Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2.Kecurigaan Maxime
Suara tembakan terdengar di segala penjuru. Maxime sudah membagi pasukan di beberapa bagian tempat. Dan saat ini ia bersama Amora sedangkan Damian bersama anak buah mereka yang lainnya di sisi kiri bangunan. Dan Revan bersama yang lainnya sudah masuk lebih dulu melumpuhkan beberapa penjaga yang menjaga bangunan itu.
"Tetaplah di belakangku!," ucap Maxime pada Amora saat melewati musuh yang sudah dilumpuhkan.
"Aku tidak selemah yang kau kira Kak," jawab Amora mendengus kesal karena Maxime mengira ia adalah gadis lemah.
Maxime sejenak terdiam mendengar suara Amora, begitu mirip dengan Amelia. Tapi bagaimana bisa Amelia sampai disini?. Lagian gadis ini bernama Amora bukan Amelia.
Maxime memasuki bangunan itu sembari mengendap-endap. Mata pria itu begitu liar dan melirik kiri ke kanan sembari mengarah senjata apinya.
Suara tembakan terdengar dari dalam bangunan begitu juga dengan teriakan dari para musuh yang satu persatu mulai berjatuhan. Maxime terus meminta Amora untuk teduh berada di belakangnya namun saat ia sampai didalam bangunan Amora tiba-tiba saja berjalan menjauhinya ke sisi kiri dan langsung melakukan baku tembak. Maxime terkesima dengan keahlian menembak Amora, gadis itu membidik dengan tepat.
Dor
Maxime tersentak dari lamunannya saat tiba-tiba saja Amora membidik kearahnya dan membidik musuh yang hampir berada di dekatnya.
"Jangan melamun Kak! atau kau akan menjadi korbannya disini," ucap Amora tersenyum sinis pada Maxime.
Maxime tersenyum miring lalu kembali fokus menumpas satu persatu musuh yang mereka targetkan. Maxime tidak lagi ambil pusing dengan Amora karena gadis itu bisa menjaga dirinya sendiri.
Dan akhirnya Maxime berhasil menumpas semua musuh kecuali pimpinan mereka yang ternyata tidak berada disini. Tapi Maxime berhasil membekuk salah satu orang kepercayaan untuk dijadikan tawanan mereka nantinya.
Meski berhasil, ternyata Revan mengalami luka tembak di bagian lengan tapi bagi pria itu bukan apa apa karena itu sudah biasa baginya. Dulu saja ia hampir kehilangan nyawanya dan koma di rumah sakit selama satu bulan akibat terkena timah panas di bagian jantungnya. Beruntung Tuhan masih memberikannya keselamatan untuk hidup.
"Kak...kau tidak apa apa?," tanya Amora perhatian saat mereka sampai di Markas dan hal itu membuat Maxime sedikit jengkel dengan perhatian gadis itu pada Revan.
"Itu sudah biasa baginya Amora, kau tenang saja dan tidak usah cemas. Dia memiliki sembilan nyawa asal kamu tahu," ujar Damian yang menjawab pertanyaan Amora. Sedangkan Revan fokus pada lukanya yang saat ini ditangani ini salah satu anak buahnya.
"Kek misi kita berhasil meski aku gagal membekuk pimpinan mereka," ucap Maxime saat Armand berjalan menghampirinya.
"Kerja yang bagus Max. Oh ya besok kalian bisa berlibur ke Berlin," jawab Armand menatap sekilas pada Revan yang baru saja selesai mengeluarkan selongsong peluru yang bersarang ditangan kanannya. Itu adalah pemandangan biasa bagi Armand dan ia tidak akan pernah bertanya pada Revan atau siapapun yang mengalami luka.
"Aku tidak ikut Kek, besok aku ada meeting penting di perusahaan," jawab Maxime.
"Kau bisa mewakilkannya pada orang kepercayaanmu Max, ayolah sekali kita berlibur bersama," ucap Revan membujuk Maxime.
"Kalian saja," jawab Maxime.
"Kek...aku pamit," ucap Maxime. Ini sudah sangat larut dan ia harus kembali ke apartemennya. Ia memerintahkan penjaga untuk berjaga-jaga karena tidak menutup kemungkinan jika musuh kembali melakukan serangan balik.
"Kau tidak menginap disini Max?, tidak biasanya kau langsung pulang," tanya Armand karena biasanya Maxime akan menginap disini usai melakukan misi mereka.
"Tidak Kek, aku besok pagi pagi sekali ada meeting yang tidak bisa aku wakilkan," jawab Maxime.
"Kau bisa minta tolong Daddy-mu, Max," timpal Damian.
"Daddy ke Indonesia bersama Grandma karena Adikku, Emily baru saja melahirkan anak keduanya," jawab Maxime menatap Amora memperhatikan ekspresi gadis itu memastikan kecurigaannya.
"Keponakanmu sudah lahir?. Selamat kalau begitu," ucap Damian tersenyum lebar memberikan ucapan selamat pada Maxime.
"Hm"
Maxime akhirnya memutuskan untuk pulang ke apartemennya dan meminta Damian untuk tetap disini berjaga-jaga jika musuh kembali menyerang markas mereka.
Maxime mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia mencengkram kuat stir mobilnya, wajah Amora mengingatkannya dengan Amelia. Gadis itu begitu mirip dengan Amelia. Tidak mungkin jika Amelia memiliki saudara kembar yang begitu sangat identik dengannya bahkan suaranya begitu mirip.Ia akan menyelidiki siapa Amora untuk memastikan kecurigaannya.
***
"Amora... sepertinya kau bukan asli orang Jerman," ujar Damian menghampiri Amora yang duduk sendirian di dapur sembari menyesap teh hangatnya.
Amora mengggeleng pelan sembari tersenyum tipis."Aku tidak tahu Kak," jawab Amora.
"Maksudnya?," tanya Damian dengan kening berkerut.
Amora hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Damian. Gadis itu memilih menyesap kembali teh hangatnya.
"Oh ya... kamu berasal dari mana? sepertinya kamu orang Asia?," tanya Damian menatap Amora penuh selidik yang masih begitu penasaran dengan Amora.
"Aku--
"Amora, pergilah beristirahat!," ujar Revan tiba-tiba muncul.
"Ck...kau menganggu saja Van," dengus Damian menatap kesal pada Revan yang menggagalkan rencananya mendekati Amora.
Amora mengangguk patuh dan langsung beranjak pergi menuju kamarnya yang ada di Markas ini. Markas ini berbentuk Mansion dengan tiga lantai dan Amora menempati kamar yang ada dilantai tiga dimana disana juga ada kamar Maxime.
"Van .."
"Hm"
"Amora orang Asia?," tanya Damian yang begitu penasaran dengan sosok Amora.
Revan mengedikkan bahunya keatas, tidak menjawab pertanyaan Damian. Pria itu duduk di sebelah Damian menyulut rokoknya.
"Kenapa tidak ada yang menjawab pertanyaanku?," tanya Damian. Amora dan Revan tampak kompak tidak menjawab pertanyaannya.
"Kau menyukai Amora?," jawab Revan kembali bertanya pada Damian.
Damian menggeleng pelan." Aku sudah punya Alika. Aku hanya penasaran dengan Amora," ujar Damian yang sebenarnya sudah memiliki kekasih yang bekerja sebagai model.
"Kau tidak mau menjawab pertanyaanku Van?," tanya Damian melihat Revan diam saja.
"Aku tidak memiliki jawabannya Dam. Kau bisa tanya Kakek karena dia yang tahu siapa Amora," jawab Revan.
"Kau dan Kakek pasti tahu," ujar Damian.
"Terserah kau saja, jika kau tidak percaya. Oh ya apakah kau akan ikut ke Berlin besok pagi?," tanya Revan mengalihkan pembicaraan mereka.
"Tidak, aku ada pekerjaan," jawab Damian.
"Kau dan Maxime sama saja,sama sama sibuk," ujar Revan.
"Ya, karena kami bukan kau yang bekerja pada Kakek selama 24 jam. Kami datang kesini jika dibutuhkan," jawab Damian.
"Ya ya...aku tahu," angguk Revan.
Sementara itu di apartemennya Maxime menghubungi adiknya yang berada di Indonesia. Ia juga menanyakan tentang Amelia dan ia benar-benar terkejut saat Emily mengatakan jika Amelia pergi entah kemana setelah pernikahannya gagal.
Maxime menghela nafas beratnya, mungkinkah Amora adalah Amelia. Tapi jika Amora adalah Amelia bagaimana bisa Amelia bisa sampai ke sini. Jarak Indonesia dan Jerman itu sangat jauh.
"Maxime mengusap wajah dengan kasar. Kenyataan jika kegagalan pernikahan Amelia mengusik ketenangan hatinya."Dimana dia sekarang?," batin Maxime.
...****************...
dua bab ya
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..