Darah yang mengalir di tubuh ku merupakan darah seorang kesatria terkuat yang pernah ada, dan aku pun akan menjadi seperti dia melindungi yang lemah dan menghancurkan kebatilan di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lazuardi aqbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 kultivator
Setelah melawati malam di dalam hutan yang lebat, akhirnya kedua kultivator muda melanjutkan perjalanannya menuju ke desa Batu.
Sore hari, akhirnya mereka berdua sampai ke desa Batu. Sang ibu menyambut hangat kepulangan kedua putranya dari kota, walaupun mereka berdua tak membawa oleh oleh bagi para penduduk desa.
"Maafkan aku ibu, aku tak membawa apapun bagi para penduduk desa," ucap Thien Yu.
"Putraku Feng Yu, Thien Yu, kehadiranmu kembali di desa Batu, merupakan hal yang terpenting bagi ibu dan para penduduk desa," jawab sang ibu.
"Ayo!! kalian makanlah dulu, ibu akan mempersiapkan air panas buat kalian berdua mandi," ucap sang ibu kembali.
Setelah makan, Feng Yu dan Thien Yu berendam di dalam bak yang telah terisi air hangat, dan perbincangan pun terjadi di sana.
"Adik, kau sungguh keterlaluan, memberikan pedang sampah padaku yang kau gembor gemborkan sebagai pedang yang mempunyai kualitas tinggi, melebihi seluruh pedang yang di rumah lelang," ucap Feng Yu.
"Kakak, coba kau lihat belati yang ada di tanganku ini, bukannya belati ini begitu sangat kau hina sebelumnya, apa kau tak merasa jika belati ini merupakan sebuah artefak langit," ucap Thien Yu yang memperlihatkan belati merah darah miliknya kepada Feng Yu.
Feng Yu seakan tersihir oleh keanggunan belati di tangan Thien Yu, setelah tersadar dari rasa kagum atas belati artefak langit yang berada di tangan Thien Yu, akhirnya dia mencerna keadaan yang ada dan berfikir sejenak tentang pedang yang di berikan Thien Yu sebelumnya.
"Jangan jangan pedang yang kau berikan padaku merupakan pedang artefak langit, sama halnya dengan belati yang ada di tangan mu itu!!" ucap Thien Yu tersadar.
Thien Yu hanya tersenyum melihat kepanikan Feng Yu. "Sudahlah kak, jangan kau pikirkan lagi pedang itu, kau telah mencampakkannya berati kau tak suka pemberian dariku waktu itu,
dan sekarang aku telah berubah pikiran, lebih baik aku yang menggunakan pedang itu," ucap Thien Yu.
Mendengar perkataan dari Thien Yu, dengan cepat Feng Yu melompat dari dalam bak air hangatnya, dan memohon pada sang adik agar memberikan pedang artefak langit yang ada padanya.
"Adik di dalam kotak penyimpanan ku ini, terdapat koin emas sebanyak 8000 koin emas, dan aku ingin koin emas ku itu di tukar dengan pedang artefak langit yang ada padamu," ucap Feng Yu.
"Baik jika itu maumu!!, mulai sekarang koin emas yang ada di dalam kotak penyimpananmu ini, sekarang merupakan milikku," ucap Thien Yu sambil mengambil kotak penyimpanan dari tangan Feng Yu.
"Aku akan melihat seberapa kuat dirimu bertahan tanpa adanya koin emas yang ada di dalam kotak penyimpanan mu ini, dan itu adalah pelajaran bagi orang yang tak menghargai pemberian tulus dari orang lain, tapi tenanglah kak Feng Yu, aku tak akan mengambil hak mu atas seluruh koin emas yang kau punya, karena kita berdua bersaudara, aku hanya akan memberikan pelajaran yang layak untukmu," batin Thien Yu dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Ini ambilah, berikan darah mu diatas permukaan pedang itu, agar kau diakui sebagai pemiliknya," ucap Thien Yu.
Thien Yu mulai memejamkan matanya, dan mulai menikmati kehangatan air yang ada di dalam bak mandinya, untuk memulihkan diri dari rasa lelah sehabis perjalanan jauh.
Sementara itu, Feng Yu yang sudah tak sabar dengan pedang artefak langit yang kini berada di dalam genggamannya, segera mencabut pedang itu.
Tampak olehnya bilah pedang yang kotor, berkarat dan tumpul tersaji di hadapannya. Tanpa pikir panjang, Feng Yu segera meneteskan darahnya di permukaan bilah pedang yang ada di dalam genggamannya.
Cahaya biru laut seketika terpancar dari dalam bilah pedang, yang membuat kotoran yang melekat pada bilah pedang yang ada di dalam genggaman tangan Feng Yu, seketika itu pun menghilang, berganti dengan rupa dan wujud pedang yang mengkilat serta sangat menawan, sehingga membuat Feng Yu sangat senang.
"Aku akan menamai pedang ini samudra biru," batin Feng Yu.
*****
3 hari telah berlalu, Thien Yu sibuk melakukan latihan menggunakan tehnik belati yang diajarkan oleh gurunya Naga Giok, dan pada akhirnya Thien Yu yang seorang jenius, dapat mempelajari tehnik belati terbang dengan sangat sempurna.
.
Di kota rumpun bambu, berita kematian dari tuan muda Li yang tewas di dalam hutan, membuat walikota sangat murka.
Diapun menyuruh para kultivator kuat yang ada di kotanya, untuk mencari sang pembunuh putranya hidup atau mati.
Dari semua jejak penelusuran yang ada, tersangka pembunuhan putra sang walikota pun terungkap, dia merupakan dua orang pemuda dari desa Batu yang merupakan klan cabang klan Zhi adalah pelakunya. Maka 3 orang kultivator di ranah langit bintang 2 datang ke desa Batu.
"Cepat katakan di mana kedua pemuda yang bernama Thien Yu dan Feng Yu berada? karena mereka berdua telah membunuh putra walikota rumpun bambu, jika kalian semua tak memberitahukan keberadaannya, maka jangan salahkan kami jika desa ini akan kami bumi hanguskan," ucap salah serang kultivator yang datang ke desa Batu.
Tetua Sotang langsung berdiri di hadapan ketiga kultivator dari kota rumpun bambu dan berkata. "Tak dan yang bisa menghancurkan desa ini selama aku masih berada disini!! jika tuduhan kalian benar, mengapa walikota tak menyuruh prajurit resmi untuk menjemput kedua putra desa ini!! jawab tetua Sotang.
"Ha..ha..ha..!! untuk apa walikota sampai turun tangan mengerahkan perajurit resmi untuk menangkap kedua orang itu, sementara kami mampu untuk melakukannya. Ingat sangatlah mudah bagi kami bertiga untuk membunuhmu," ucap salah seorang kultivator yang masih berada di atas kuda.
Mereka bertiga segera turun dari atas kuda dan berkata
"Karena kalian yang memintanya maka kami terpaksa membumi hanguskan desa ini," timpal yang lainnya.
Ketiganya pun menghunus pedang masing masing dan mulai menyerang kearah tetua Sotang.
"Tunggu!!" tiba tiba suara terdengar, yang menghentikan jalanya pertarungan.
"Kami berdua yang kalian cari, jangan kau libatkan seluruh penduduk desa Batu yang ada!!" ucap Thien Yu.
"Bagus, akhirnya kalian berdua keluar juga!! cepat serahkan diri kalian, biar pengadilan kota yang memutuskan hukuman apa yang layak bagi pembunuh putra wali kota seperti kalian!!" ucap kultivator dari kota rumpun bambu itu.
"Kalian jangan coba coba membawa putraku, karena aku tak akan membiarkannya," ucap Laiden sambil mencabut pedang dan menyerang ketiga kultivator yang ada di hadapannya.
Semua orang yang berasal dari desa batu tak menduga jika ibu dari Feng Yu dan Thien Yu akan berbuat nekat seperti itu, hingga membuat salah satu pedang dari kultivator rumpun bambu berhasil bersarang di tubuhnya.
Ackh...!!
Lenguhan panjang keluar dari mulut Leiden, kemudian dia pun jatuh ketanah dan tewas seketika.
Ibu...!!
Ibu...!!
Amarah Feng Yu dan Thien Yu seketika pecah, dengan menggunakan pedang artefak langit di padukan dengan tehnik cahaya embun, Feng Yu menyerang ketiga kultivator itu hingga pertarungan kembali terjadi.
...lihat selengkapnya
Dengan kutukan Mata Raksa Langit
Yang di ucapkannya