Nathan merasa dirinya tidak normal. Sudah banyak gadis yang dia pacari mulai dari lokal, sampai internasional. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa membuatnya bergairah. Sampai akhirnya, orang tua Nathan memaksanya menikah dengan wanita pilihan mereka.
Sayangnya, takdir membawa Nathan bertemu dengan Sheren, gadis malang yang dikhianati pacar dan kakak tirinya saat baru kembali dari luar negeri. Akibat jebakan ibu tiri Sheren, membuat pertemuan pertamanya dengan Nathan harus berakhir dengan cinta satu malam.
Akankah Sheren benar-benar menjadi penyembuh untuk kelainan Nathan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HTI | Bab 6
Sheren secara tegas menolak saat pihak HRD memindahkannya ke bagian sekretariat yang sebenarnya bukan pekerjaannya di perusahaan ini. Namun, pihak HRD juga mengatakan bahwa ini adalah permintaan khusus, akhirnya Sheren menurut dan ingin melakukan negosiasi langsung dengan bosnya itu.
“Selamat pagi, Pak Nathan. Ini sekretaris barunya,” kata wanita yang merupakan kepala bagian HRD itu pada Nathan yang sedang membelakanginya.
Saat kursi yang diduduki oleh Nathan itu berputar, Sheren langsung menutup mulutnya yang secara refleks terbuka lebar. Bukankah laki-laki di hadapannya itu adalah laki-laki bayaran suruhan ibu tirinya, kenapa dia ada di kantor ini.
Rasanya ingin sekali Sheren menanyakan langsung kenapa Nathan ada di tempat ini, tetapi karena masih ada kepala HRD di sebelahnya, Sheren mengurungkan niatnya itu.
“Nona Sheren ini adalah Pak Nathan yang membutuhkan tenaga dan pikiran Anda untuk membantu pekerjaannya,” kata wanita itu.
Sheren dan Nathan berjabat tangan saling memperkenalkan diri karena memang baru ini mereka berkenalan secara langsung.
“Tinggalkan kami berdua, karena saya akan bernegosiasi langsung mengenai gaji dan tugas-tugasnya!” titah Nathan sembari membuka berkas-berkas yang sudah dia siapkan untuk menjalin kerja sama dengan Sheren.
Sheren hanya bisa memasang muka ramah selama kepala HRD itu ada di sampingnya. Padahal, dia sudah ingin mencabik-cabik wajah Nathan saat ini juga.
“Baik, Pak. Saya permisi,” kata wanita itu lalu menunduk pada Nathan dan Sheren.
Setelah kepergian wanita itu, Sheren memastikan pintu ruangan Nathan aman dari gangguan yang mungkin akan mendengarkan percakapan mereka.
“Kamu kerja di sini? Wah, hebat sekali kamu.” Sheren bertepuk tangan seolah menyepelekan laki-laki yang sebenarnya adalah anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
“Aku tahu, ini hanya alibi saja, ‘kan? Biar orang-orang nggak curiga kalau sebenarnya kamu itu giigolo, iya ‘kan?”
Tatapan Sheren pada Nathan terlihat sedang menghina calon atasannya itu, tetapi Nathan malah diam dan membiarkannya. Nathan ingin suatu hari nanti Sheren tahu semua dan pasti akan menyesal. Saat Sheren menyesal itulah, dia akan mendapatkan apa yang dia mau dari Sheren.
“Ya, aku harap kamu bisa jaga rahasia. Oh iya, Sheren, mulai hari ini kamu akan bekerja dengan saya,” balas Nathan yang seolah membenarkan apa yang ada dalam pikiran Sheren bahwa dia memang laki-laki penghibur.
Sheren tertawa renyah. Dia tahu bahwa Nathan pasti sangat butuh uang banyak karena gaya hidupnya yang hedon itu. Lihat saja jam di pergelangan tangannya itu. Sebuah jam yang ditaksir berharga lebih dari sepuluh ribu dolar.
“Ya, baiklah. Kita akan bekerja sama. Tapi ... gaji aku tidak murah dong!” Sheren memainkan alis matanya naik turun. Sebenarnya dia enggan sekali berhubungan dengan Nathan, apalagi dalam lingkup kerja yang baru seperti sekarang ini, yang jelas-jelas bukan bidangnya.
Di dunia yang keji ini, dia harus bisa memanfaatkan waktu dengan sangat baik, bukan? Kalau tidak begini, bagaimana hidupnya akan berkembang dengan baik sementara dia sekarang tinggal jauh dari rumah.
“Oke, tidak masalah. Tapi, gaji yang besar juga diimbangi dengan pekerjaan yang tidak mudah dong,” balas Nathan. Dia mengulurkan sebuah map yang berisi kontrak kerja antara dia dan Sheren.
Sheren manggut-manggut karena merasa omongan Nathan ada benarnya. Dia membaca dengan teliti poin poin yang harus dia kerjakan selama menjadi sekretaris pribadi laki-laki yang telah menodainya itu.
“Memangnya kerja sekretaris seperti ini ya? Membangunkan tidur, menyiapkan pakaian kerja, menyiapkan sarapan, lalu tugas-tugas di kantor. Apa sekretaris bekerja seperti ini?”
Nada bicara Sheren mulai naik, tidak lagi ramah seperti tadi. Dia merasa Nathan sedang mengerjainya saat ini.
“Memang begitu tugas sekretaris pribadi. Lihat, gaji yang aku tawarkan juga lumayan loh.”
Mata Sheren tertuju pada nominal yang akan didapatkannya jika sudah bekerja sesuai aturan yang telah dibuat oleh Nathan.
“Tapi, ngomong-ngomong, aturan ini tidak akan berlaku kalau ternyata kamu hamil anakku, waktu itu 'kan aku keluarkan di dalam,” bisik Nathan yang membuat mata Sheren seketika melotot.
****
Bagi Vote, kembang kopinya dong 🥰🥰