batu itu, aku akan memilih kan kekuatan untuk mu." suruh Purnama.
"Tolong jangan musnahkan aku ya." pesan Andini lebih dahulu.
"Bila aku tidak kasihan pada nasib mu, tak akan aku mau menolong mu begini! kau arwah pertama yang langsung ku beri kekuatan, jadi tolong jangan banyak tingkah." pesan Purnama.
"Terima kasih, aku tak akan melupakan jasa mu! setelah nanti aku sudah selesai, maka aku akan mengabdikan diriku padamu." janji Andini.
"Tambah pula member ku yang mati beranak." celetuk Purnama pelan sambil mengambil toples batu berwarna hitam.
Andini sama sekali tidak menjawab karena dia juga tidak peduli, yang lebih penting dia akan punya kekuatan yang nanti nya bisa melawan orang yang sudah jahat pada diri nya. sungguh dia ingin tahu kenapa orang itu bisa setega ini pada dia, padahal seingat nya dia tak pernah menjahati orang.
Purnama yang sudah membuka toples langsung membaca mantra, Andini hanya terdiam menatap nya sambil bersiap karena dari dalam toples itu suara burung gagak sangat berisik seolah berisi ribuan burung, asap hitam keluar dari dalam toples.
"Bagai mana pun sakit nya kau tidak boleh menutup mulut, harus kau tahan." pesan Purnama.
"Akan kah sangat sakit?" tanya Andini mulai gentar.
"Sakit nya melebihi kematian mu, namun kau harus kuat demi dendam mu!" tegas Purnama.
Andini yang di ingatkan lagi dengan kematian nya mulai tegar, pokok nya harus kuat menahan rasa sakit karena ilmu yang akan mau masuk kedalam tubuh nya, dia tidak boleh menyerah bila ingin balas dendam.