Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -03- Hari Pertama
Arzian membawa tasnya keluar, pria itu masuk mobil. Arzian mengikutinya. "Baru awal aja udah gini, apalagi nanti," gerutunya pelan sehingga hanya terdengar di telingnya sendiri.
Saat di dalam mobil, Arzian menatap sekelilingnya. Ia begitu terpukau, baru pertama kalinya menaiki mobil mahal seperti ini. Ya ia memang pernah naik mobil, walau hanya takso online. Namun, jelas mobilnya tidak semahal dan sebagus yang ia tumpangi sekarang.
"Apa semua pekerja di mansion dijemput dan menaiki mobil sama sepertinya?" tanyanya dalam hati. Jika ia, berarti bosnya sekarant cukup baik. Di jemput saja, Arzian sudah beruntung. Apalagi saat tahu di jemput menggunakan mobil semahal ini.
Arzian berfikir, Kavendra adalah keluarga kaya raya. Mobil seperti ini mungkin murah bagi mereka, tetapi tetap saja. Mobilnya di naiki pelayan, banyak orang yang tidak merelakan. Karena bagi kebayakkan orang kaya, pasti pelayan dan majikan beda kasta. Pelayan sepertinya tidak pantas naik mobil mewah seperti ini.
Tak terasa sudah lebih dari 40 menit perjalanan, ternyata lokasi mansion Kavendra lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Mobil berhenti di sebuah bangunan besar ndan mewah, apalagi kalau bukan mansion Kavendra. Arzian terdiam, ia seperti tengah bermimpi karena bisa datang ke sebuah mansion mewah.
Dari depan saja Arzian sudah terkagum-kagum, apalagi nanti isinya. Saat keluar mobil, Arzian cukup terkejut melihat beberapa orang berseragam putih hitan yang sedang berbaris di depan, mereka juga tampak rapih dan bersih. Tidak seperti dirinya, yang hanya memakai kemeja seadanya. Bahkan dirinya juga tidak mandi.
"Sial, malu banget gue kalau gini. Mereka pakai rapih gitu, sedangkan gue. Huh! Salah gue juga, pakai terlambat bangun. Eh enggak deh, sopir aja kepagian jemputnya," gerutunya di dalam hati. Tak lama muncul dua wanita cantik berbeda usia.
"Kamu yang baru datang, cepat ikut barisan," titahnya pada Arzian. Arzian menuruti perkataan wanita itu.
"Perkenalkan saya adalah Amara Dewita, asisten pribadi sekaligus sekretaris Nyonya Yumna. Sedangkan di sebelah saya adalah Bu Dinda. Pelayan senior di sini, beliaulah yang akan menjelaskan pekerjaan kalian semua, Bu Dinda jugalah yang akan mengkordinasi segalanya. Jadi jika kalian perlu sesuatu, atau ada yang ditanyakan. Bisa langsung ke beliau."
Amara meminta semua pelayan baru, kira-kira ada sepuluh orang. Ada yang berjenis kelamin pria dan wanita. Setelah menjelaskan semuanya, termasuk memberitahukan siapa saja keluarga Kavendra yang tinggal.
Arzian menatap kamarnya, ia baru saja diantarkan ke kamarnya oleh pelayan yang sudah bekerja di mansion sebelum dirinya. Kamarnya sendiri menurut Arzian lumayan bagus dan nyaman, bahkan cukup besar juga. Satu kamar satu orang, itu yang harus Arzian syukuri. Setidaknya ia bisa menjaga privasi, seorang pelayan sepertinya kan juga butuh privasi dan ketenangan saat waktunya istirahat.
Jam kerja Arzian sendiri dari pukul lima pagi sampai 10 malam, selain fasilitas kamar. Arzian juga mendapatkan fasilitas makan, koki yang bekerja di mansion. Memamg tidak hanya memasak untuk keluarga, tetapi untuk semua penghuni masion tanpa terkecuali. Untuk makanan bisa saja berbeda dengan yang akan di makan keluarga Kavendra. Namun, Bu Dinda memastikkan makanannya akan tetap layak dimakan, bahkan sangat layak sekali.
Arzian menaruh tasnya dan segera pergi ke kamar mandi, ia harus segera mandi. Seluruh pelayan hanya diberi waktu 15 menit istirahat sebentar sebelum harus mulai bekerja, Arzian sendiri jelas memutuskan menggunakkan waktu istirahatnya untuk mandi.
Mandi selesai, masih ada beberapa menit. Perutnya sudah mulai lapar, Arzian teringat ia membawa beberapa roti yang ia beli semalam. Jadi Arzian bisa memakannya sekarang, untuk ganjel perut sementata ia tahu sekali untuk sarapan masih nanti setelah keluarga Kavendra selesai sarapan.
Masuk mansion Kavendra ternyata memang ketat, tas yang berisi barang-barang Arzian tadi dicek dulu. Apakah ada barang berbaya atau tidak oleh petugas keamanan, memang seluruh pelayan baru mendapatkan perlakuan sama. Beruntunglah Arzian karena membawa barang-barang yang mencurigakan.
Sesuai ekpetasi Arzian, mansion Kavendra memang semewah itu dari luar ataupun isinya. Arzian dan pelayan lainnya memang sudah berkeliling dipandu Bu Dinda.
***
Arzian bersama beberapa pelayan lain, kini sedang membersihkan meja makan utama yang akan digunakan oleh keluarga Kavendra. Mereka memang sudah berkenalan satu sama lain. Namun, tentu saja Arzian tidak bisa langsung hafal nama-nama mereka.
"Om Arzian!"
Sedang asyik mengelap meja makan, Arzian malah mendengar ada yang memanggil namanya. Ingin menengok, tetapi Arzian takut salah. Apalagi panggilan itu dengan embel-embel Om.
"Om Arzian!" panggilnya sekali lagi. Arzian bergidik ngeri, takut yang memanggilnya adalah makhluk tak kasat mata. Namun, dari pada penasaran pria itu memilih menengkok untuk memastikan adakah yang memanggilnya.
Saat menengok, Arzian dikejutkan dengan wajah cantik tanpa dosa gadis kecil di hadapannya. Gadis kecil itu adalah Meyza —gadis kecil yang tempo hari Arzian selamatkan dari penculik.
"Loh kamu kok ada di sini, cantik?" tanyanya lembut.
"Om Arzian juga ngapain di sini? Ini itu tempat tinggal aku, Om. Aku tinggal di sini sama keluargaku." Mulut Arzian menganga tak percaya, ia mengingat kembali nama Kavendra yang tersemat pada nama belakang Meyza. Meyza Aulia Kavendra, Arzian masih sangat ingat nama itu saat Meyza menyebutkannya.
"Om kerja di sini, cantik. Jadi pelayan, berarti Om pelayan kamu dong sekarang," jawab Arzian dengan tersenyum.
"Meyza sayang, kamu sedang mengobrol sama siapa, Nak?" tanya Serra yang baru saja turun dari kamarnya. Serra berjalan menghampiri putrinya, ia lumayan terkejut saat tahu Arzianlah yang sedang mengobrol dengan Meyza.
"Loh, Mas Arzian?"
Meyza menghampiri sang Mama, menarik tangan Mamanya ke tempat Arzian berdiri.
"Mama, Om Arzian tadi bilang kalau Om sekarang kerja di sini jadi pelayan loh," beritahunya. Serra sendiri hanya mengangguk paham.
"Sayang, kamu kan mau sekolah. Ayo kita ganti baju seragam, nanti Mama antarkan kamu ke sekolah," ajaknya pada Meyza.
"Oke, Mama." Sebelum pergi, Serra dan Meyza tersenyum pada Arzian dan berkata. "Selamat bekerja."
Seperti mimpi, ternyata anak yang ia selamatkan adalah anak keluarga kaya raya, bahkan konglomerat. Pantas saja diculik, karena meminta tebusan sebanyak apapun pasti akan diberikan oleh keluarganya. Namun, menculik anak kecil tetap tidak bisa dibenarkan.
Tak selang beberapa menit, keluarga Kavendra mulai duduk di meja makan utama. Ternyata bagian keluarga Kavendra cantik-cantik dan juga tampan yang laki-laki. Namun, diantara tiga bersaudara itu bagi Arzian tetap Yumnalah yang paling cantik.
"Mama bolehkah aku ajak Om Arzian makan sama kita di meja makan?" pinta gadis kecil itu yang sudah ada di samping Arzian. Arzian menatap Meyza tak percaya dengan permintaan gadis kecil itu. Serra terdiam, mana mungkin ia berani memutuskannya. Serra tidak punya kuasa hal itu.
"Loh Meyza kenal sama Om itu?" tanya wanita paruh baya yang Arzian tau adalah tertua dikeluarga Kavendra, Oma Sarita Kavendra.
"Kenal Oma, Mas Arzian inilah yang menyelamatkan Meyza saat hendak diculik beberapa hari lalu." Bukan Meyza yang menjawab melainkan Serra.
"Arzian kan nama kamu?" tanya Sarita pada Arzian.
"Iya, Nyonya." Bukan tanpa alasan Arzian memanggil Sarita, Nyonya. Tentu Arzian ingat saat Yumna tidak ingin dipanggil Bu olehnya. Mungkin Sarita pun seperti itu, pikir Arzian.
"Panggil saja Oma saja, semua yang ada di sini memanggil sama Oma tanpa terkecuali. Saya Sarita Oma buyut Meyza mengucapkan terima kasih padamu karena sudah menyelamatkan Meyza dari penculikkan," titahnya.
"Sama-sama Oma, sudah kewajiban sesama manusia bukan untuk saling tolong menolong. Saat itu saya melihat Nona Meyza diculik, tidak mungkin saya diam saja. Sedangkan Nona Meyza meronta-ronta ingin di lepaskan saat itu," jelasnya dengan sopan. Arzian kini harus memanggil Meyza dengan embel-embel Nona, mana mungkin berani memanggil gadis kecil itu nama saja. Sedangkan Meyza sekarang adalah majikannya juga.
"Arzian kamu dengarkan permintaan Meyza? Silakan duduk di kursi kosong itu, kamu bisa ikut sarapan dengan kami," titah Sarita.
"Mohon maaf Oma, saya menolaknya. Saya merasa tidak pantas ikut sarapan dengan keluarga majikan saya," tolak Arzian dengan lembut.
"Saya tidak terima penolakkan kamu," ujarnya tegas.
"Sudahlah, Oma. Orangnya tidak mau ya tidak perlu dipaksa. Aku juga sebenarnya tidak sudi harus makan satu meja dengan seorang pelayan. Sungguh tidak level," kata Arveeta dengan menatap sinis Arzian.
"Arveeta jaga ucapan kamu! Kamu tidak pantas berkata seperti itu. Semua manusia itu sama, kenapa jika Arzian adalah pelayan. Pelayan atau bukan tidak pantas untuk direndahkan. Apalagi Arzian kan bukan pelayan biasa, ialah yang sudah menyelamatkan keponakkanmu, Arvitaa," balasnya sengit.
"Terserah Oma saja." Arzian merasa tidak enak mendengar perdebatan antara Oma dan cucunya, apalagi hanya karena dirinya.
"Lagian Oma tidak tanya pendapat kamu."
"Yayaya terserah Oma, aku tidak perduli."
"Yumna kamu tidak keberatan kan?" tanya Sarita menatap Yumna yang duduk di kursi kepala keluarga.
"Tidak, Oma," jawabnya cepat. Yumna dengan wajah datarnya menatap Arzian. "Duduk dan ikut makan bersama kami, saya tidak suka dibantah."
Ucapan Yumna bagai ultimatum bagi Arzian, hingga membuatnya menurut. Arzian langsung duduk di kursi kosong yang ada di dekat Meyza.
Sarapan sudah selesai, semua beranjak dari meja makan kecuali Arzian yang ikut membantu membereskan bekas makanannya. Semua sudah beres, sekaranglah waktunya sarapan untuk para pelayan dan para pekerja lainnya. Ada ruangan khusus memang, jadi mereka tidak perlu makan di dapur.
"Loe bukannya udah makan ya di meja makan? Terus ngapain loe ikut makan lagi di sini?" tanya seorang pria yang bernama Dodi. Dodi adalah pelayan pria yang baru saja bekerja, sama seperti Arzian. Kini para pelayan memang sedang mengantri untuk mengambil makanan mereka.
"Makan di meja makan utama nggak kenyang gila, makannya enggak bebas. Belum lagi dapat tatapan sinis dari banyak orang," keluhnya pada Dodi.
"Hahaha sabar ya, tapi loe itu beruntung banget loh bisa makan sama mereka di meja makan utama. Pelayan yang udah lama aja belum tentu bisa merasakkan kaya loe tadi," balasnya.
"Ya gue juga enggak seberuntung itu, kan yang minta gue ikut makan di sana itu Nona Meyza. Seperti yang loe dengar aja, gue yang menyelamatkan Nona Meyza saat mau diculik beberapa hari lalu. Sebatas itu saja, enggak lebih."
"Oh iya, kan loe berhasil menyelamatkan Nona Meyza. Putri keluarga kaya raya, sebagai ucapan terima kasih mereka kasih apa ke loe? Enggak mungkinkan mereka enggak kasih apa-apa?" Dodi sangat penasaran, makanya ia memberanikan bertanya pada Arzian padahal mereka baru kenal.
"Nyonya Serra sih kasih uang ke gue enggak tau berapa lembar seratus ribuan, cuma saat itu gue tolak. Karena gue emang nolongin ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun."
"Wah nolak rezeki, terus loe tiba-tiba disuruh jadi pelayan mereka gitu?" Arzian menggeleng.
"Terus?"
"Gue kerja di sini jadi pelayan ya karena gue butuh kerjaan, bukan karena mereka yang nyuruh. Gue bahkan enggak tahu kalau Nona Meyza adalah cucu keluarga Kavendra. Sedangkan di internet kan adanya hanya ada foto yang dewasa saja," jawabnya cepat. Tidak mungkin Arzian berkata jujur pada Dodi tujuan utamanya bekerja menjadi pelayan pria di mansion Kavendra.