NovelToon NovelToon
Gelapnya Jakarta

Gelapnya Jakarta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Preman
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Raka, seorang pemuda 24 tahun dari kota kecil di Sumatera, datang ke Jakarta dengan satu tujuan, mengubah nasib keluarganya yang terlilit utang. Dengan bekal ijazah SMA dan mimpi besar, ia yakin Jakarta adalah jawabannya. Namun, Jakarta bukan hanya kota penuh peluang, tapi juga ladang jebakan yang bisa menghancurkan siapa saja yang lengah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Jaringan Tak Terlihat

Jakarta, meskipun penuh dengan gemerlap kehidupan dan hiruk-pikuk yang tak pernah berhenti, kini terasa lebih dingin bagi Raka, Nadia, dan Pak Hasan. Mereka baru saja meloloskan diri dari bahaya di gedung tua, namun mereka tahu bahwa pelarian mereka tidak akan bertahan lama. Kota ini, yang tampaknya ramah dan terbuka, ternyata menyimpan kekuatan gelap yang tak terbayangkan sebelumnya.

Mereka menyembunyikan diri di sebuah kafe kecil yang terletak di pojok kota. Tempat ini sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang duduk dengan tenang, seolah tak ada yang terjadi. Namun, bagi mereka, tempat ini adalah titik perhentian sementara sebelum mereka melanjutkan pencarian mereka. Ketiganya duduk di sebuah meja dekat jendela, memeriksa dokumen yang mereka temukan di gedung tua.

Raka membuka peta yang mereka temukan dari dalam kotak logam. Ada banyak lokasi yang ditandai dengan simbol-simbol aneh, tetapi satu tempat menarik perhatiannya. Sebuah lokasi di utara Jakarta, di dekat kawasan industri yang sudah lama terbengkalai. Di peta itu tertera nama yang sama sekali tidak mereka kenal, namun ada sebuah angka yang ditulis tangan di bawahnya, 022. Angka ini mungkin hanya sebuah petunjuk kecil, tetapi bagi Raka, ini adalah sinyal bahwa mereka sedang berada di jalur yang benar.

"Ini mungkin lokasi yang bisa kita tuju selanjutnya," kata Raka sambil menunjuk tempat di peta itu.

Nadia memeriksa dengan cermat. "Kawasan industri itu sudah lama tidak digunakan. Biasanya tempat-tempat seperti itu menjadi tempat persembunyian bagi orang-orang yang ingin bersembunyi dari dunia luar."

Pak Hasan, yang sejak awal sudah terbiasa dengan dunia bawah tanah Jakarta, mengangguk. "Betul, di sana banyak tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian. Kita harus berhati-hati, karena bisa saja itu adalah markas mereka."

Mereka menyadari bahwa setiap langkah mereka kini penuh dengan bahaya. Dengan informasi yang mereka dapatkan, mereka semakin dekat dengan jaringan yang mengendalikan Jakarta. Kebenaran yang mereka cari bukan hanya sekadar informasi yang tersembunyi, tetapi juga sebuah jaringan besar yang telah mencengkram kota ini selama bertahun-tahun. Para pemain yang terlibat bukan hanya orang biasa, tetapi orang-orang yang memiliki kekuatan politik, ekonomi, dan bahkan militer. Mereka tidak akan mudah untuk dilawan.

"Jadi, kita berangkat sekarang?" Nadia bertanya, menggenggam tasnya dengan erat.

Raka menatapnya dengan penuh tekad. "Kita harus. Kita tidak punya banyak waktu."

Setelah beberapa menit berunding, mereka memutuskan untuk segera berangkat ke lokasi yang tertera di peta. Meskipun mereka tahu bahwa ini akan menjadi misi yang berisiko tinggi, mereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa mundur. Mereka sudah terlalu jauh untuk berhenti sekarang.

Di luar, suasana kota mulai berubah. Langit yang semula cerah kini mendung, dan gerimis mulai turun perlahan. Jakarta, yang seharusnya cerah dengan cahaya matahari, kini tampak lebih suram. Hujan yang turun membuat jalanan semakin licin, dan mereka bertiga harus lebih berhati-hati dalam setiap langkah mereka.

Setelah beberapa waktu berjalan, mereka tiba di kawasan industri yang dimaksud. Tempat ini jauh dari pusat kota, dan suasananya sunyi sepi. Tidak ada kehidupan yang terlihat, hanya deretan gedung-gedung besar yang sudah lama tidak terpakai. Namun, ada sesuatu yang aneh di sini. Raka bisa merasakan ada sesuatu yang mengintai mereka, sesuatu yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.

Mereka berhati-hati melangkah, mencoba untuk tidak menimbulkan suara. Mereka mengikuti jejak yang ada, berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya, hingga akhirnya sampai di sebuah pintu besar yang terkunci. Di samping pintu, ada sebuah kode keamanan yang terlihat familiar bagi Raka—sebuah kode yang sering dia lihat pada tempat-tempat yang berkaitan dengan organisasi besar. Raka tidak ragu lagi, ini adalah tempat yang mereka cari.

Pak Hasan melihat ke sekitar dengan cemas. "Kita harus masuk diam-diam. Kalau kita ketahuan, kita bisa terjebak."

Raka mengangguk dan mulai memeriksa pintu. Dengan cepat, dia berhasil membuka pintu tersebut menggunakan kode yang dia ingat dari peta. Pintu itu terbuka dengan perlahan, dan mereka masuk ke dalam. Begitu memasuki ruangan, mereka langsung merasa ada sesuatu yang salah. Tempat ini tidak seperti yang mereka bayangkan. Ruangan itu dipenuhi dengan komputer dan alat-alat canggih, serta dokumen-dokumen yang tersebar di sekitar.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di kejauhan. Mereka bertiga membeku. Tak lama kemudian, sebuah suara lantang terdengar dari belakang mereka.

"Jangan coba-coba untuk kabur," kata seorang pria berpakaian serba hitam, dengan wajah yang penuh amarah. Di tangannya, ia memegang senjata api yang diarahkan ke mereka.

Raka dan Nadia langsung menyiapkan diri untuk bertindak, sementara Pak Hasan berusaha untuk tetap tenang. Mereka tidak punya banyak pilihan. Mereka tahu bahwa kalau mereka tertangkap di sini, kemungkinan besar mereka akan hilang tanpa jejak.

"Kenapa kalian berada di sini?" pria itu bertanya, wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan.

"Siapa yang mengirim kalian?" Raka menjawab, berusaha menggali lebih banyak informasi.

Pria itu tersenyum tipis. "Kalian memang berani. Tapi kalian tidak tahu dengan siapa kalian sedang berurusan."

Saat itu, ketegangan di udara terasa semakin berat. Mereka tahu bahwa tidak ada jalan keluar yang mudah. Namun, di saat-saat seperti ini, mereka harus berpikir cepat. Raka melirik ke arah Nadia, dan tanpa berkata apa-apa, mereka bertiga langsung bergerak. Nadia bergerak cepat ke samping, mengambil sebuah pipa besi yang ada di dekatnya dan melompat ke arah pria yang memegang senjata. Serangan mendadak itu cukup mengejutkan, sehingga pria itu kehilangan fokus sejenak.

Pak Hasan segera melancarkan serangan berikutnya, menghantam perut pria itu dengan tasnya yang berat. Raka tidak tinggal diam. Dalam gerakan cepat, dia berhasil mengalahkan pria tersebut dengan satu pukulan telak ke tengkuknya. Pria itu jatuh ke lantai dengan suara gedebuk yang keras, dan tak bergerak lagi.

Mereka bertiga saling berpandangan, saling mengukur apakah mereka telah membuat keputusan yang tepat. Jakarta yang tampaknya luas dan penuh dengan peluang ternyata memiliki banyak wajah gelap, dan mereka semakin jauh terperangkap dalam permainan ini.

Namun, mereka tidak akan mundur. Mereka sudah terlalu jauh.

"Ini belum selesai," kata Raka, suara penuh tekad. "Kita harus melanjutkan ini."

Dengan hati-hati, mereka terus bergerak maju, menyusuri ruangan yang lebih dalam. Setiap langkah mereka membawa mereka lebih dekat kepada kebenaran yang selama ini disembunyikan.

Mereka tahu, jalan yang mereka pilih tidak akan mudah. Namun, mereka sudah tidak bisa kembali. Keberanian mereka untuk terus maju adalah satu-satunya hal yang akan membawa mereka ke tujuan akhir—mengungkapkan kebenaran yang selama ini tersembunyi dalam bayang-bayang kota ini.

Dengan langkah yang lebih pasti, mereka bergerak lebih dalam ke dalam jantung kekuasaan yang tersembunyi di Jakarta. Setiap rahasia yang terungkap semakin menunjukkan betapa besar ancaman yang mereka hadapi. Namun, Raka, Nadia, dan Pak Hasan tahu bahwa untuk mengubah kota ini, mereka harus menembus labirin yang penuh dengan bahaya, pengkhianatan, dan ketidakpastian.

Perjalanan ini baru saja dimulai, dan mereka siap untuk menghadapi segala rintangan yang menghalangi mereka.

1
Irhamul Fikri
kenapa bisa kesel kak
ig : mcg_me
gw pernah hidup kayak gini di bawah orang, yg anehnya dlu gw malah bangga.
hadeh hadeh, kesal banget klo inget peristiwa pd wktu itu :)
ig : mcg_me
semangat Arka
Irhamul Fikri: wah pastinya dong, nanti di bagian ke 2 lebih seru lagi kak
total 1 replies
Aditya Ramdhan22
wow mantap suhu,lanjutkan huu thor
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: siap abngku
total 2 replies
Putri Yais
Ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 2 replies
Aditya Warman
berbelit belit ceritanya
Aditya Warman
Tolong dong tor,jangan mengulang ngulang kalimat yg itu² aja ..boring bacanya...jakarta memang keras...jakarta memang keras...
Heulwen
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Uchiha Itachi
Bikin saya penasaran terus
Zuzaki Noroga
Jadi nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!