Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Jadi kamu dan Vita sengaja berpura-pura pacaran agar saya memanggil orang tua kalian?" tanya Pak Heru.
Arvin menganggukkan kepalanya. "Maaf, Pak. Saya hanya ingin kedua orang tua saya bertemu karena jika di tempat lain pasti Papa akan menghindar. Tapi ternyata mereka masih saja bertengkar."
Gita dan Vita juga masih berada di ruang BK itu. Dia memeluk Vita yang masih saja menangis. Dia mengerti, pasti rasanya sakit saat tidak diakui anak oleh papanya sendiri. "Jadi kalian berdua sudah tahu semuanya? Kenapa tidak langsung bilang sama Mama? Kita masih bisa bertemu tanpa harus melibatkan Papa kamu."
"Mama, aku juga memikirkan Vita. Vita pasti juga ingin bertemu dengan Papa," kata Arvin.
"Ini memang salah Mama yang menutupi semuanya dari Papa kamu. Tapi Mama tidak mengira Papa kamu justru semakin menuduh Mama yang bukan-bukan. Maafkan Mama ya Vita. Pasti perasaan kamu sangat terluka."
Vita hanya menggelengkan kepalanya. Dia menghapus air matanya tapi tetap saja air mata itu mengalir begitu saja.
"Maaf Pak Heru, kita membuat keributan di sekolah," kata Gita yang merasa tidak enak karena masalah keluarganya justru diumbar di ruang BK sekolah.
"Tidak apa-apa, Bu. Ini ruang BK, tempat untuk anak-anak mendapatkan bimbingan konseling. Memang saat orang tua bertengkar apalagi kekeh dengan egonya masing-masing, anaklah yang akan menjadi korban. Saya sudah mengamati Arvin selama dua tahun lebih di sekolah ini. Saya tahu Arvin anak broken home, tapi dia sangat hebat. Menjadi murid teladan dengan segudang prestasi. Sukses menjadi ketua OSIS. Saya tahu hatinya juga sangat rapuh, tapi dia pandai menutupinya. Saya juga tahu, dia mengalihkan kesedihannya dengan pribadi yang berbeda di luar sekolah dan rumah."
Arvin menatap Pak Heru. Entah darimana Pak Heru tahu tentang kehidupannya.
"Merokok, balapan, main band, bahkan terkadang kamu juga ikut minum dengan teman-teman kamu," kata Pak Heru.
Arvin hanya mengangguk kaku. Sepertinya Pak Heru mempunyai indera keenam karena tahu semua kehidupannya.
"Saya memang mengawasi beberapa murid seperti kamu. Tidak apa-apa, saya tetap bangga dengan pencapaian kamu selama ini di sekolah."
Gita tersenyum mengusap rambut Arvin. "Tidak apa-apa, setelah ini jangan merokok, balapan, dan juga minum minuman keras."
Arvin menganggukkan kepalanya. "Tapi aku tetap boleh main musik kan?"
"Tentu saja boleh."
"Saran saja dari saya, coba Bu Gita bicara baik-baik dengan Pak Arnav. Sepertinya masalah ini hanya salah paham. Kasihan Arvin dan Vita," kata Pak Heru.
"Saya memang mau bicara baik-baik tapi dia selalu menuduh saya yang bukan-bukan."
"Ma, Papa seperti itu karena dulu Om Gibran terus mengirim foto kebersamaannya dengan Mama ke hp Papa. Om Gibran berusaha memisahkan Papa dan Mama dengan membuat Papa cemburu. Om Gibran juga terang-terangan ingin merebut Mama dari Papa. Maaf, aku bilang seperti ini karena selama ini Papa juga sangat menderita berpisah dengan Mama. Aku dan Vita berharap Mama bisa kembali dengan Papa," cerita Arvin. Dia ingin mamanya tahu bahwa titik permasalahan itu ada pada Gibran.
Pak Heru tersenyum mendengar perkataan Arvin. "Setelah pelajaran pertama selesai, kalian langsung ke kelas saja. Tidak ada hukuman untuk kalian. Silakan lanjut mengobrol, saya keluar dulu." Kemudian Pak Heru keluar dari ruang BK karena mereka pasti akan menemukan solusi yang terbaik.
"Gibran kirim foto ke Papa kamu?" Gita tak menduga hal itu dilakukan Gibran untuk merusak rumah tangganya. Dia kira selama ini Gibran sangat tulus padanya.
Arvin menganggukkan kepalanya. "Sepertinya Mama sudah tertipu dengan kebaikan Om Gibran selama ini."
Gita menelan salivanya sendiri. Dia sudah menganggap Gibran seperti saudaranya sendiri. Benarkah dia memang sengaja merusak pernikahannya dan Arnav?
"Arvin, Vita, kalian masuk kelas sekarang ya. Mama masih ada pekerjaan," kata Gita.
Mereka berdua menganggukkan kepalanya.
"Nanti aku ke rumah mama ya," kata Arvin. Dia memeluk mamanya sesaat lalu menggandeng tangan Vita.
"Iya. Rumah Mama terbuka lebar untuk kamu."
Kemudian mereka keluar dari ruang BK.
"Mata kamu sembab, ke toilet dulu gih. Aku gak mau teman kamu salah paham," kata Arvin sambil memencet hidung merah Vita.
"Ih, Kak Arvin." Kemudian Vita mendahului Arvin berjalan ke toilet.
Gita hanya tersenyum menatap kedekatan mereka berdua. Mereka baru bertemu ketika mereka sudah besar tapi mereka bisa akur dan sangat dekat. Sedangkan aku dan Arnav masih saja seperti ini. Apa aku harus memperbaiki semua meskipun sudah sangat terlambat?
...***...
Gita duduk di meja kerjanya sambil menatap layar laptopnya. Dia masih menyimpan semua foto kenangannya bersama Arnav. Dia slide secara otomatis hingga foto itu terus bergulir dan kenangan indah itu tereka ulang di benaknya.
Om Gibran sengaja merebut Mama dari Papa dengan membuat Papa cemburu.
Gita menutup foto galeri itu. Dan menatap script naskah yang baru selesai dia print di atas mejanya.
"Gita, naskah kamu sudah selesai di revisi?" tanya Ulfa.
Gita menganggukkan kepalanya dan menyerahkan sebendel naskah itu. "Bu Ulfa, setelah drama ini selesai, saya tidak akan menulis lagi. Saya akan berhenti bekerjasama dengan perusahaan penerbit maupun perusahaan ini."
"Mengapa? Kamu sangat berbakat. Kamu juga masih berumur kepala empat, masih bisa terus berkarya. Semua karya kamu laku keras."
Gita menggelengkan kepalanya. "Saya sudah lelah. Keputusan saya sudah bulat."
"Kamu mau bekerja dimana kalau berhenti? Anak kamu masih membutuhkan biaya yang besar."
"Saya akan mencoba buka usaha saja di rumah. Terima kasih sudah membantu selama ini."
"Pikirkan lagi ya, karena saya berencana memberi kontrak tetap pada kamu untuk menulis script naskah di drama selanjutnya."
Gita hanya mengangguk pelan. Dia menyandarkan punggungnya setelah Ulfa pergi.
"Semua memang sudah sangat terlambat. Apa mungkin bisa aku perbaiki?"
KRNA zeva bukan adik asli