Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi yang syahdu
"Tutup mata!" Pekik Rifka.
Namun Erlangga masih saja memandangnya. Rifka berbalik menghadap tembok. Erlangga mengulum senyumnya kembali. Kali ini ia tidak bisa menahannya lagi.Ia bangkit dari tempat tidur lalu mendekati istrinya.
"Sayang.... " Bisiknya.
Hal tersebut sudah membuat tubuh Rifka panas dingin tak karuan. Rifka semakin mendekat ke tembok. Justru posisi ini mempermudah Erlangga untuk mengunci tubuh istrinya. Erlangga mengungkung tubuh istrinya dengan kedua tangannya yang saat ini sudah menempel ke tembok.
"E... ka-kamu mau apa?"
"Sayang, bisakah aku mendengar kamu memanggilku dengan panggilan yang pantas untukku?" Ujar Erlangga seraya mengendus leher istrinya.
"Bang.... "
"No no... itu panggilan yang sama dengan yang lain. Aku bukan abangmu, aku suamimu."
"Panggil aku seperti kamu menyimpan nomorku di handphone mu."
Rifka terkejut mendengar ucapan Erlangga. Entah darimana suaminya itu tahu.
Sebelah tangan Erlangga turun dan memeluk perut istrinya, sehingga tubuh mereka kini menempel tanpa jarak.
"Hub... hubby... " Lirih Rifka.
"Apa, nggak denger aku?"
"Hubby..."
Erlangga menyunggingkan senyumnya. Nafas keduanya mulai tak beraturan. Kini kesua tangan Erlangga memeluk tubuh istrinya, menghirup aroma wangi dari tubuh istrinya. Hal tersebut sudah bisa membuat timun Jepang nya bergerak dan hampir tegak.
"Sayang.... " Panggil Erlangga dengan suara parau.
"A-ada apa?"
Tanpa menjawabnya, Erlangga membalik tubuh istrinya hingga kini mereka saling berhadapan. Tubuh indah Rifka terekspos jelas membuat mata Erlangga tak berkedip, bahkan ia menelan salivanya sendiri melihat bibir ranum yang sangat menggoda.
"Oh ya Allah... akankah aku merasakan surga dunia saat ini juga." Batinnya.
Nalurinya bergejolak, ia tidak bisa menundanya lagi. Erlangga menundukkan kepala untuk menggapai bibir istrinya. Erlangga mengulumnya dengan lembut, sangat lembut. Rifka tak dapat mengelaknya, ia menikmatinya. Bahkan tangannya mencengkram pinggang suaminya. Semakin lama tautan mereka semakin dalam, bahkan tidak terasa tangan Erlangga bermain di area puncak yang cukup padat untuk ukuran tangannya. Keduanya hanyut dalam suasana syahdu. Karena dirasa tidak ada penolakan, Erlangga menghentikan tautannya lalu menggedong istrinya ke atas tempat tidur. Ia membuka tanktop yang dipakainya. tersenggal-sengg dengan nafas tersenggal-senggal.
"Sayang, maaf. Sepertinya aku tidak dapat menahannya lagi." Ucapnya dengan suara yang semakin parau.
"Aku ridha." Jawab Rifka singkat, lalu menggigit bibir bawahnya
Dan tentu saja membuat Erlangga lebih bersemangat lagi. Ia membaca do'a seblum memulai jima'. Ia pun mulai mencumbu kembali istrinya dengan penuh kelembutan sehingga tak terasa membuat Rifka melenguh saat tangan Erlangga bermain-main di atas puncak yang padat. Ia pun memberikan tanda merah di sekitar sana. Ini memasang pengalaman pertamanya, namun naluri lelakinya menuntunnya menuju sarang kenikmatan Timun Jepang sudah berdiri tegak siap untuk mengisi sushi. Lingerie yang dipakai istrinya sudah melayang entah ke mana.
Lenguhan Rifka semakin jelas, tubuhnya pun mulai kepanasan. Erlangga mulai memposisikan dirinya pada sasaran. Timun Jepang mulai menembus sushi, namun seperti ada penghalang. Berkali-kali Erlangga mencobanya namun tetap belum bisa. Rifka meringis kesakitan di bawah kungkungan suaminya.
"Maaf sudah menyakitimu, sayang."
Rifka menggelengkan kepala dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sayang, tolong tahan sedikit lagi."
Dengan kekuatannya, Erlangga mencoba menerobos kembali. Dan dengan sekali hentakan akhirnya berhasil juga. Rifka sempat memekik kecil. Namun Erlangga tudak egois. Ia mencumbu istrinya kembali untuk menetralisir keadaan sebelum melanjutkan misinya. Setelah dirasa cukup, Erlangga pun mulai memainkan ritmenya. Pelan tapi pasti akhirnya keduanya sampailah pada kenikmatan yang sebenarnya. Erlangga tumbang di atas istrinya setelah membaca do'a.
Beberapa detik kemudian Erlangga melepaskannya. Lalu ia memeluk istrinya seraya mengusap perutnya.
"Semoga malaikat kecil segera tumbuh di rahimmu."
"Amin.. "
Erlangga pun mengecup kening istrinya, lalu pergi ke kamar mandi. Sedangkan Rifka, ia tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Malu, bahagia, insecure, semuanya campur menjadi satu.
Karena sudah terdengar adzan Shubuh, Erlangga pun lanjut mandi wajib. Ia masih senyum-senyum sendiri di bawah guyuran air mengingat percintaannya beberapa waktu lalu. Setelah selesai mandi, Erlangga keluar. Nampak istrinya sedang duduk bersandar.
"Sayang, sudah Shubuh."
"I-iya..Ini juga mau mandi."
Saat bangun Rifka merasakan perih di area sensitifnya. Ia berjalan pelan menuju kamar mandi. Erlangga memeriksa keadaan seprey. Ia tersenyum tatkala melihat bercak warna merah. Segera ia lepas seprey tersebut lalu melipatnya. Ia segera menghubungi resepsionis untuk mengirimkan seprey baru ke kamarnya. Beberapa menit kemudian, seorang pelayanan mengantarkannya.
"Terima kasih."
"Seprey kotornya, Tuan?"
"Tidak perlu, aku bawa pulang saja."
"Ba-baik, tuan."
Erlangga memasang seprey dan merapikannya sendiri. Rifka baru saja selesai mandi. Akhirnya mereka pun shalat Shubuh berjama'ah.
Setelah shalat Shubuh keduanya sama-sama mengaji, bahkan saling simak hafalan mereka. Alangkah indahnya ibadah mereka.
Satu jam kemudian, mereka menyudahinya.
"Hubby, kamu mau kopi atau teh hangat? Biar aku pesankan."
"Tidak perlu, kemarilah!"
Erlangga menepuk sofa disampingnya agar Rifka duduk di situ. Rifka pun mendekatinya meski masih sedikit grogi.
"Apa rasanya sakit?"
Pertanyaan Erlangga membuat pipi Rifka bersemu merah.
"Dasar lelaki, hal seperti ini masih dipertanyakan. Sudah tahu jawabannya kan?" Batinnya.
"Tidak perlu dijawab, aku tahu jawabannya."
"Tuh kan, sudah tahu masih tanya!" Lirihnya.
"Apa sayang?"
"Ti-tidak, bukan apa-apa!"
Rifka ingin berdiri namun Erlangga menahannya terlalu kencang sehingga tubuh Rifka terjerembab kepadanya. Dan saat ini Rifka tengah menindih tubuhnya.
"Hubby... "
"Sssttt.... "
Dan lagi-lagi Erlangga membungkam bibir istrinya dengan bibirnya. Timun Jepang sudah beraksi. Erlangga mengeluarkan rayuan mautnya.
"Sayang, katanya kalau sering gak bakalan sakit. Lagi yuk."
"Ish ca..... "
Belum juga Rifka menuntaskan perkataannya, Erlangga sudah membalikkan posisi Rifka. Erlangga menarik resleting gamis istrinya. Sehingga nampak bongkahan itu. Kali ini ia ingin cosplay seperti anak bayi. Mencari kehangatan diantara puncaknya. Menyedot sumber kehidupan bagi calon anaknya. Rifka tak dapat mencegahnya lagi. Ia terlena dalam belaian manja suaminya. Sungguh Erlangga membuatnya melanglang buana dalam kenikmatan yang tiada tara. Sofa cream menjadi saksi pergulatan nikmat mereka pagi ini. Tak cukup di situ, Erlangga menggendong istrinya ke tempat tidur. Lalu ia memulainya lagi. Rifka hanya bisa pasrah berada dalam kungkungan suaminya.
Jarum jam dinding sudah menunjukkan angka 6. Erlangga mengajak istrinya untuk mandi, namun Rifka menolaknya. Erlangga tidak kehilangan akal. Ia menggendong istrinya masuk ke kamar mandi dan menaruhnya ke dalam bathtub. ia memutar air hangat untuk istrinya.
"Berendam air hangat biar otot-ototnya rileks dan mengurangi perihnya."
Rifka masih saja menutup bagian tubuhnya dengan kedua tangannya, meski ia tahu itu percuma.
"Aku sudah melihatnya, tidak perlu ditutup lagi."
"Ish, kamu nyebelin!"
"Tapi ngangenin kan?" Erlangga menaik turunkan alisnya. Hal tersebut membuat Rifka malu dan kesal. Ia menepuk air hingga cipratannya mengenai Erlangga. Keduanya masih lanjut bergurau di dalam bathtub.
Pagi ini hati mereka penuh bunga bermekaran meski di antara keduanya belum ada yang menyatakan perasaannya.
Bersambung.....
...****************...
Maafkan kalimat author yang berantakan ya kak readers 😂 pokoknya gitulah ya 😁
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu