Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 : Latihan Drama yang Menegangkan Hati
Besoknya, Lia memberikan sebuah kertas laporan untuk drama nanti. Namun betapa kagetnya Soraya, yang ditugaskan mendapat peran sebagai sosok Cinderella-nya.
"Hah?! Aku? Yang jadi jadi tokoh Cinderella-nya?" tanya Soraya tak percaya.
"Iya. Semuanya sudah ku atur. Dengan arahan dari Mion, Bella, dan juga Vanya. Kamu tinggal print teks naskah skenario dialognya. Nanti baru kita pakai mulai latihan," jawab Lia.
Soraya terdiam. Namun, ia tertawa sedikit. Dan berkata, "Maaf! Aku hanya, tidak percaya jadi Cinderella untuk kedua kalinya."
"Sungguh? Kau pernah main teater begini?" tanya Lia ingin tahu.
Soraya mengangguk dan menjawab, "Iya. Sewaktu aku masih Sekolah Dasar dulu, aku sudah sering ikut kursus drama atau teater. Aku pernah jadi Cinderella, Dayang Sumbi, Putri Salju, Belle, Putri Aurora, dan lainnya. Sungguh membuatku nostalgia sekali."
"Wah, hebat! Kau pasti sudah sering jadinya beradegan romantis dengan tokoh Pangeran atau pria tampan dan gagah selama teater."
"Benar. Aku malunya luar biasa saat selesai teater. Maklumlah masih anak-anak. Sekarang, aku mulai terbiasa."
"Itu bagus. Apalagi, kau sudah menikah, bahkan langsung diberi keturunan yang masih dalam rahimmu sekarang."
Soraya dan Lia berbincang-bincang sambil berjalan di koridor kantor. Hingga akhirnya Soraya masuk ke ruangannya.
...***...
Setelah istirahat makan siang, Soraya melihat pemeran untuk pentas drama itu. Yang menjadi ibu tirinya adalah Lia. Bella dan Gia menjadi kakak tiri Cinderella, dengan nama Rosalinda dan Raisani. Pengawal istana akan diperankan oleh Dennis. Raja dan Ratunya diperankan oleh Arya dan Julia. Kemudian ada Vanya, yang menjadi bidadarinya.
Betapa terkejutnya Soraya melihat pemeran tokoh Pangerannya. Pemerannya adalah...
"Apa?! Carson?! Yakin, nih?!" Soraya menatap tak percaya. Ia membuka kacamata minusnya dan menggosok matanya, memastikan apakah ia salah lihat atau tidak.
Benar saja. Ia tidak salah lihat. Carson-lah pemeran tokoh Pangerannya.
"Lia..." gumam Soraya menyebut nama Lia. Tapi, ia tak bisa merubahnya. Kecuali dengan persetujuan Mion, karena ia adalah sutradara drama ini.
Soraya menghela nafas panjang. Pasrah saja menerima ini. Entah kenapa, ia merasa ada yang aneh. Padahal, ia sudah punya Justin. Namun, itupun belum bisa tumbuh besar cinta di hatinya untuk Justin, suaminya sendiri sekarang.
...***...
Sepulang kerja...
Latihan dimulai. Kebetulan ini hari Sabtu. Selama menunggu sampai hari anniversary tiba, latihan drama ini akan di laksanakan setiap hari Sabtu sepulang kerja.
"Baik, kita mulai dari awal di rumah Cinderella, ya," ucap Mion. Dan dia mulaikan take pertama. Naratornya yang juga diperankan oleh Mion, mulai membaca naskah.
Setelah membaca naskah cerita, Mion mulai meminta temannya yang kebetulan fotografer profesional membantu menjadi kameramen drama ini untuk merekam adegannya.
"Cinderella! Cepat cuci bajuku!" seru Bella, mulai berakting melempar baju ke lantai. Dengan raut wajah yang jadi marah.
Soraya mulai berakting dengan raut wajah sedih, "I...iya, Kak. Aku cuci piring dulu, baru nanti ku cuci bajunya."
"Halah! Banyak alasan! Jangan lupa, kau setrika baju baruku ini. Jangan sampai bolong!" tegas Gia, berakting marah juga.
"Ba...baik, Kak."
Mion kembali membaca naskah narasinya. Selama pembacaan narasinya oleh Mion, Soraya berakting mengambil dua baju yang dilempar Bella dan Gia barusan sambil berakting menangis.
"Kenapa aku menderita seperti ini? Kenapa mereka jahat sekali padaku? Apa salahku pada mereka?" ucapnya dengan berakting sedih.
Mion kembali baca teks narasi, lalu Lia masuk sebagai ibu tirinya. Dengan raut wajah marah, ia berkata, "Heh! Belum beres juga cuci dua baju putriku? Dasar pemalas! Cepat bereskan! Lamban sekali seperti kura-kura!"
"Baik, Bu. Aku hanya..." ucapan Soraya dipotong Lia.
"Ah! Lebay! Tidak usah lebay begitulah! CEPAT!"
Sebagai Cinderella, Soraya menjalani aktingnya dengan sebaik mungkin. Dan Mion pun memotong adegan ceritanya.
"CUT! Baik, istirahat dulu semua!" ucapnya setelah memotong adegan.
Waktunya istirahat latihan. Semuanya sebagian makan, sebagiannya lagi hanya minum-minum, seperti kopi atau teh.
Hugh mendekati Soraya dan berkata, "Kamu luar biasa. Belum pentas saja, tapi sudah bisa akting sebagus itu."
Soraya yang tengah mengatur jilbabnya sambil bercermin, tersenyum kecil dan menjawab, "Aku sudah pernah jadi Cinderella untuk acara pentas seni. Saat itu, aku masih SD. Ini kedua kalinya aku menjadi Cinderella."
"Itu bagus. Hebat sekali! Bahkan, adegan menangismu barusan, itu tampak nyata. Kau menghidupkan drama ini."
Soraya tersenyum biasa. Hugh pun pamit untuk melihat pekerjaan beberapa pegawai lainnya yang bertugas membuat latar untuk dramanya, seperti latar belakang berupa rumah Cinderella dan istana Pangeran, taman, serta latar musik instrumennya.
Selain itu, ada juga yang harus mengatur riasan, seperti untuk gaun pesta, gaun pengantin, baju kumuh Cinderella, baju kerajaan untuk tokoh Raja, Ratu, dan Pangerannya, gaun untuk tokoh ibu serta dua kakak tirinya Cinderella, terakhir untuk sepatu kaca Cinderella serta gaun mewah perinya.
...***...
Latihan dimulai kembali sehabis istirahat selama 2 hingga 3 menit. Berikutnya adalah ke adegan pengawal istana datang mengantarkan undangan pesta dansa kerajaan.
Dennis mulai berakting gagah layaknya seorang pengawal istana. Walau suaranya ditertawakan karena sangat lucu, namun Mion tidak memotong. Ia tetap membiarkan Dennis berakting begitu. lagipula, hari ulang tahun perusahaan juga masih lama.
Di ceritakan oleh Mion, kalau Cinderella sudah ditinggal pergi oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Soraya kembali berakting sedih. Kecewa karena tak bisa ke pesta dansa. Di sini, Vanya mulai masuk sebagai sosok peri atau bidadari yang membantunya.
Mion kembali memotong kedua kalinya. Mulailah pada suasana istana kerajaan. Dan setelah istirahat lagi selama 2 menit, mulailah pada adegan dansa.
Namun, disini Carson sedikit gemetar sungguhan mengajak dansa. Padahal hanya drama. Akan tetapi, ia berusaha menahannya. Sampailah ia dan Soraya berakting dansa.
Jantung berdebar kencang. Carson hanya tersenyum kecil melihat Soraya. Soraya juga tersenyum biasa, karena ia tahu ini akting biasa. Tapi bagi Carson, ini membuat dirinya ingin terus mendekap Soraya. Tak hanya sekedar akting.
"Inginnya, ini adalah nyata. Bukan hanya sekedar drama," ucap Carson sedikit tegas dalam hatinya.